Mahasiswa di Jember Ditantang Wujudkan Lumbung Pangan Dunia

Rabu, 23 Mei 2018 – 21:43 WIB
Mentan Amran saat memberikan kuliah umum di Universitas Jember. Foto: Istimewa

jpnn.com, JEMBER - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan peran mahasiswa sebagai generasi muda dalam memajukan pertanian berbasis teknologi sehingga Indonesia menjadi lumbung pangan dunia.

Hal itu diungkap Mentan Amran saat memberikan kuliah umum di Universitas Jember, Rabu (23/5).

BACA JUGA: Ingat Masa Kecil, Amran Sulaiman Berburu Belut di Sawah

Pada kuliah umum ini, Amran menceritakan pengalamannya selama berada di Kabinet Kerja sejak 2014. Salah satunya, mengenai terobosan yang dilakukan dan capaiannya.

Saat menjadi menteri, dirinya telah merombak regulasi terkait pengadaan. Soalnya, mekanisme tender membuat bantuan sarana produksi kepada petani menjadi mubazir.

BACA JUGA: Bedah Kemiskinan dan Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan

"Anggaran keluar Januari, empat bulan tender. Selesai panen, baru traktor jalan (diterima petani)," ujarnya saat memberikan Kuliah Umum "Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045" di Kampus Universitas Jember, Jawa Timur.

Hal tersebut mendorong Menteri Amran menemui Presiden dan meminta regulasi pengadaan barang/jasa diubah. Sebab, ucapnya kepada Presiden, "Tikus tidak pernah katakan, tunggu dulu, pemerintah lagi tender."

BACA JUGA: Petani Semringah Pasar Lelang Holtikultura Diluncurkan

Amran pun mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tujuannya agar penyimpangan dapat dihindari dan anggaran tak diselewengkan. Alhasil, Kementerian Pertanian berhasil memperoleh penghargaan anti gratifikasi.

Terobosan selanjutnya adalah meningkatkan alokasi anggaran untuk petani langsung. Konsekuensinya, anggaran seminar, peresmian, pengadaan, dan uang perjalanan dinas alokasinya dicabut. "Dulu, alokasi alsintan untuk petani 35 persen. Sekarang 85 persen," jelasnya.

Amran juga mendorong peneliti pertanian lebih giat melakukan riset dan berinovasi untuk memajukan pertanian nasional, serta meningkatkan kesejahteraan petani.

"Kemudian deregulasi. Dulu izin pertanian tiga bulan, bahkan ada dua tahun, tiga tahun. Kami buat Satu Padu. Dalam satu jam selesai, bahkan cukup dari rumah," imbuhnya.

Selanjutnya, memaksimalkan lahan menganggur, seperti tadah hujan. Tujuannya, meningkatkan produksi dalam negeri serta merealisasikan visi Lumbung Pangan Dunia 2045.

Kementerian Pertanian juga mengembangkan pertanian di daerah-daerah perbatasan sebagai lumbung pangan yaitu di Lingga, Belu, Malaka, Merauke, dan Entikong.

Dengan begitu, mempermudah ekspor pangan, khususnya ke negeri jiran. Harga pangan juga mulai stabil. "Sebelum Jokowi-JK, harga beras Rp 50 ribu -Rp 80 ribu di Merauke. Hari ini Rp 8 ribu," bebernya.

Amran mengungkapkan, banyak capaian terukir buah dari terobosan tersebut. Misalnya, berhasil menutup keran impor beras dan jagung. Bahkan, sudah diekspor ke berbagai negara, termasuk bawang merah. "Dalam sejarah pertanian 72 tahun, kita tembus ekspor ayam ke Jepang," lanjutnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Jember, Moh Hasan, berharap, Kementerian Pertanian konsisten melakukan modernisasi pertanian, memaksimalkan lahan suboptimal, dan upaya-upaya lainnya. "Mudah-mudahan ikhtiar dapat ridho dan petunjuk-Nya," katanya.

Dia menyatakan demikian, mengingat pangan bakal menjadi persoalan besar saat pemerintah tak bisa memenuhi kebutuhan penduduknya.

"Masalah pangan tidak lepas dari masalah kependudukan," tuntas Hasan.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Amran Meluncurkan Program Bedah Kemiskinan di Jember


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler