jpnn.com, BANDUNG - Kementerian Pertanian (Kementan) tengah berupaya menggerakkan anak muda untuk terjun pada sektor pertanian melalui Program Gerakan Petani Milenial.
Program tersebut ditargetkan akan menciptakan 100 ribu petani milenial di 10 provinsi yang siap menjadi generasi petani maju.
BACA JUGA: Hadirkan Program Petani Milenial di Papua, Kementan: Ini Komitmen Presiden Tingkatkan Kesejahteraan
Mahasiswi Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB) Cindy Nur Oktaviani mengaku kepincut dengan program regenerasi petani tersebut.
Oleh karena itu, Cindy membangun Gerakan Petani Milenial melalui komunitas Baroedak Tatanen melatih anak petani menjadi petani muda.
BACA JUGA: Petani Milenial Sangat Menentukan Keberhasilan Pembangunan Pertanian
Dia juga mendorong petani muda mewujudkan pertanian berkelanjutan melalui edukasi pertanian berbasis Agrosociopreneur.
Gerakan tersebut diharapkan bisa memotivasi masyarakat untuk lebih peka terhadap prospek bisnis pertanian, utamanya pangan lokal.
BACA JUGA: Petani Milenial Tentukan Keberhasilan Pembangunan Pertanian
"Kami para generasi muda ingin mewujudkan regenerasi petani di desa seluruh Indonesia sehingga tercipta desa yang digdaya melalui anak anak petani," kata Cindy yang hadir dalam acara penandatangan MoU antara petani dengan perhotelan di Bandung, Sabtu (22/5).
Cindy mengatakan bahwa saat ini dirinya sedang fokus mengembangkan dua desa dan berharap bisa menjangkau lebih banyak lagi.
"Baroedak Tatanen menjadi wadah untuk mengembangkan anak-anak petani melalui serangkaian proses pembelajaran yang dibagi dalam tiga program yakni Sajiwa, Sawarna, dan Karya Kita," tuturnya.
Sajiwa merupakan program yang mengedepankan peningkatan skill anak-anak petani yang disesuaikan dengan karakteristik desa setempat dan melalui program Sawarna.
Komunitas Baroedak Tatanen juga memberikan edukasi pertanian baik dengan media sosial maupun permainan edukasi.
"Kami juga punya program Karya Kita untuk mendukung capaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang sejalan dengan program pemerintah. Saat ini fokus pada dua komoditas pangan lokal, singkong dan ubi," ungkap Cindy.
Di sisi lain, Baroedak Tatanen sudah mengeluarkan produk hasil olahan pangan lokal yakni berupa keripik rujak yang bahan utamanya diambil dari panen petani binaan sehingga bisa meningkat karna nilai produknya sudah bertambah.
Program tersebut diterapkan di Desa Cipanjalu, Kecamatan Cilengkgrang, Kabupaten Bandung yang komoditasnya ubi dan singkong.
"Kami bina petani mulai dari hulu hingga hilir sampai produk jadi. Ini yang kami harapkan pada semua petani di seluruh Indonesia supaya tidak selalu menjual bahan mentah namun juga bisa mengolah dan menjual produk ke konsumen," terang Cindy.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan bahwa program gerakan petani milenial dilaksanakan sesuai arahan Syahrul Yasin Limpo.
Saat ini, program tersebut dilaksanakan di Papua dan Papua Barat, Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan sampai Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan NTT.
"Program ini wujud upaya Kementan saat ini dalam mendorong ketahanan pangan nasional melalui peningkatan kapasitas dan kapabilitas para pemuda Indonesia," kata Suwandi.
Suwandi menjelaskan, dalam pelaksanaan program petani milenial diarahkan juga untuk mengangkat potensi pangan lokal dari hulu ke hilir.
Oleh karena itu, petani akan diberikan pelatihan secara bertahap, termasuk permodalan teknologi, kemampuan berbisnis dan UMKM, dan kemampuan menjadi eksporter komoditas yang akan didukung oleh Lintas Kementerian dan Lembaga lainnya.
"Kami mendorong petani milenial untuk melaksanakan program-program utamanya pengembangan tanaman pangan. Kami juga mendorong korporasi petani dalam bentuk badan usaha yang dikelola oleh para pemuda," tutup Suwandi. (cr3/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama