jpnn.com, MANOKWARI - Kantor Gubernur Papua Barat menjadi sasaran amuk massa ratusan mahasiswa, Jumat (6/4).
Massa melakukan pengrusakan, melempari kantor megah yang berlokasi di perbukitan Arfai, Manokwari Puluhan kaca jendela bernilai jutaan rupiah terlihat bolong, hancur terkena lemparan batu.
BACA JUGA: Jokowi ke Pengusaha Daerah: Kita Bicarakan di Istana
Dua ruangan di Biro Umum juga diobrak-abrik massa yang emosi. Beberapa peralatan elektronik dirusak. Tampak beberapa batu besar yang dipakai melempar kaca, masih tertinggal di dalam ruangan Biro Umum.
Puluhan kursi plastik dibanting dan mengalami kerusakan. Pot bunga yang diletakkan di sudut ruangan kantor gubernur pun tak luput dari amukan massa. Saat kejadian pengrusakan, gubernur dan wakil gubernur Papua Barat tak ada di ruangan. Gubernur sedang menghadiri pemaparan Operasi Teritorial di Kodam XVIII/Kasuari.
BACA JUGA: Zulhasan Jadi Tamu Kehormatan Pesta Rakyat Papua Barat
Tak hanya kantor gubernur, kantor BPKAD (Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) juga jadi sasaran amukan massa. Sama dengan kantor gubernur, kantor BPKAD pun dilempari baru hingga puluhan kaca jendela hancur.
Tak hanya kerugian harta benda, Kepala Biro Umum, Dr Origenes Ije,SE,MM ikut menjadi korban amukan massa. Dia sempat hendak dikeroyok massa yang mengerumuninya, namun dapat dicegah staf Biro Umum, Satpol PP dan Satpam.
BACA JUGA: Dulu Pemuja SBY, Sekarang Jadi Pencinta Jokowi
“Tadi situasi sudah tidak terkendali. Kami staf Biro Umum langsung lindungi Pak Karo (Origenes Ijie),” ujar salah seorang staf Biro Umum kepada Radar Sorong.
Pengrusakan dan pelemparan kantor gubernur berawal dari antrian mahasiswa yang mengecek proposal bantuan pendidikan di Biro Umum dan BPKAD. Mereka sudah antri sejak pagi. Biro Umum pun sudah menyediakan kursi plastik.
Sekitar pukul 08.35 WIT, dibacakan nama-nama mahasiswa dan masyarakat yang terdaftar pada sistem kerja di kantor BPKAD. Para mahasiswa sempat tidak terima dengan pernyataan salah satu staf pada Biro Umum.
Dari kantor BPKAD, sebagian mahasiswa dan masyarakat yang nama-namanya tak terdaftar sebagai penerima bantuan, berjalan dari kantor gubernur (ruangan Biro Umum). Mereka meminta penjelasan. Karo Umum, Origenes Ijie menemui ratusan mahasiswa yang terlihat emosi.
Tak terima penjelasan, massa pun mengamuk dan mencoba menyerang Karo Umum. Puluhan kursi plastik dibanting, massa juga memasuki dua ruangan dan mengobrak-abrik isinya.
Tak puas di dalam, massa keluar. Aksi lempar kantor pun terjadi. Sejumlah kaca jendela di kantor berlantai 5 ini hancur. Kaca di pintu masuk kantor gubernur pun tak luput dari amukan. Seorang pegawai bahkan sempat dikeroyok massa, beruntung dia bisa menyelamatkan diri.
Kapolres Manokwari AKBP Adam Erwindi, Kabag Ops Kompol Winarto, Kasat Sabhara Iptu Siswanto, Kasat Intel serta sejumlah personel polisi tiba di kantor gubernur. Kapolres memerintahkan Kasat Reskrim AKP Indro Rizkiandi untuk melakukan olah TKP (tempat kejadian perkara). Pengrusakan kantor gubernur akan diproses hukum.
Tokoh masyarakat Arfak, Obeth Arik Ayok datang menemui massa di kantor BPKAD. Dia meminta para mahasiswa dan masyarakat untuk tenang, tidak membuat aksi yang tidak terpuji melakukan pengrusakan fasilitas kantor milik pemerintah.
Sekitar pukul 16.00 WIT, Karo Umum Setda Provinsi Papua Barat Origenes Ijie yang sempat pulang setelah kejadian, balik ke kantor gubernur. Bersama beberapa staf, Karo Umum dimintai keterangan sebagai saksi oleh Kasat Reskrim didampingi Kasat Intel.
Permintaan keterangan dilakukan di ruangan Karo Umum sekitar 40 menit. Usai Karo Umum memberikan keterangan, selanjutnya beralih ke ruangan elektronik. Kasat Reskrim dan penyidik Polres Manokwari mengecek rekaman CCTV saat kejadian.
Kasat Reskrim AKP Indro Rizkiandi mengatakan, Karo Umum Setda Provinsi Papua Barat dan beberapa staf dimintai keterangan terkait kejadian pengrusakan. “Kita ambil keterangan terkait kejadian, jam berapa saja sih kejadiannya,” tutur mantan Kasat Reskrim Polres Fakfak ini kepada Radar Sorong di kantor gubernur.
Dari kejadian ini, polisi mengamankan 10 perwakilan mahasiswa. Mereka diangkut menggunakan truk Brimob ke Mapolres Manokwari.
Gubernur Papua Barat Drs Dominggus Mandacan menyesalkan kasus pengrusakan kantor gubernur dan kantor BPKAD (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah) oleh ratusan oknum mahasiswa, Jumat (6/4) siang. Dia meminta kasus ini diusut dan diproses hukum.
Gubernur Papua Barat yang ditemui wartawan di lapangan Borasi Manokwari mengutarakan, jika para mahasiswa ingin mempertanyakan proses realisasi proposal bantuan pendidikan, mestinya dilakukan secara baik. Bukannya malah datang membawa parang dan batu, serta melakukan aksi anarkis dan pengrusakan fasilitas kantor.
Dia menilai, bila ada oknum mahasiswa yang datang ke kantor gubernur untuk mengecek proposal sambil membawa parang dan dalam keadaan mabuk, berarti sudah ada rencana berbuat tidak baik. “Kalau sudah ada rencana yang tidak baik dengan membawa parang dan batu, pada akhirnya akan berurusan dengan pihak kepolisian. Jadi kalau ada yang datang sudah bawa parang dan batu, berarti sudah ada rencana tidak baik dari awal, apalagi jangan sampai ada yang mabuk, itu sudah tidak benar,” ujarnya.
Gubernur menyerahkan sepenuhnya kepada aparat kepolisian untuk memproses pengrusakan kantor Gubernur Papua Barat dan kantor BPKAD. “Kita serahkan kasus ini kepada pihak Kepolisian, pihak Kepolisian yang punya kewenangan menangani masalah ini,” ujarnya.
Dominggus meminta para mahasiswa dan masyarakat agar memaklumi kondisi keuangan Pemprov Papua Barat. Apalagi 90 persen anggaran Otonomi Khusus (Otsus) telah dialokasikan kepada pemerintah kabupaten/kota.
“Itu sebenarnya tidak kami inginkan, mereka harusnya datang baik-baik. Kita maklumi kondisi keuangan kita demikian, sehingga tidak serta merta semuanya dapat. Yh mungkin saat ini belum dapat, nanti di tahun berikutnya bisa dapat,” kata Gubernur.
Kemampuan keuangan Pempov lanjut Gubernur, sangat terbatas. Tak mungkin menjawab semua proposal yang masuk. “Proposal yang diajukan bukan hanya berasal dari mahasiswa, namun berasal dari sejumlah kabupaten/kota di Papua Barat,” tuturnya.
Gubernur mengatakan, mahasiswa dari kabupaten/kota mengajukan proposal permohonan bantuan pendidikan. Padahal, sebagian besar dana Otsus (90 persen) sudah dialokasikan ke kabupaten/kota, provinsi hanya mendapat bagian 10 persen.
“Bayangkan, semua kabupaten/kota masukkan proposal ke provinsi. Bukan hanya satu dua proposal, ada belasan ribu proposal yang masuk. Dengan demikian ada yang kita jawab dan ada yang tidak kita jawab,” tuturnya lagi.
Dia menyesalkan pengrusakan fasilitas kantor Gubernur yang dilakukan sekelompok oknum mahasiswa sebagai cara-cara anarkis.
“Yang kita sesalkan itu, tidak boleh dengan cara anarkis, kekerasan, bahkan pemukulan itu kan tidak boleh. Kita harapkan adik-adik mahasiswa punya pemikiran lebih baik dari masyarakat yang di kampung sana,” pungkasnya. (lm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Vokalis Black Sweet Siap Maju Sebagai Calon Anggota DPD RI
Redaktur & Reporter : Soetomo