Luncurkan Toraja Marathon 2017, Menpar Berbagi Jurus Pengembangan Sport Tourism

Jumat, 05 Mei 2017 – 16:46 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam konferensi pers Toraja Marathon 2017 di kantor Kemenpar, Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Jumat (5/5). Rencananya, Toraja Marathon 2017 akan digelar pada 29 Juli mendatang di Tana Toraja dan Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Foto: Kemenpar

jpnn.com, JAKARTA - Langkah pemerintah memoles Sepuluh Destinasi Prioritas atau yang dikenal dengan julukan Sepuluh Bali Baru tak membuat Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyepelekan daerah-daerah lain yang punya potensi turisme.

Menteri yang dikenal sebagai kampiun marketing itu bahkan sering kali turun langsung menyemangati daerah agar berbenah dan menggencarkan event pariwisata.

BACA JUGA: Genjot Digital Marketing, GIPI Gelar Indonesia E-Tourism Summit 2017

Hal itu pula yang diperlihatkan Arief dalam konferensi pers Toraja Marathon 2017 di kantor Kemenpar, Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Jumat (5/5). Toraja Marathon pertama pada 2016 di Tana Toraja dan Toraja Utara, Sulawesi Selatan yang berlangsung sukses membuat penyelenggaranya berniat menjadikannya sebagai event tahunan.

Dalam kesempatan itu Arief mengatakan, kementeriannya memberikan apresiasi atas Toraja Marathon 2017 yang akan digelar 29 Juli mendatang di Tana Toraja dan Toraja Utara. Menurut Arief, event sport tourism itu bisa menjadi cara jitu mempromosikan Toraja sebagai destinasi wisata yang memiliki keunikan budaya.

BACA JUGA: Kemenpar Goda Dermatologi Jerman dan Belanda Leisure di Jogja

“Penyelenggaraan sport tourism berupa lari maraton internasional merupakan salah satu cara yang efektif untuk mempromosikan destinasi pariwisata sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawan,” ujar Arief dalam konferensi pers yang juga dihadiri Wakil Bupati Toraja Utara Yosia Rinto Kadang itu.

Mantan direktur utama PT Telkom Indonesia itu menjelaskan, dampak langsung sport tourism memang tidak akan langsung terlihat terlalu besar. Namun, ada sisi lain dari sport tourism yang bisa menjadikan sebuah destinasi makin kondang.

BACA JUGA: Sleman Siapkan 300 Homestay di Desa Wisata

“Dampak yang paling besar adalah media value-nya. Maka dari itu, promosinya harus menjadi prioritas, baik sebelum, selama, dan setelah event,” ujarnya berpesan.

Arief memang selalu menerapkan jurus khusus untuk mendongkrak media value dalam sebuah event. Yakni peliputan sebelum event, saat event berlangsung dan post-event.

Selain itu, menteri asal Banyuwangi, Jawa Timur tersebut juga menyoroti isu kritis soal Toraja sebagai destinasi wisata. Persoalan yang masih menghambat Toraja adalah aksesibilitas.

Karenanya pula Arief kembali menyinggung pentingnya sebuah destinasi memiliki bandara berkelas internasional. “Untuk menjadi destinasi bertaraf international harus memiliki international airport,” katanya.

Sayangnya, kondisi geografis Toraja tak memungkinkan untuk memiliki bandara. “Kondisi geografis Toraja yang berbukit-bukit kurang cocok bagi dibangunnya international airport,” tuturnya.

Karenanya Arief memberikan bocoran tentang rencana pemerintah mengembangkan Toraja. Yakni membangun bandara internasional di Bua, Kabupaten Luwu yang tak jauh dari Tana Toraja.

Keberadaan bandara akan memangkas jarak tempuh ke Tana Torara menjadi 2-3 jam saja. “Saat ini kebanyakan wisatawan mengakses Toraja dari Makassar yang harus menempuh perjalanan darat selama 8-10 jam,” katanya.

Untuk diketahui, Toraja Marathon 2017 akan digelar pada 29 Juli mendatang di Toraja Utara dan Tana Toraja. Event sport tourism itu merupakan hasil kerja bareng PT Laga Toraja Mendunia, Running Explorer, Pemkab Tana Toraja, Pemkab Toraja Utara, Pemprov Sulsel dan Kemenpar.

Nantinya akan ada empat jenis lomba dalam Toraja Marathon 2017. Yakni kategori 5K, 10K, 21K dan full marathon (42K) dengan kombinasi jenis road running maupun semi-trail melewati desa-desa dan permukiman masyarakat asli Toraja.

Tema yang diangkat pada perlombaan kali ini adalah “Run Above the Clouds” dengan target 1.500 pelari dari dalam dan luar negeri. Istimewanya, para peserta lomba akan berlari sambil menikmati objek wisata berupa daya tarik alam (nature), budaya (culture), dan wisata buatan (manmade).

Para pelari akan mengikuti trek yang ditentukan melintasi pemukiman kampung adat berusia ratusan tahun, persawahan, maupun pemakaman kuno sebagai objek wisata eksotis seperti Suaya, Tampang Allo, Bebo dan Kete’ Kesu.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Raja Salman Jadi Endorser Ampuh untuk Wisman Timur Tengah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler