Luncurkan Pedoman Injeksi Toksin Botulinum, KSDKI Harapkan Ini

Minggu, 20 November 2022 – 15:47 WIB
KSDKI meluncurkan pedoman injeksi Toksin Botulinum atau botoks pertama di tanah air. Foto: Wahyu Budiman/jpnn

jpnn.com, TANGSEL - Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia (KSDKI) meluncurkan pedoman injeksi Toksin Botulinum atau botoks pertama di tanah air.

Pedoman itu berisi informasi dari pakar estetika dalam memberikan layanan terbaik dan aman pada pasien.

BACA JUGA: Maharis Clinic Hadirkan Terobosan Baru Estetika Medis Terkini dari Eropa

Ketua KSDKI dr Lilik Norawari SpKK FINSDV FAADV mengatakan selama ini belum ada pedoman penatalaksanaan injeksi Toksin Botulinum di Indonesia.

"Oleh karena itu, KSDKI yang merupakan bagian dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) menghimpun pakar pada bidang kosmetik dermatologi dalam membuat pedoman ini,” ujar dr Lilik Norawati, dalam taklimat media di Tangerang, Sabtu (19/11).

BACA JUGA: Bidik Pasar Estetika Indonesia, CGBIO Kenalkan Neogreen

Menurut dia, pedoman tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi kosmetik dermatologi sehingga dapat mencegah efek samping dan komplikasi pada pasien.

Penyusunan pedoman tersebut didukung oleh Merz Aesthetics. Selama ini, praktisi estetika menggunakan pedoman Barat yang sudah ditetapkan dalam penggunaan Toksin Botulinum.

BACA JUGA: Potensi Pasar Estetika di Indonesia Menanjak, 2 Faktor Ini Menjadi Pemicu

Ketua Perdoski Pusat, Dr dr Yulianto Listiawan SpKK FAADV, mengungkapkan Toksin Botulinum sudah didistribusikan sejak lama di Indonesia.

Akan tetapi belum ada keseragaman atau pedoman terkait penatalaksanaannya. “Ini merupakan pedoman pertama yang diterbitkan oleh KSDKI dan Perdoski,” ujar Yulianto.

Buku pedoman itu diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para praktisi dalam melakukan pemilihan Toksin Botulinum yang tepat. 

Toksin Botulinum terbukti efektif dalam mengatasi masalah di bidang estetika, yakni penuaan (keriput), dan yang off label seperti hiperhidrosis (keringat berlebih), kulit berminyak, jaringan parut (keloid), dan nyeri pasca herpes (Neuralgia paska herpes).

Yulianto menambahkan, melalui buku itu dapat juga dipelajari teknis-teknis klinis yang disesuaikan dengan tipe anatomi orang Indonesia khususnya, dan orang Asia pada umumnya.

Sehingga dapat menumbuhkan kewaspadaan dan pengetahuan tentang pencegahan komplikasi pada pasien, serta akan meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan kepuasan pasien.

Kehadirkan pedoman tersebut didukung oleh para mitra dokter, salah satunya Mers Merz Aesthetics Indonesia.

"Pedoman itu dapat mendorong kepercayaan dan membantu dokter termasuk para pasien agar bisa terlihat lebih baik, merasa lebih baik, dan hidup lebih baik," kata Heidy Sembung, Chief Representative Merz Aesthetics Indonesia. (jol/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler