Luhut Binsar: Mungkin 2025 Indonesia Akan Mencapai Ekonomi Rusia

Jumat, 08 September 2023 – 06:46 WIB
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan merespons rencana Atlantic Council yang mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi negara ekonomi terbesar ke-6. Foto/Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com.

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan merespons rencana Atlantic Council yang mengumumkan bahwa Indonesia akan menjadi negara ekonomi terbesar ke-6, pada Senin (4/9).

Luhut optimistis Indonesia bisa menjadi negara ekonomi terbesar ke-4 atau ke-5 melalui hilirisasi sumber daya alam (SDA) seperti nikel, timah, bauksit, dan tembaga.

BACA JUGA: Kupas Tuntas Kendaraan Listrik, IKAXA Undang Menko Luhut di Seminar Nasional

"Mungkin pada 2025 Indonesia akan mencapai ekonomi Rusia," ujar Luhut dalam Indonesia Sustainability Forum, di Jakarta, Kamis.

Luhut membeberkan produk domestik bruto (PDB) nasional Indonesia mencapai USD 1,45 triliun dolar AS pada September 2023.

BACA JUGA: Anies Singgung Jabatan Pak Luhut Bertumpuk, Cak Imin: Saya Enggak Ikut-Ikut

Oleh karena itu, pemerintah siap melakukan kerja sama dengan negara lain.

Menurutnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta hilirisasi industri dengan menghentikan ekspor bahan mentah tetap dilanjutkan meski Indonesia kalah atas gugatan yang dilayangkan oleh Uni Eropa melalui Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

Selain WTO, Dana Moneter Internasional (IMF) juga meminta pemerintah untuk mempertimbangkan penghapusan kebijakan larangan ekspor nikel dan tidak meluas pada komoditas lain.

Berdasarkan perhitungan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, hilirisasi akan memberikan pendapatan per kapita Indonesia sebesar USD 10.500 pada 10 tahun, kemudian menjadi USD 15.800 dalam waktu 15 tahun ke depan.

"Sebaliknya jika hilirisasi dihentikan, Indonesia akan kehilangan pendapatan per kapita sekitar USD 25.000 pada 2045 atau saat Indonesia Emas," ucap Luhut Binsar.

Sebab, hilirisasi tidak hanya terbatas pada komoditas tambang seperti nikel dan tembaga, tetapi juga merambah pada komoditas pangan.

"Sepetti rumput laut dan produk minyak kelapa sawit," pungkas Luhut Binsar.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler