Luhut Panjaitan: Ada yang Mengatakan Saya pro-China

Jumat, 10 Januari 2020 – 09:33 WIB
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Panjaitan optimistis Indonesia akan menjadi negara besar. Hal ini karena Indonesia kaya sumber daya alam.

"Indonesia punya banyak potensi sumber daya alam green energy yang siap untuk diolah. Ada pula potensi sumber karbon kredit. Hampir 80 persen potensi perdagangan karbon global ada di Indonesia, yang berasal dari hutan bakau, lahan gambut, rumput laut, dan terumbu karang dan masih banyak lagi. Melihat potensi ini kami yakin tidak lama lagi Indonesia bisa menjadi negara besar," kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (9/1).

BACA JUGA: Ruhut Sitompul Sebut Luhut dan Prabowo Sudah Benar soal Natuna

Luhut menegaskan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam acara The Pulse of Asia Conference 2020 yang diadakan oleh Bank DBS di Singapura, Kamis.

Dikatakan mantan Menko Polhukam itu bahwa keberlanjutan atau sustainability menjadi salah satu agenda prioritas pemerintah Indonesia.

BACA JUGA: MS Kaban Memaklumi Pernyataan Luhut Panjaitan karena Sudah Opung-opung

Saat menjawab pertanyaan bagaimana Indonesia menyiasati kebutuhan bahan bakar fosil, Luhut mengatakan sekarang semua bergerak ke arah gaya hidup hijau.

"Memang kami masih tetap membutuhkan bahan bakar fosil, tetapi kita harus menguranginya. Pulau Sumatera dan Kalimantan menyimpan menyimpan banyak potensi energi alternatif," jawabnya.

BACA JUGA: BNPB Imbau Warga Jabodetabek Waspada Bencana, Ingat Tanggalnya

Semangat gaya hidup hijau juga didorong pemerintah melalui investasi yang masuk. Luhut memberi contoh Masdar dari Uni Emirat Arab yang membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung Cirata, Jawa Barat.

Perusahaan tersebut bakal bekerja sama dengan PLN yang berinvestasi di Cirata untuk energi sebesar 145 MW.

Luhut juga bercerita mengenai Morowali yang disebutnya menjadi contoh bagi keberhasilan investasi. Ia menceritakan bagaimana situasi di sana saat ini dan keuntungan dari program hilirisasi.

"Banyak yang mengecam ketika kami melarang ekspor nikel, tetapi sekarang kita bisa lihat bahwa keputusan kami saat itu adalah keputusan yang tepat. Ada yang mengatakan saya pro-China, tetapi tahukah Anda bahwa lebih dari 90 persen ekspor itu dikirim ke China?," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Luhut juga menceritakan pengalamannya terlibat dalam berbagai proyek investasi asing, seperti sovereign wealth fund (SWF) yang melibatkan UAE dan Softbank. Ada pula JBIC, Global Infrastructure Partners, yang berminat berinvestasi di berbagai sektor, dan lainnya.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengerjakan dua Undang-undang Omnibus, yaitu UU Penciptaan Lapangan Kerja dan Undang-Undang Omnibus tentang Perpajakan. Kedua UU akan diajukan ke DPR pada awal tahun ini.

"UU tersebut untuk menggantikan undang-undang sebelumnya yang berpotensi tumpang tindih dan menghambat investasi," katanya.

Selain langkah Omnibus Law, upaya meningkatkan investasi di Indonesia juga dilakukan dengan penerapan Online Single Submission (OSS).

"Dengan adanya OSS membuat kita mudah untuk menyelesaikan berbagai masalah. Perbaikan sistem dan alur kerja serta kemudahan perizinan dapat melancarkan laju investasi. Seluruh proses telah tersinergi lewat OSS," katanya. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler