jpnn.com, JAKARTA - Menko Polhukam Mahfud MD menyarankan para penceramah tidak menakut-nakuti umat ketika berbicara dengan bahasan utama virus Corona. Mahfud tidak melarang ustaz berbicara tentang Corona, tetapi isi ceramah tidak yang menakuti.
Mahfud menyampaikan saran itu ketika berpidato di acara standarisasi kompetensi dai yang diselenggarakan di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Kamis (5/3).
BACA JUGA: Tangkal Corona, IDI: Ini Langkah yang Harus Dilakukan Masyarakat
Mahfud menjelaskan, umat yang mendengarkan ceramah, memiliki kemampuan mencerna pesan yang berbeda-beda. Jika ceramah bernuansa menakuti, dikhawatirkan umat dilanda ketegangan menyikapi kasus Corona.
"Kalau berceramah juga jangan menimbulkan ketegangan dan menakut-nakuti. TV itu yang nonton banyak, loh. Bukan hanya orang yang standarnya otak dan pengalamannya sama. Jadi kadang kala kalau menakut-nakuti itu menimbulkan ketegangan," kata Mahfud .
BACA JUGA: Delapan Rekomendasi PB IDI untuk Atasi Penyebaran Corona
Menurut Mahfud, isi ceramah bisa disesuaikan dengan sikap pemerintah terhadap kasus Corona. Dalam beberapa kesempatan, pemerintah selalu menyerukan ke masyarakat tidak tegang menghadapi kasus Corona.
"Pemerintah menyerukan jangan menimbulkan ketegangan karena Corona. Coba dibuat tenang masyarakat, sehingga tidak terhadi rush. Bahwa pemerintah mengharapkan Corona itu diumumkan itu terbuka, iya, tetapi jangan menakut-nakuti," ungkap dia.
BACA JUGA: Cegah Corona, Kotawaringin Timur Hentikan Tradisi Salaman di Sekolah
Selain itu, kata dia, isi ceramah bisa berupa edukasi mencegah penularan Corona daripada menakuti-nakuti. Kemudian, isi ceramah bisa berupa ajakan tidak menimbun masker.
"Oleh sebab itu jangan membuat orang panik. Orang yang tahu kalau Corona itu tidak berbahaya, ditakut-takuti, awas harus pakai masker. Masker ditimbun, lalu dijual kepada orang yang takut. Harganya yang biasanya Rp 15 ribu menjadi Rp 100 ribu, Rp 300 ribu," kata dia. (mg10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan