Mabuk Dhani

Oleh: Dahlan Iskan

Rabu, 27 November 2024 – 07:51 WIB
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Sepertinya tidak ada pilkada di Disway. Di hari Pilkada Serentak 2024 hari ini pun yang dibahas bukan politik. Saya pilih bahas Dhani Hehe.

Kalau saja Dhani Hehe ikut pilkada rasanya saya akan nyoblos tokoh yang kami tampilkan hari ini.

BACA JUGA: Doktor TK

Dahlan Iskan bersama Dhani saat forum Sekolah CEO di Artotel, Surabaya, Minggu, 24 November 2024.--

Namanya: Mokh. Alfin Ramadhani. Dipanggil Dhani. Namanya di medsos: Dhani Hehe.

BACA JUGA: Mampir Guyon

Ketika saya tanya kenapa nama belakangnya pakai "hehe", Hehe menjawab: "dulu saya sering tertawa."

Umur Dhani: 19 tahun. Baru saja memasuki 19 tahun. Dia hanya tamatan SMA di Pasuruan, Jatim, tetapi telah mampu membuat saya sulit. Yakni sulit menjawab pertanyaannya.

BACA JUGA: Wanita Global

Dua hari lalu, Minggu sore, saya diminta "mengajar" di satu forum yang disebut Sekolah CEO. Pemilik Sekolah CEO adalah seorang anak muda dari Yogyakarta: Satia Pradana

Rasanya sudah empat atau lima kali saya diminta berbicara di forum itu. Pesertanya para pengusaha, umumnya usia muda.

Setiap angkatan selalu saja ada beberapa usaha yang sangat unik. Di angkatan lalu misalnya, ada finalis Putri Indonesia dari Jateng, Disma Rastiti, yang usahanya sangat berkembang: rumah khitan. Sudah punya lima cabang di Jateng. Layanannya sangat modern.

Angkatan Minggu lalu ada Dhani Hehe. Ketika memperkenalkan bidang usahanya Dhani mengatakan: content creator. Saya pun sadar: content creator ternyata sudah jadi salah satu bidang bisnis.

Pertanyaan yang diajukan untuk saya adalah: "setelah ini saya harus berkembang ke mana?"

Saya tahu Dhani kini sudah punya modal. Yakni dari hasil usaha sebagai content creator. Apalagi follower-nya sudah mencapai tiga juta orang. Hasilnya sudah lebih Rp 200 juta sebulan.

Saya pun pilih untuk tidak sok memberi nasihat. Saya terlalu tua untuk memahami jalan pikiran seseorang yang menjadikan content creator sebagai bisnis.

Saya hanya balik bertanya padanya: ingat menabung, kan?

Saya waswas menunggu jawaban Dhani. Dia anak muda. Banyak anak muda cepat menjadi hedon.

Ternyata Dhani ingat menabung. Saya pun menduga dia menabung di deposito. Ternyata uang Dhani ditaruh di -saya kaget- Bitcoin.

Saya lupa: deposito adalah gaya orang tua. Gaya anak muda adalah Bitcoin.

Setelah kaget saya bertanya: "Bitcoin lagi naik, kan? Berarti uang Anda sudah naik 10 kali lipat?".

"Dua kali lipat," jawabnya.

"Mengapa Anda tadi bertanya akan berkembang ke mana?"

"Saya yakin usaha sebagai content creator akan ada masa menurunnya," jawabnya.

Hebat. Dhani tidak mabuk kenikmatan. Dia sudah memikirkan ketika kelak masa turun itu tiba: akan berbuat apa.

Dhani sudah tidak pernah berpikir untuk kuliah. Masuk universitas tidak pernah terbayangkan.

"Tetapi Anda harus bisa bahasa Inggris," kata saya.

"Saya sangat ingin belajar bahasa Inggris," jawabnya.

Syukurlah, Dhani tetap ingat belajar.

Sejak kapan Dhani jadi content creator?

"Sejak tahun 2020. Saat kelas satu SMA di Pasuruan," katanya.

Ketika masih di SMP, Dhani diberi HP bekas oleh Pakde-nya (kakak ayah). Dhani masih ingat merek HP-nya: Sony.

Sang Pakde kasihan Dhani tidak mungkin bisa beli HP. Ayah Dhani, Moch Khanan, hanya seorang penarik becak.

Dengan HP itu Dhani asyik main game. Dia menyebutkan nama-nama permainan yang dia dalami tetapi saya sulit mengingatnya.

Dari kegemarannya main game itulah Dhani mulai membuat konten di TikTok.

Yang membuat nama Dhani melejit ialah ketika dia nge-prank seorang gamer terkemuka.

"Langsung dapat follower satu juta," katanya. Lalu naik terus sampai tiga juta.

Ketika penghasilan Dhani sudah besar yang dia pikirkan pertama ialah: membelikan rumah orang tuanya. Selama ini ayahnya tinggal di "rumah bersama" warisan orang tua.

Rumah itu yang dibeli Dhani. Saudara-saudara ayahnya dapat pengganti uang. Dhani sampai habis lebih Rp 200 juta untuk mengganti warisan itu.

Lalu Dhani sendiri beli rumah. Ayahnya tidak lagi menjadi tukang becak. Dia memberi modal sang ayah untuk jualan.

Kecerdasan dalam bermain game tidak membuat Dhani mabuk.

Saya yakin tanpa nasihat saya pun dia akan tahu ke mana harus mencari sukses berikutnya.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mau Berubah?


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler