Mahasiswa UNS Olah Kotoran Kerbau jadi Obat Pembasmi Nyamuk

Senin, 29 Juli 2019 – 13:02 WIB
Mahasiswa dari UNS Solo penggagas inovasi obat nyamuk dari kotoran kerbau. Foto: Radar Solo

jpnn.com - Obat pembasmi nyamuk selama ini selalu identik dengan wewangian yang khas. Seperti bunga lavender, kulit jeruk, atau peppermint. Wangi-wangi tersebut dikenal ampuh mengusir nyamuk. Lalu bagaimana jika obat pembasmi nyamuk dibuat dengan bahan dasar limbah kotoran kerbau?

SEPTINA FADIA PUTRI, Solo, Radar Solo

BACA JUGA: Perlu Ada Zonasi Bisnis Perhotelan

LIMBAH kerbau bagi petani selama ini baru dimanfaatkan untuk pupuk tanaman atau bahkan dibuang sia-sia karena sangat melimpah. Salah mengolah bakal mencemari udara dengan aroma tidak sedap.

“Selama ini, limbah kotoran kerbau hanya terbuang sia-sia. Paling-paling hanya diolah sebagai pupuk kandang. Belum ada yang mengolah limbah ini menjadi suatu hal lain yang lebih berguna dan tentunya memiliki nilai ekonomis tinggi,” kata Nor Isnaeni Dwi Arista, mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) kepada Jawa Pos Radar Solo.

BACA JUGA: Jokowi Berjaya, Kekuatan PDIP di DPRD Solo Hampir Dua Pertiga

BACA JUGA: Inovasi Mahasiswa Surabaya: Putar Tombol, Tanaman Tumbuh Subur

Bersama empat rekannya, Rifqi Himawan, Rizhal Akbar Jaya Pratama, Rahma Amira, dan Sofia Oka Rodiana. Dwi dkk lantas mencari berbagai referensi. Salah satu yang dia temukan adalah penelitian di Inggris yang mengolah limbah kotoran manusia menjadi parfum. Ini menginspirasi mereka untuk mengolah limbah kotoran kerbau menjadi obat pembasmi nyamuk.

BACA JUGA: Jokowi Baru Unggul Versi Quick Count, Wali Kota Solo Sudah Cukur Gundul

“Karena sudah ada penelitian itu, kami ingin membuat penelitian yang serupa tapi berbeda. Kami memilih mengolah kotoran kerbau menjadi mosquito killer. Kami tambah ekstrak lain untuk membunuh nyamuk. Seperti daun kemangi, peppermint, daun bidara, kulit jeruk, dan air kelapa,” beber Dwi.

Masing-masing ekstrak tersebut memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing. Dwi menyebut air kelapa berguna memperlambat pertumbuhan bakteri e-coli di dalam kotoran kerbau. Daun kemangi berfungsi untuk membasmi nyamuk dengan aromanya. Juga kulit jeruk yang mampu mengusir nyamuk. Daun bidara berguna sebagai antiseptik alami menggantikan alkohol. Sementara peppermint sebagai pengharum aroma.

“Proses pengolahannya, kotoran kerbau dicampur air. Kemudian disaring dan dimasukkan dalam jeriken. Tambahkan ragi, lalu difermentasikan. Biarkan selama tiga sampai lima hari. Ini bertujuan untuk menghilangkan bau,” jelasnya.

Setelah proses fermentasi, kotoran kerbau berubah menjadi cair namun masih berwarna cokelat. Dwi dkk menambahkan berbagai macam ekstrak yang disebutkan tadi baru kemudian didestilasi. Hasilnya, campuran ekstrak dan kotoran kerbau tersebut berubah bening.

“Setelah didestilasi, cairan itu dimasukkan ke tabung aerosol. Kami memanfaatkan tekanan angin di dalam tabung dengan tekanan angin di luar. Jadi bisa mendorong air di dalam bisa keluar ke atas tanpa menggunakan alkohol. Sama sekali tidak pakai bahan kimia,” sambungnya.

BACA JUGA: Mau Nyaman Berhijab? Cobalah Hasil Inovasi Mahasiswa UGM Ini

Dalam satu ekstrak, takarannya sebesar 30 persen air kelapa, 15 persen daun bidara, 65 persen daun kemangi, dan campuran peppermint kulit jeruk 35 persen. Anggota tim lainnya, Rifqi mengatakan satu kilogram kotoran kerbau hanya dihargai Rp 3 ribu. Sementara jika diolah menjadi obat pembasmi nyamuk satu kaleng sebanyak 225 mililiter harganya bisa mencapai Rp 28 ribu.

“Jadi nilai ekonomisnya lebih tinggi. Bahkan nggak sampai satu kilo bisa menghasilkan Rp 28 ribu. Rencananya kami ingin mempatenkan produk ini. Tapi kami butuh penelitian lanjutan untuk penyempurnaan. Misalnya, kalau produk ini digunakan terus menerus akan berefek apa,” imbuhnya.

Rifqi dkk juga berencana memasarkan produk inovasinya tersebut ke pasaran. Namun dia juga masih mencari tahu apakah produk ini bisa diterima dan digunakan di Indonesia. Sebab bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim, menganggap kotoran kerbau adalah najis.

“Padahal kan ini disemprotkan ke ruangan. Nah, apakah ruangannya ini tetap bersih atau terkena najis, kami masih mencari tahu dulu,” imbuhnya.

Inovasi pembasmi nyamuk dari kotoran kerbau ini berhasil membawa Rifqi dkk meraih medali emas di ajang Japan Design Idea and Invention Expo 2019, 15-17 Juni lalu di Tokyo Bay Ariake Washington Hotel, Jepang. Mereka menyingkirkan 100 peserta lainnya dari seluruh dunia. (rs/aya/per/JPR)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Perolehan Suara Prabowo – Sandi di Kampung Pak Jokowi


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler