Mahasiswa Baru di PTS Malah Berkurang Saat Kemendikbudristek Menggenjot APK

Jumat, 13 Agustus 2021 – 18:20 WIB
Para pembicara webinar 'Seleksi Ujian Mandiri PTN, Buat Gaduh Penerimaan Mahasiswa Baru PTS, Retorika atau Kenyataan'. Foto: tangkapan zoom

jpnn.com, JAKARTA - Jumlah mahasiswa baru di perguruan tinggi swasta (PTS) mengalami penurunan 20 sampai 30 persen. Penurunan itu terjadi selama setahun masa pandemi Covid-19.

"Berkurangnya mahasiswa baru di PTS sangat jelas terasa. Di satu sisi pemerintah tengah berupaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK)," ujar Rektor Universitas YARSI Prof Fasli Jalal dalam webinar 'Seleksi Ujian Mandiri PTN, Buat Gaduh Penerimaan Mahasiswa Baru PTS, Retorika atau Kenyataan', Kamis (12/8). 

BACA JUGA: Kemenkominfo-Kemendikbudristek Ajak Masyarakat Buat Rekam Jejak Digital Positif

Dia menambahkan penurunan peminat PTS tersebut merupakan gangguan bagi penyelenggaraan pendidikan tinggi. Meski demikian, dia berharap 3.044 PTS di seluruh Indonesia bisa terus bertahan.

Menurut dia, perlu dukungan dari pemerintah yang betul-betul memberikan solusi pada PTS agar tetap bertahan.

BACA JUGA: Keren, Atta Halilintar Bagikan Nasi Padang Gratis Setiap Hari

"60 persen mahasiswa di Indonesia ada di PTS," ucapnya.

Fasli juga meminta agar perguruan tinggi negeri (PTN) transparan dalam memberikan data penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya dan juga jadwal seleksinya hendaknya berdekatan. Dengan demikian, PTS dapat menentukan langkah dalam merekrut mahasiswa baru.

BACA JUGA: Stafsus Presiden Aminuddin dan TNI-Polri Bersinergi Gelar Vaksinasi untuk Mahasiswa

"Selama ini, kami di swasta menunggu penerimaan baru selesai di PTN. Hanya segelintir kampus swasta yang tidak mempedulikan penerimaan mahasiswa baru di PTN. Terutama PTS yang termasuk kelompok PTS elit," tambah dia

Mayoritas PTS, lanjutnya, kesulitan bersaing dengan PTN secara langsung dan memilih menunggu limpahan calon mahasiswa dari PTN.

Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Nizam yang juga tampil sebagai pembicara mengungkapkan, APK pendidikan tinggi saat ini baru 31 persen. Sementara target pemerintah pada 2024, APK pendidikan tinggi 37 persen.

Nizam menekankan, APK memang perlu akan tetapi mengandalkan APK saja belum cukup sebab mahasiswa harus bisa masuk ke pendidikan tinggi yang berkualitas untuk menghasilkan SDM-SDM yang betul-betul unggul. 

Dia menuturkan, strategi peningkatan APK itu pertama melalui peningkatan kapasitas PTN dan merger PTS-PTS kecil.  Kemendikbudristek telah menganggarkan Rp35 miliar untuk mendorong PTS-PTS yang kecil merger sehingga bisa menjadi PTS yang besar untuk bisa meningkatkan mutunya dan menarik mahasiswa yang lebih banyak.

Selain itu, pemerintah juga membuat ICE Institute sehingga mahasiswa dari kampus yang kurang SDM ataupun materi bisa mengambil mata kuliah yang diselenggarakan beberapa perguruan tinggi top.(esy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Friederich
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler