"Perbedaan itu keniscayaaan. Oleh karena perbedaan keniscayaan itu disadari sejak lama maka sejak dulu di Madura tidak pernah ada konflik soal keyakinan itu," kata Mahfud dalam jumpa pers di kediamannya di Jalan Widya Chandra III Nomor 9, Jakarta Selatan, Rabu (29/8).
Pria kelahiran Sampang itu mengungkapkan, sejak jaman dahulu tidak pernah ada konflik agama di Madura. Di pulau di Timur Jawa itu umat agama apapun dapat beribadah tanpa pernah diganggu.
Bahkan kata Mahfud, tidak pernah ada masalah diantara pengikut aliran Islam Syiah dan Sunni di Madura. Ia menegaskan, secara kultural kaum Syiah dan Sunni di Madura sebenarnya sama saja. Ia mencontohkan bahwa orang Sunni di Madura kerap mengucapkan salawat yang sama dengan orang Syiah.
"Di tengah kita itu ada lima orang yang pasti tidak masuk neraka. Siapa itu? Al Mustofa, Muhammad. Al Murtado itu Ali, itu kan Syiah. Dan kedua anaknya Hasan dan Husein, lalu Fatimah. Nah, orang Madura sudah biasa mengatakan itu," ungkap hakim konstitusi ini.
Mahfud memastikan bahwa konflik Sampang yang terjadi baru-baru ini berlatar belakang asmara dan bukan akidah. Menurutnya, konflik di Madura biasanya akibat masalah harga diri dan tidak pernah dilatarbelakangi agama.
"Disana itu banyak orang menyerang orang kalau soal harga diri, bukan soal agama. Harga diri itu martabat diri direndahkan, istrinya diganggu, itu sering terjadi. Tapi kalau soal agama tidak, di sana sangat toleran sejak dulu," paparnya.
Oleh karenanya, Mahfud berharap semua pihak untuk berhenti mengaitkan konflik Sampang dengan perbedaan akidah. Ia menghimbau agar pemerintah bisa segera mengembalikan situasi Sampang seperti sedia kala.
"Karena sampai tadi siang kami masih mendapat informasi banyak orang yang mengungsi dan takut keluar. Bahkan konon kabarnya terus ada beberapa yang terkepung," pungkas Mahfud. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Siapkan 343 Pemondokan Haji di Makkah
Redaktur : Tim Redaksi