Mahasiswa Baru UI Wajib Tanda Tangan Pakta Integritas, Rocky Gerung: Pikiran Rektor Buruk

Kamis, 17 September 2020 – 22:53 WIB
Rocky Gerung dalam dialog di akun YouTube Trilogi TV. Foto: tangkapan layar/ Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Rocky Gerung menilai penandatanganan Pakta Integritas untuk mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI) mengancam kebebasan mahasiswa, dan tidak sesuai dengan tradisi di Kampus Perjuangan itu.

Upaya menekan mahasiswa itu terjadi karena rektor tidak fokus pada kurikulum tetapi pada jabatannya sebagai komisaris BUMN.

BACA JUGA: Rocky Gerung Tuding Istana Bernafsu Matikan Anies ketimbang Tangani COVID-19

"Pikiran rektor yang buruk itu karena dia tidak fokus pada kurikulum. Dia hanya fokus pada kedudukannya sebagai komisaris BUMN," kata Rocky Gerung di kanal YouTube miliknya, Kamis (17/9).

Dia mengaku banyak menerima telepon dari dosen, mahasiswa dan mantan mahasiswa yang menganggap, bahwa UI saat ini memburuk. Apalagi posisinya di rangking internasional anjlok.

BACA JUGA: Fadli Zon Dukung BEM UI Tolak Pakta Integritas

"Rangkingnya drop. Rektor digaji supaya berpikir tentang kurikulum tetapi dia justru menghalangi itu. Dan ini jadi pembicaraan sehari-hari di antara mahasiswa," ujar Rocky.

Dilanjutkannya, tindakan menekan dan mengekang lembaga pendidikan itu terjadi di zaman Orde Baru dan Orde Lama.

BACA JUGA: Rocky Gerung Ingin Ajak Sri Mulyani Makan Bareng di Warteg Langganannya

"Mesti diluruskan bahwa tradisi untuk menekan mahasiswa itu tradisi ketika kampus itu ada di bawah kekuasaan pemerintah otoriter," katanya.

"Soeharto menekan, Bung Karno juga. Bahkan memaksa supaya ada apel siaga untuk mendukung pemimpin besar revolusi."

Ditegaskannya, universitas itu dibangun dengan tradisi independen, tidak dalam posisi mendukung pemerintah tetapi mendukung negara.

"Jadi mendukung negara oke, karena otonomi kampus itu justru dibuat supaya kampus bebas mengutarakan pemikiran bahkan yang bertentangan dengan pemerintah," tambah Rocky lagi.

Diceritakannya, beberapa hari lalu dirinya diminta jadi narasumber di acara 55 tahun arsitektur UI.

Penyelenggaranya bukan rektor UI, tetapi justru alumni UI bidang arsitektur.

Mereka menggelar  seminar yang sangat bermutu tentang apakah COVID-19 ini adalah satu tahap dalam evolusi manusia, step to human evolution?

"Itu pertanyaan dunia saat ini yang mestinya rektor lakukan tapi justru alumni arsitektur yang melakukan," keluhnya.

"Saya diminta untuk menerangkan hubungan antara pandemi COVID-19 dengan spekulasi bahwa nasib manusia sedang berubah karena kita masih hidup bersamaan dengan COVID-19 sekaligus dengan robot."

Jadi ini tradisi akademis ketika ada isu, rektor mengumpulkan dekan-dekan untuk membuat dan berpikir mencari solusi bersama.

"Tetapi justru rektor sodorin pada dekan agar mahasiswa itu tanda tangan pakta integritas yang berbau politik," katanya.

Hal itu, bagi Rocky menunjukkan rektor UI telah kehilangan prospektif sains dalam soal ini. Padahal seluruh dunia melakukan riset bersama (COVID-19).

Oleh karena itu, dia menyesalkan adanya pakta integritas itu yang menunjukkan UI tidak punya memori, tentang apa yang seharusnya dijadikan tugas universitas.

"UI sekarang menjadi parsial, anak hukum tidak mengerti tentang filsafat, anak filsafat tidak bisa bicara dengan anak ekonomi, anak ekonomi buta huruf tentang perkembangan neurosains, anak neurosains enggak bisa bicara puisi," katanya.

Sehingga, universitas sebagai tempat berkembangnya pemikiran dan ide justru terhambat.

"Jadi konsep universitas sebagai tempat untuk menyaling-silangkan pikiran justru dihambat oleh rektor. Sebab di pikirannya rektor kalau fakultas di sana itu sarang HTI, di sana itu good looking, di sana orang yang mudah diatur-atur. Jadi rektor berpikir konspiratif," tambahnya. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler