Mahasiswa Universitas Haluoleo Meninggal, Diska Resha Nilai Aparat Brutal

Jumat, 27 September 2019 – 23:23 WIB
Vice Presiden OIC Youth Indonesia Diska Resa Putra. Foto: Dok Pri

jpnn.com, JAKARTA - Vice Presiden OIC Youth Indonesia Diska Resa Putra berduka atas meninggalnya mahasiswa Universitas Haluoleo bernama Randi yang tertembak peluru tajam aparat.

Randi meninggal dunia setelah mengikuti unjuk rasa untuk menuntut pembatalan RUU yang akan dan sudah disahkan DPR di Kantor DPRD Sulawesi Tenggara.

BACA JUGA: Poldasu Tetapkan 40 Tersangka Kerusuhan Demo Mahasiswa di DPRD Sumut

Randi sendiri merupakan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dia pernah mengikuti pelatihan dasar di Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) dan Mapaba Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

“Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi kami karena IMM, HMI dan PMII adalah bagian tak terpisahkan dari OIC Youth Indonesia. Kami selalu bekerja sama dan melaksanakan program pemberdayaan kepemudaan bareng dengan ketiga organisasi tersebut " ujar Diska, Kamis (26/9).

Diska menilai peristiwa tersebut adalah fakta bahwa tindakan represif polisi terhadap mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya kini semakin tak terkontrol, bahkan cenderung brutal.

Di pihak lain, Asian Repesentative of Islamic Cooperation Youth Forum (ICYF) Tantan Taufiq Lubis mempertanyakan prosedur penanganan aksi massa dan pengamanan demonstrasi.

Dia mengatakan, aksi mahasiswa adalah bagian dari demokrasi dan d lindungi konstitusi.

“Karena itu, sudah seharusnya polisi menjaga dan mengayomi para demonstran mahasiswa,” ujarnya.

Chairman Indonesia National Youth Council itu juga mempertanyakan sikap aparat keamanan yang represif terhadap peserta aksi hingga berujung penembakan kepada demonstran.

Menurutnya, tidak ada satu pun klausul undang undang yang membenarkan tindakan kekerasan aparat apalagi sampai menembakkan peluru tajam terhadap massa demonstran

“Pihak kepolisian harus bertanggung jawab mengusut kasus ini sampai tuntas dan hukum ditegakkan,” kata Tantan.

Sementara itu, Wasekjen PBHMI Galih Prasetyo mendesak Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mencopot kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tenggara yang dinilai telah gagal dan lalai dalam memberikan jaminan keamanan bagi mahasiswa dalam menyuarakan aspirasinya. 

“Mahasiswa itu state actor, kaum intelektual, agent of change, bukan penjahat negara yang harus ditembaki dengan membabi buta,” kata Galih. (jos/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler