TEGAL – Aksi demo penolakan kedatangan SBY, yang dilakukan mahasiswa UPS (Universitas Pancasakti) Tegal menelan korban. Tiga dari sepuluh orang pendemo, yakni Desky Danu Aji, Miftakhudin, dan Mohammad Rosyid Ridho, menderita luka lebam di bagian kepala serta tubuhnya.
Bahkan M Rosyid Ridho, terpaksa dilarikan ke RSUD Kardinah, kemudian dirawat intensif di Ruang Wijaya Kusuma 3. Sekjen BEM Fakultas Ekonomi tersebut menderita luka cukup parah. Tepat di bawah mata kiri dan ubun-ubun sobek, sehingga mendapat 3 jahitan pada setiap lukanya. Sementara Desky Danu Aji dan Miftakhudin, hanya menderita luka lebam di bagian kepala dan perut. Hingga Kamis (21/2), M Rosyid Ridho masih mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Ketika ditemui di atas pembaringan, Rosyid mengatakan, kuat dugaan pelaku pemukulan dalam aksi demo berasal dari anggota TNI dan Polri. "Oknum TNI yang memukul saya berbadan tambun, dan menggunakan kaos warna merah. Sedangkan oknum polisinya memakai seragam lengkap. Kedua pelaku termasuk aparat yang bertugas di Tegal."
Diceritakannya, tindak represif yang dilakukan aparat, terjadi di perempatan Kalimati. Waktu itu, dia bersama Desky Danu Aji dan Miftakhudin membuat border. Lantaran terjadi aksi saling dorong. Karena kalah kuat, akhirnya dia dan dua temannya terjatuh. Pada saat itulah terjadi aksi pemukulan, yang diduga dilakukan oknum anggota TNI mengenakan kaos merah.
Tindakan pemukulan tidak berhenti sampai di situ. Saat pendemo bakal dinaikkan ke mobil, salah satu anggota Polri membenturkan kepalanya ke kendaraan. Sehingga bagian ubun-ubunnya sobek dan berdarah. "Jadi luka yang saya alami, di bawah mata kiri akibat dipukul oknum TNI, dan bagian kepala oleh oknum Polri. Saat ini saya mengalami pusing dan sakit pada bagian yang kena pukulan."
Lebih lanjut Rosyid mengungkapkan, insiden tersebut langsung dilaporkan ke Polisi Militer. Dia berharap, proses hukum terhadap pelaku dapat ditegakkan sesuai ketentuan. "Kami juga akan menuntut itu," tegasnya.
Di tempat sama, Gubernur Mahasiswa, Desky Danu Aji mengaku kecewa dengan tidakan represif yang dilakukan aparat. Dia bersama mahasiswa lain, berupaya menyelesaikan masalah tersebut melalui jalur hukum. "Kami minta aparat TNI dan Polri meminta maaf secara terbuka melalui media. Sebab dua instansi itu yang harus bertanggung jawab, atas tindak pemukulan yang terjadi ketika demo kemarin."
Disamping permintaan maaf, lanjut Desky, mahasiswa menuntut oknum yang melakukan tindak kekerasan dipindahtugaskan. Ditakutkan ke depan terjadi hal-hal tidak diinginkan terhadap mahasiswa. "Hari ini (kemarin, red), OKP menggelar aksi orasi kecam tindakan represif aparat di Kabupaten Tegal. Sedangkan di Kota Tegal, digelar aksi solidaritas dan penolakan kedatangan SBY," paparnya.
Ditambahkan Presidium Mahasiswa UPS, Miftakhudin, siapapun yang melakukan aksi pemukulan harus bertanggung jawab. Disamping meminta maaf pada korban dan mahasiswa. "Demo penolakan kedatangan SBY sebelumnya diberitahukan secara tertulis pada aparat. Kenapa kami menolaknya" Karena banyak masyarakat dirugikan. Terutama yang merasa terganggu dan mengalami kerugian. Karena mereka tidak dapat bekerja sebagai petani dan sebagainya."
Sebelumnya, lantaran dinilai melanggar perijinan dengan melakukan unjuk rasa, enam dari sepuluh mahasiswa Universitas Pancasakti (UPS) Kota Tegal, yang tengah melancarkan aksi penolakan kedatangan Presiden RI Soesilo Bambang Yudoyono (SBY), dan hipotesa perjuangan penegrian sekolah tersebut, di perempatan Jalan Setia Budi Panggung Tegal Timur, akhirnya ""dikarungi" oleh gabungan pasukan tim kepolisian dan TNI, Rabu (20/2) sore. Dalam aksi tersebut juga sempat menjadi perhatian sejumlah warga, termasuk ratusan pengguna jalan yang melintas.
Terlebih, dalam pembubaran aksi terhadap 10 mahasiswa UPS, yang tengah melakukan orasi di perempatan Jalan Setia Budi Panggung Tegal Timur arah stasiun, dilakukan tiba-tiba. Sehingga, 10 mahasiswa nampak kaget. Namun demikian, 4 mahasiswa lain berhasil kabur dari sergapan puluhan anggota polisi dan TNI, yang waktu itu menjaga dan mengamankan kedatangan SBY, sesuai rencana tiba di Stasiun KA Kota Tegal. (adi)
Bahkan M Rosyid Ridho, terpaksa dilarikan ke RSUD Kardinah, kemudian dirawat intensif di Ruang Wijaya Kusuma 3. Sekjen BEM Fakultas Ekonomi tersebut menderita luka cukup parah. Tepat di bawah mata kiri dan ubun-ubun sobek, sehingga mendapat 3 jahitan pada setiap lukanya. Sementara Desky Danu Aji dan Miftakhudin, hanya menderita luka lebam di bagian kepala dan perut. Hingga Kamis (21/2), M Rosyid Ridho masih mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Ketika ditemui di atas pembaringan, Rosyid mengatakan, kuat dugaan pelaku pemukulan dalam aksi demo berasal dari anggota TNI dan Polri. "Oknum TNI yang memukul saya berbadan tambun, dan menggunakan kaos warna merah. Sedangkan oknum polisinya memakai seragam lengkap. Kedua pelaku termasuk aparat yang bertugas di Tegal."
Diceritakannya, tindak represif yang dilakukan aparat, terjadi di perempatan Kalimati. Waktu itu, dia bersama Desky Danu Aji dan Miftakhudin membuat border. Lantaran terjadi aksi saling dorong. Karena kalah kuat, akhirnya dia dan dua temannya terjatuh. Pada saat itulah terjadi aksi pemukulan, yang diduga dilakukan oknum anggota TNI mengenakan kaos merah.
Tindakan pemukulan tidak berhenti sampai di situ. Saat pendemo bakal dinaikkan ke mobil, salah satu anggota Polri membenturkan kepalanya ke kendaraan. Sehingga bagian ubun-ubunnya sobek dan berdarah. "Jadi luka yang saya alami, di bawah mata kiri akibat dipukul oknum TNI, dan bagian kepala oleh oknum Polri. Saat ini saya mengalami pusing dan sakit pada bagian yang kena pukulan."
Lebih lanjut Rosyid mengungkapkan, insiden tersebut langsung dilaporkan ke Polisi Militer. Dia berharap, proses hukum terhadap pelaku dapat ditegakkan sesuai ketentuan. "Kami juga akan menuntut itu," tegasnya.
Di tempat sama, Gubernur Mahasiswa, Desky Danu Aji mengaku kecewa dengan tidakan represif yang dilakukan aparat. Dia bersama mahasiswa lain, berupaya menyelesaikan masalah tersebut melalui jalur hukum. "Kami minta aparat TNI dan Polri meminta maaf secara terbuka melalui media. Sebab dua instansi itu yang harus bertanggung jawab, atas tindak pemukulan yang terjadi ketika demo kemarin."
Disamping permintaan maaf, lanjut Desky, mahasiswa menuntut oknum yang melakukan tindak kekerasan dipindahtugaskan. Ditakutkan ke depan terjadi hal-hal tidak diinginkan terhadap mahasiswa. "Hari ini (kemarin, red), OKP menggelar aksi orasi kecam tindakan represif aparat di Kabupaten Tegal. Sedangkan di Kota Tegal, digelar aksi solidaritas dan penolakan kedatangan SBY," paparnya.
Ditambahkan Presidium Mahasiswa UPS, Miftakhudin, siapapun yang melakukan aksi pemukulan harus bertanggung jawab. Disamping meminta maaf pada korban dan mahasiswa. "Demo penolakan kedatangan SBY sebelumnya diberitahukan secara tertulis pada aparat. Kenapa kami menolaknya" Karena banyak masyarakat dirugikan. Terutama yang merasa terganggu dan mengalami kerugian. Karena mereka tidak dapat bekerja sebagai petani dan sebagainya."
Sebelumnya, lantaran dinilai melanggar perijinan dengan melakukan unjuk rasa, enam dari sepuluh mahasiswa Universitas Pancasakti (UPS) Kota Tegal, yang tengah melancarkan aksi penolakan kedatangan Presiden RI Soesilo Bambang Yudoyono (SBY), dan hipotesa perjuangan penegrian sekolah tersebut, di perempatan Jalan Setia Budi Panggung Tegal Timur, akhirnya ""dikarungi" oleh gabungan pasukan tim kepolisian dan TNI, Rabu (20/2) sore. Dalam aksi tersebut juga sempat menjadi perhatian sejumlah warga, termasuk ratusan pengguna jalan yang melintas.
Terlebih, dalam pembubaran aksi terhadap 10 mahasiswa UPS, yang tengah melakukan orasi di perempatan Jalan Setia Budi Panggung Tegal Timur arah stasiun, dilakukan tiba-tiba. Sehingga, 10 mahasiswa nampak kaget. Namun demikian, 4 mahasiswa lain berhasil kabur dari sergapan puluhan anggota polisi dan TNI, yang waktu itu menjaga dan mengamankan kedatangan SBY, sesuai rencana tiba di Stasiun KA Kota Tegal. (adi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Batam Surga Penimbun Solar
Redaktur : Tim Redaksi