Mahasiswa Polbangtan Tawarkan Pertanian Masa Depan Lewat Kultur Jaringan

Jumat, 09 September 2022 – 09:46 WIB
Mahasiswa Polbangtan Syahrani Dwi Lukmana tawarkan pertanian masa depan lewat kultur jaringan. Foto: Instagram @adyphotogallery)

jpnn.com, YOGYAKARTA - Di tengah sebagian generasi muda yang mulai meninggalkan dunia pertanian, milenial kelahiran Makassar ini justru sebaliknya. Dia memilih terjun ke pertanian sebagai langkahnya menggapai masa depan.

Syahrani Dwi Lukmana atau akrab disapa Rani, salah satu pemudi yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya di Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA), dengan mengambil konsentrasi di Program Studi Teknologi Benih.

BACA JUGA: Konon Uang yang Diberikan Ferdy Sambo kepada Bripka Ricky Rizal Bukan Terkait Brigadir J, tetapi

Selain aktif menjadi mahasiswa, dia juga fokus menggeluti dunia kultur jaringan. Ketertarikannya terhadap dunia kultur jaringan dimulai sejak dua tahun lalu.

Melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Rani mulai familiar dengan dunia kultur jaringan yang kemudian mempertemukannya dengan mentor andal Pranowo Singgihsanjoyo, dosen UGM sekaligus pengusaha bibit anggrek berbasis kultur jaringan.

BACA JUGA: Karangan Bunga Terlihat di Rumah Ferdy Sambo, Baca Tuh Ucapannya, Jangan Gentar

“Awal masuk ke Polbangtan YOMA, saya mengikuti kegiatan perkenalan mahasiswa baru yang salah satunya memperkenalkan tentang UKM kultur jaringan. Di situ saya tertarik bergabung dan akhirnya bertemu dengan Pak Pram (Pranowo), seorang yang ahli di bidang kultur jaringan sekaligus ahli membuat uang dari keahliannya,” ujarnya.

Mahasiswa yang sedang duduk di semester 7 ini mengaku makin mengenal kultur jaringan, dirinya pun tertarik mendalaminya. Memanfaatkan waktu luang saat Covid-19, dirinya makin larut menekuni kultur jaringan dengan belajar secara intensif di laboratorium milik Pramono.

BACA JUGA: Putri, Bripka RR, Bharada E, dan Ferdy Sambo Berkumpul: Siapa yang Sanggup Menembak Brigadir J?

Rani bisa menghabiskan waktu seharian dari pagi buta hingga tengah malam untuk mengulik formula yang tepat. Usahanya kini membuahkan hasil, sudah berbagai jenis tanaman yang berhasil dia kulturkan.

“Selama setahun, saya belajar tentang kultur jaringan. Beberapa yang sudah saya kuasai, yaitu kultur pisang, krisan, porang, dan anggrek," terang Rani.

Selain mempelajari untuk dirinya sendiri, dia juga beberapa kali diberi kesempatan menjadi pembicara di acara seminar.

Dia juga diberi kesempatan untuk tampil di acara PROPAKTANI yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian, bersanding dengan pembicara andal lainnya seperti Edi Santoso dari Institut Pertanian Bogor dan Aditya Demi Al Ersyad Fadli, pengusaha benih terkemuka asal Ngawi.

Rani juga mengaku kini dirinya sudah mulai mengomersilkan kultur jaringan hasil karyanya. Kultur jaringa yang banyak diminati pasaran menurut Rani, yaitu ku;jar pisang dan kuljar pisang.

"Sudah mulai dikomersilkan, kemarin ada pesanan dari BRIN sekitar 100 botol krisan, dan sedang ada tambahan pesanan lagi karena hasil sebelumnya memuaskan,” akunya.

Gadis manis ini mengaku awalnya tidak terlalu tertarik dengan dunia pertanian. Pilihannya melanjutkan pendidikan di Polbangtan YOMA awalnya juga didasari oleh dorongan kedua orang tuanya.

“Tiga kali saya mendaftar ke Polbangtan YOMA, 2018 saya ditolak bahkan sebelum masuk tahap wawancara. pada 2019 saya mencoba lagi, melalui jalur umum saya belum beruntung. Tidak putus asa saya coba jalur POSKM dan akhirnya dinyatakan lolos. Saya melakukannya demi memenuhi harapan orang tua, tetapi ternyata kini saya mendapatkan hikmah dengan mengikuti saran orang tua saya,” ucapnya sambil mengenang kejadian 2 tahun lalu.

Kini Rni mengaku sudah mantap untuk terjun sepenuhnya dalam dunia pertanian. Dia berharap melalui kisahnya ini bisa memotivasi anak-anak muda untuk turut terjun ke dunia pertanian.

“Harapan saya semoga teman-teman maupun adik-adik tingkat menjadi termotivasi dalam mengejar ilmu. Tidak hanya di kampus tapi di luar kampus,”

Dia melanjutkan di era 4.0 persaingan untuk masuk di dunia kerja sangat ketat, bukan hanya memiliki IPK tinggi yang dibutuhkan tetapi yang saat ini menjadi poin utama meraka adalah attitude, soft skill dan hard skill.

“Ini juga yang menjadi alasan saya menekuni serius kultur jaringan, skill kultur jaringan di indo masih sedikit sehingga ini menjadi peluang saya jika lulus dan mencari pekerjaan. Tentunya saya juga masih mengasah skill saya yang lain, saat ini saya sedang tartarik di bidang IT khususnya web design. Rencana ke depannya sih mau buat blog untuk sharing tentang kuljar,” pungkasnya.

Hal yang dikerjakan Rani sejalan dengan apa yang menjadi harapan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL).

Menurutnya sektor pertanian akan makin kuat jika didukung oleh riset dan inovasi yang berkelanjutan.

"Pesan Bapak Presiden jelas, pembangunan pertanian ke depan harus berbasis riset dan teknologi. Dan hari ini saya apresiasi kerja-kerja para inovator kita yang sudah menemukan, mencipta terobosan-terobosan unggul," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menegaskan bahwa pertanian di era modern tidak bisa terlepas dari penerapan hasil penelitian dan inovasi.

Pengaplikasian hasil penelitian dan inovasi, menurut Dedi, penting untuk meningatkan produktivitas tanaman pertanian demi terwujudnya cita-cita swasembada pangan 2045 mendatang.

"Ini adanya di milenial, petani milenial umumnya cerdas, dan mampu menguasai teknologi dalam waktu singkat, dan berpotensi meningkatkan produktivitas berlipat ganda," ujar Dedi. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gegara Kasus Ferdy Sambo, Seorang Warga Ditangkap Polisi, Waduh


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler