Luhut Tak Kuasa Mendengar Kata Perintah Panglima Tertinggi, Karier Militernya Terhenti

Minggu, 01 Oktober 2023 – 01:13 WIB
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto (kiri) saat acara perayaan HUT Ke-76 Luhut di Jakarta, Kamis (28/9/2023). ANTARA/HO-Tim Media Prabowo Subianto.

jpnn.com, JAKARTA - Kolumnis kondang Dahlan Iskan menukil kisah tentang seorang Luhut Binsar Pandjaitan dari sebuah buku yang diterbitkan saat perayaan ulaang tahun Menko Kemaritiman dan Investasi RI itu beberapa hari lalu.

Penerbitan buku yang diinisiasi teman dekat Luhut, Peter F Gontha itu berjudul 'Luhut Binsar Pandjaitan Menurut Kita-Kita'.

BACA JUGA: Saat Prabowo Bicara soal Dirinya dan Luhut, Ada yang Menjuluki Tom & Jerry

Salah satu kisah yang dikutip Dahlan adalah soal seretnya karier Luhut Pandjaitan di militer.

"Misteri seretnya karier kemiliteran Luhut Binsar Pandjaitan disinggung di buku yang diluncurkan Kamis sore kemarin," tulisan Dahlan Iskan, Disway edisi Sabtu (30/9).

BACA JUGA: Cara Kaesang Berpidato Lebih Menarik dari Gaya Bapaknya

Dia menyebut dua tokoh menyinggungnya di buku hadiah ulang tahun ke-76 Luhut itu, yakni Jenderal Hendropriyono dan Jenderal Sintong Panjaitan. Keduanya sudah purnawirawan TNI.

Dahlan melalui tulisannya mengisahkan bahwa pertama, Luhut tidak mau di-bully. Tepatnya difitnah.

BACA JUGA: Cerita Dahlan Iskan soal Kereta Cepat, Kenapa Tiongkok Mau?

"Luhut mendatangi yang ia anggap memfitnah. Ia lawan. Istri Luhut pun kompak: ikut melawan," Dahlan menukil cerita dari buku tersebut.

Konon yang dilawan itu ternyata atasan. Luhut tidak peduli, tetapi sang atasan bukan jenderal biasa. Dia adalah pejabat yang sangat berpengaruh pada kenaikan pangkat seseorang.

"Sayang tidak disebut siapa nama atasan itu. Apakah sekarang masih hidup. Pun fitnahnya soal apa,"

Yang kedua, Luhut hadir dalam rapat perwira tinggi yang diadakan Jenderal Benny Moerdani.

Benny kala itu menginginkan Presiden Soeharto berhenti sampai di Pemilu tahun 1997 saja. Tidak maju lagi sebagai calon presiden periode ke-6. Beliau sudah 32 tahun menjadi presiden.

"Tidak satu pun yang menyebut seretnya karier Luhut terkait dengan tokoh anti-Soeharto, Dr Sjahrir. Yang mengawini adik Luhut: Nurmala Kartini," demikian tulisan Dahlan.

Sebagai lulusan terbaik Akabri tahun 1970, Luhut tentu ingin pada suatu saat mencapai jabatan tertinggi di angkatan darat: KSAD, apalagi saat itu pangkatnya sudah letnan jenderal.

Akan tetapi Luhut dipanggil seniornya: Jenderal Sintong Panjaitan yang kala itu sedang menjabat penasihat Presiden B.J. Habibie bidang militer.

Ceritanya, saat itu Habibie ingin memperbaiki hubungannya dengan Singapura. Hubungan itu renggang akibat Habibie sangat kecewa pada Singapura.

Ada momen Habibie menganggap Singapura tidak cukup membantu tetangga terdekat yang lagi mengalami krisis moneter. Lalu, saat diwawancarai media asing, Habibie menunjukkan peta dunia. Betapa luas Indonesia. "Titik merah kecil itu Singapura," Dahlan mengutip perkataan Habibie dikutip dari kisah buku tersebut.

Hal itu membuat Singapura merasa diremehkan. Hubungan dengan Indonesia pun kian tidak baik. Ketika itulah Sintong melihat Luhut mampu mengatasi ketegangan dua negara.

"Maka Luhut diminta mau menjadi duta besar di Singapura. Luhut menolak. Dia keberatan kalau harus mendadak berhenti dari dinas militer," lanjut Dahlan dalam tulisannya.

Akan tetapi, Sintong memaksanya. Luhut tetap menolak. Dia ingin masih bisa menjadi KSAD. Sintong marah. "Jelek sekali muka kamu," demikian Dahlan menukil ucapan Sintong membentak. Luhut tetap menolak.

Akhirnya, Sintong mengeluarkan jurus pemungkas: "Ini perintah langsung Panglima Tertinggi!".

Nah, mendengar kata-kata terakhir itu, Luhut langsung berdiri, mengambil sikap sempurna, memberi hormat dan dengan tegas mengatakan: Siaaap!

"Karier militernya pun terhenti," tulisan Dahlan.

Menjadi Duta Besar RI di Singapura

Dahlan menjelaskan bahwa saat menjadi duta besar Singapura itulah Luhut kembali bertemu Gus Dur -sapaan Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid.

Pertemuan itu konon menjelang Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (SU-MPR).

Ketika itu belum ada gambaran Gus Dur maju sebagai calon presiden.

Tetapi saat itu Gus Dur mengatakan kepada Luhut: "Saya akan jadi presiden sebentar lagi. Nanti Pak Luhut saya angkat menjadi menteri," Dahlan menukil kisah di buku tentang Luhut.

Ternyata Gus Dur benar-benar jadi presiden. Luhut pun diangkat menjadi menteri perindustrian dan perdagangan. Menggantikan Jusuf Kalla yang diberhentikan Gus Dur.(*disway/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler