jpnn.com - Invasi pasukan Jepang pernah menggemparkan dunia pada Perang Dunia Kedua 1939 sampai 1945.
Perang Dunia meluas ke Asia Pasifik setelah Jepang menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941.
BACA JUGA: Bagan Piala Dunia 2022: Jepang Satu Pul dengan Belanda & Argentina
Amerika yang semula tidur akhirnya bergabung dengan Pasukan Sekutu.
Amerika mengirim bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki pada 1945, membuat dua kota itu luluh lantak dan memaksa Jepang menyerah.
BACA JUGA: Piala Dunia 2022: 3 Fakta Menarik Setelah Jepang Permalukan Spanyol
Invasi militer Jepang menggemparkan dan menggetarkan dunia.
Jepang kalah perang dan dipaksa untuk melakukan demiliterisasi total.
BACA JUGA: Piala Dunia 2022: Jepang Menang, 2 Kandidat Juara Dibikin Tak Berdaya, Ada yang Unik
Oleh Amerika dan Sekutu, anggaran pertahanan dan persenjataan Jepang dipangkas nyaris nol.
Jepang tidak boleh punya tentara kecuali jumlah minimal untuk pertahanan.
Invasi militer Jepang dikebiri, tetapi hal itu tidak membuat Jepang hilang dari peta dunia.
Jepang justru bangkit menjadi raksasa dunia di bidang ekonomi.
Produk-produk industri Jepang, mobil dan elektronika menginvasi dunia.
Made in Japan menjadi label yang menyerbu seluruh sudut pasar dunia.
Jepang menginvasi Eropa dan Amerika yang ketakutan.
Enemy at our gates, musuh sudah ada di gerbang kita.
Invasi ekonomi Jepang datang bergelombang menyerbu Amerika dan Eropa.
Hanya butuh waktu sekitar 30 tahun bagi Jepang untuk bangkit dari kehancuran perang dan menjadi raksasa ekonomi yang sejajar dengan ‘’economic power house’’ Eropa dan Amerika.
Made in Japan menjadi momok pasar dunia.
Sekarang, Made in Japan menjadi momok sepak bola internasional.
Seperti serbuan terhadap Pearl Harbour yang mengagetkan dunia, serbuan Jepang terhadap Jerman dan Spanyol pada pertandingan Piala Dunia di Qatar kali ini membuat seluruh dunia terperangah tidak percaya.
Invasi sepak bola Jepang sudah dimulai, dan Made in Japan akan menjadi gelombang yang sulit dibendung. Siapa yang menyangka, Jepang keluar sebagai pemenang pada laga pamungkas grup E menghadapi Spanyol di Piala Dunia 2022 Jumat dini hari (2/12). Nyaris tidak ada.
Tidak ada pundit paling liar pun yang berani memprediksi Jepang akan menjadi juara grup dengan mengalahkan Spanyol yang dipaksa menjadi runner up.
Apalagi Jepang mengalahkan Jerman 2-1 pada partai pembuka, dan akhirnya memaksa Jerman pulang lebih awal.
Mengalahkan dua raksasa sepak bola dunia sekelas Jerman dan Spanyol tentu bukan sebuah kebetulan.
Ada strategi dan persiapan yang sudah ditata panjang dan sistematis.
Sebagaimana serbuan militer dan ekonomi Jepang, kali ini serbuan sepak bola berlangsung diam-diam, dan tetiba saja Eropa terkaget-kaget karena musuh sudah ada di gerbang tanpa disadari.
Nasib Jerman sungguh tragis.
Negara yang digadang-gadangkan akan menjuarai Piala Dunia ini justru harus pulang lebih awal.
Kekalahan dari Jepang sangat menyakitkan dan menggoyahkan kepercayaan diri Jerman.
Meski kemudian Jerman bisa menang di laga pamungkasnya menghadapi Kosta Rika , namun semuanya sudah terlambat.
Jerman tersingkir lebih awal dan menjadi negara yang tidak mampu bebruat banyak di grup yang berisi negara yang di atas kertas bisa mereka singkirkan.
Juara dunia empat kali itu gagal menembus babak berikut.
Bagi Jepang kemenangan 2-1 atas Spanyol menjadi kemenangan yang dahsyat.
Spanyol adalah raksasa Eropa dan juara dunia 2010 yang memperkenalkan model tiki-taka yang menusuk dan mematikan.
Jerman adalah raksasa yang sesungguhnya, dengan pemain bertubuh besar dan penerapan permainan gegenpressing yang membuat lawan tertekan tidak berdaya.
Akan tetapi, Jepang bisa mengatasinya dengan sepak bola samurai yang tidak kenal menyerah.
Jepang kalah dari Kosta Rika 0-1 di pertandingan kedua.
Akan tetapi, hal itu tidak memudarkan semangat Jepang.
Jerman bermain seri lawan Spanyol. Keduanya memilih bermain aman dengan harapan bisa menggebuk Kosta Rika dan Jepang di pertandingan terakhir yang menentukan.
Jerman memang mengalahkan Kosta Rika 4-2, tetapi tidak ada artinya karena Jepang mengalahkan Spanyol.
Andai Spanyol bisa menahan seri Jepang maka Jerman akan lolos dan Jepang harus pulang.
Jepang muncul ke Piala Dunia 2022 sebagai kuda hitam paling mengerikan yang mewakili benua Asia.
Dengan dua kemenangan sensasional itu Jepang bisa menembus babak yang lebih tinggi lagi.
Di babak gugur Jepang akan menghadapi Kroasia, finalis Piala Dunia 2018.
Pertandingan ini akan ketat. Jepang tetap tidak diunggulkan, tetapi kejutan baru bukan hal yang mustahil.
Menjadi kuda hitam sudah bukan peran yang asing lagi bagi Jepang yang tak pernah absen mengikuti Piala Dunia sejak tahun 1998.
Piala Dunia 2018 adalah bukti betapa mengejutkannya Jepang.
Melawan skuat emas Belgia di babak 16 besar, Jepang hampir saja lolos ke Perempat Final Piala Dunia andai Belgia tidak mencetak tiga gol di 20 menit sebelum laga usai.
Kini nasib Belgia mengenaskan dan harus pulang lebih awal. Generasi emas empat tahun yang lalu seolah menjadi rongsokan.
Jepang ditangani oleh pelatih lokal Hajime Moriyasu dan diperkuat oleh banyak pemain yang bermain di klub top Eropa, termasuk di Jerman.
Dua pemain Jepang yang mencetak gol ke gawang Jerman bermain untuk klub Bundesliga Jerman.
Gol pertama Jepang dicetak oleh Ritsu Doan yang bermain untuk Freiburg. Lalu gol kedua sekaligus gol kemenangan Jepang dicetak oleh Takuma Asano yang bermain untuk Bochum.
Itulah kecerdikan Jepang, yang selalu bisa mengambi pelajaran dari Eropa dan kemudian memanfaatkannya untuk mengalahkan Eropa.
Dalam perang militer dan ekonomi hal yang sama dilakukan Jepang.
Para mahasiswa Jepang dikirim ke Eropa untuk mempelajari teknologi yang kemudian diadopsi untuk bersaing dengan Eropa.
Hajime Moriyasu ialah simbol Made in Japan yang sebenar-benarnya.
Dia bukanlah nama lama di sepak bola Jepang.
Sebelum menjadi juru taktik Timnas Jepang di Piala Dunia 2022, Moriyasu beberapa kali menangani timnas muda Jepang.
Sejak Oktober 2017, Moriyasu sudah menangani timnas Jepang U-21.
Dia juga merangkap sebagai pelatih timnas senior Jepang sejak 2018 hingga saat ini.
Moriyasu sudah memainkan 57 laga bersama timnas Jepang dengan torehan 39 kemenangan dan kalah dalam 10 laga.
Persentase poin per laga Moriyasu juga masih cukup tinggi di angka 2.19.
Sebelum menjadi pelatih timnas, dia melatih klub lokal Jepang.
Sanfrecce Hiroshima dan Albirex Niigata menjadi klub yang pernah memakai jasanya.
Saat menjadi pelatih Sanfrecce Hiroshima selama lima musim Hajime Moriyasu berhasil mempersembahkan tiga gelar Liga Jepang dan tiga gelar Piala Super Jepang.
Prestasi gemilang Moriyasu ini membuat timnas Jepang tak ragu menunjuknya sebagai pelatih.
Jepang sudah menunjukkan kekuatannya. Semua tim harus waspada penuh untuk bisa menghentikannya.
Kelengahan kecil pun bisa dimanfaatkan Jepang untuk melakukan serangan kilat seperti yang dilakukan di Pearl Harbour.
Invasi Jepang hanya bisa dihentikan dengan dua bom nuklir Amerika yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima.
Kroasia, atau tim manapun yang menghadapi Jepang, harus mempunyai senjata sekelas nukrlir. Tanpa itu, Jepang sulit dihentikan. (**)
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror