jpnn.com, JAKARTA - Kemenkominfo bersama GNLD Siberkreasi dan Kemendikbudristekdikti menggelar Webinar Digital Society, Kamis (12/8). Webinar ini mengulas pentingnya mengamankan identitas digital dan kaitannya dengan jejak digital di internet.
Dengan mengangkat tema “Waspada Rekam Jejak Digital Pendidik dan Peserta Didik di Internet”, webinar mengundang berbagai pakar sebagai narasumber.
BACA JUGA: Penipu Pengemudi Ojek Online Ini Akhirnya Ditangkap Massa, Tuh Tampangnya
Webinar dibuka Dirjen Aplikasi dan Informatika (Aptika) Kemenkominfo Semuel Pangerapan dan Dirjen PAUD, Dikdas dan Dikmen Kemendikbudristekdikti Jumeri
Semuel menegaskan, literasi digital merupakan kunci dan keniscayaan dalam menghadapi perkembangan serta disrupsi teknologi yang semakin masif.
BACA JUGA: Info Terkini dari Iptu Teguh Budiyanto Soal Kasus Bripka MN dan Istri Siri
Untuk itu, Kemenkominfo dan Siberkreasi berkomitmen akan terus melakukan upaya peningkatan literasi digital masyarakat melalui berbagai macam inisiatif kegiatan, yang diharapkan dapat memfasilitasi dan semakin mendorong terwujudnya masyarakat digital Indonesia.
"Literasi digital merupakan kemampuan yang paling krusial dalam menghadapi perkembangan teknologi saat ini, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang tidak hanya mengenal teknologi, namun juga cermat dalam menggunakannya,” ujar Semuel.
BACA JUGA: Kemkominfo-Kemendikbudristek Ajak Sekolah Buat Website Aman, Informatif, dan Menarik
Sementara, Jumeri mengingatkan bahwa setiap hari, secara tidak sadar ataupun sadar, masyarakat telah meninggalkan jejak di dunia maya melalui unggahan, komentar, situs laman yang kita kunjungi, memasukkan data pribadi, mengirim pesan, dan lain sebagainya.
“Jejak digital pula yang membentuk pribadi dan menggambarkan diri kita di dunia digital. Untuk itu, kita harus tetap waspada dan berhati-hati terhadap informasi apapun yang kita bagikan di internet dan juga ada beberapa rambu-rambu yang harus kita waspadai. Di antaranya adalah Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Jangan sampai kita terkena dampaknya. Dapatkan manfaatnya, hindari risikonya," pesan Jumeri.
Dalam banyak kasus, warganet sering mengunggah berbagai bentuk konten dan meninggalkan jejak digital yang kurang hati-hati. Pengurus Siberkreasi dan Komite Edukasi Mafindo, Heni Mulyati, penting bagi masyarakat meninggalkan jejak digital yang positif. Seperti prestasi atau penghargaan yang didapat atau karya-karya baik yang telah dibuat.
“Harapannya, ketika seseorang mengetikkan nama kita di mesin pencari, maka seluruh karya berkualitas yang pernah kita buat bisa muncul dan menjadi catatan nama baik,” jelas Heni.
Policy Programs Manager Facebook Indonesia Dessy Sukendar memberikan tips-tips praktikal yang bisa digunakan untuk proteksi privasi dalam menggunakan media sosial.
Dessy menyarankan agar warganet dapat membiasakan diri memperhatikan dan melihat pengaturan terkait kata sandi, informasi pribadi, pengaturan privasi, dan keamanan pada setiap platform yang digunakan.
Dalam rangka mensosialisasikan cara-cara menjadi warga digital yang bijak, Facebook telah bekerja sama dengan Kemkominfo dalam membuat panduan sederhana dengan bahasa yang mudah dicerna. Panduan dan buku “Materi Asah Digital” ini dapat diakses oleh publik di https://asahdigital.fb.com/.
“Bukan untuk mengajarkan, tetapi untuk lebih gampang disampaikan, semua ada di buku panduan ini yang dapat diunduh di website kami,” tutur Dessy.
Analis Prasarana Sekolah Dasar, Kemendikbudristekdikti Wahyu Haryadi menyampaikan upaya-upaya dalam menjaga agar tenaga pendidik dan peserta didik meninggalkan rekam jejak baik di dunia digital. Wahyu mengenalkan konsep “4K” dalam cerdas digital, yaitu Kritis, Keamanan, Kreativitas, dan Kolaborasi juga strategi Literasi Digital di Sekolah Dasar (SD), salah satunya yaitu “Empati Digital”.
Menurutnya, penting mengajarkan anak untuk tidak hanya mengamankan jejak digital tapi juga harus mempunyai empati terhadap apa yang ada di dalam dunia digital.
BACA JUGA: Mbak Farida Setiap Hari Buka Warung Sayur, Ternyata Cuma Kedok Belaka
“Beberapa hal dapat dilakukan untuk menumbuhkan rasa empati pada anak, misalnya dengan mengajarkan untuk tidak pamer di media sosial atau mengajarkan untuk tidak meneruskan pesan atau video perundungan di media sosial, dan lain sebagainya,” ujar Wahyu.(dkk/jpnn)
Redaktur : Budi
Reporter : Muhammad Amjad