jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menilai keberhasilan perusahaan aplikasi Gojek merupakan salah satu jawabannya atas kekhawatiran selama ini, bahwa kehadiran start-up digital sekelas unicorn ataupun decacorn justru akan membawa pendapatan negara ke luar negeri.
“Dari unicorn menjadi decacorn, Gojek menjadi model di Indonesia dan menjadi model di internasional. Jadi siapa bilang uang kita lari ke luar? Tapi sebaliknya, uang (dari luar justru) masuk ke kita,” ujar Luhut saat memberi sambutan dalam acara jumpa pers Mitra Juara Gojek 2019 di Kawasan Ancol, Jakarta belum lama ini.
BACA JUGA: Aplikasi Daring Buka Peluang Monopoli Pasar?
Menurut Luhut, Gojek memiliki peran penting bagi perekonomian karena mampu memberi sumbangan terhadap ekonomi Indonesia sebesar Rp44,2 triliun lebih.
Teknologi super-app yang dikembangkan Gojek juga dinilai berhasil menciptakan lapangan kerja yang banyak.
BACA JUGA: Jokowi Beri Selamat Untuk Gojek
“Katanya teknologi itu bisa membuat susah mencari lapangan kerja, tapi Gojek membuktikan bahwa teknologi ini bisa membuka lapangan kerja,” tegasnya.
Mengutip suatu sumber, Luhut mengatakan prospek Indonesia sebagai pasar digital diperkirakan akan semakin besar dan akan mencapai USD100 miliar pada 2025.
BACA JUGA: Klarifikasi Luhut Binsar Panjaitan soal Amplop Untuk Kiai
“Jadi kalau investor mau masuk ke Gojek, itu adalah cerminan stabilitas ekonomi dan stabilitas politik kita. Bagusnya adalah manajemen Gojek itu masih dipegang orang Indonesia. (Jadi) kami yang atur, bukan didikte negara lain,” kata Luhut.
Luhut meyakinkan pemerintah akan terus mendukung munculnya start-up digital baru dan akan memfasilitasi mereka menjadi unicorn baru yang akan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Sementara itu, Founder dan CEO Gojek, Nadiem Makarim mengatakan, pihaknya bangga sekaligus bersyukur bahwa produk buatan anak bangsa bisa menjadi pemain regional.
Nadiem juga mengatakan penetrasi Gojek nomor satu di Indonesia.
Berdasarkan laporan App Annie yang berjudul “The State of Mobile 2019”, Gojek menjadi aplikasi on-demand di Indonesia dengan monthly active users terbanyak.
Bahkan, pengguna aktif aplikasi GOJEK secara mingguan 1,5 kali lipat lebih banyak dibandingkan kompetitornya di Indonesia.
Keberhasilan ini berbanding lurus dengan pertumbuhan gross transaction value (GTV) Gojek yang berhasil menembus lebih dari USD9 miliar per akhir 2018 dengan total volume transaksi setahun mencapai Rp2 miliar.
GOJEK juga menjadi brand top of mind bagi masyarakat Indonesia berdasarkan data dari lembaga independen global lainnya, Yougov.
Kemudian berdasarkan Riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) pada 2018.
Layanan Go Food bahkan menyumbang Rp18 triliun terhadap perekonomian Indonesia pada 2018, sehingga tercatat sebagai layanan bisnis berbasis digital terbesar di Asia Tenggara dan terbesar No.3 di dunia.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bowo, Pak Luhut dan Demokrasi Amplop
Redaktur & Reporter : Yessy