Mahyeldi, Kandidat Gubernur yang Pernah jadi Imam di Masjidilharam

Jumat, 28 Agustus 2020 – 15:37 WIB
Wali Kota Padang Mahyeldi. (Antara/HO)

jpnn.com, PADANG - Nama Mahyeldi Ansharullah belakangan makin akrab di telinga rakyat Sumatera Barat.

Pria kelahiran Bukittinggi, 25 Desember 1966 itu digadang-gadang menjadi gubernur.

BACA JUGA: Mahyeldi Ansharullah Hingga Anies Baswedan Dapat Penghargaan Luar Biasa

Mahyeldi kini melakoni peridoe kedua sebagai Wali Kota Padang.

Buya, begitu dia biasa disapa, mengalahkan panggilan ustaz yang sebelumnya melekat.

BACA JUGA: Mahyeldi Ikhlaskan Gajinya Selama 6 Bulan Untuk Perang Lawan Corona

Dia merupakan sosok yang sederhana. Jebolan Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand) Padang.

Bagaimana seorang Sarjana Pertanian dipanggil dengan sebutan seorang ulama?

BACA JUGA: Pemprov Sumbar Pinjamkan APD Demi Kelancaran Tahapan Pilkada 2020

Tak sedikit yang mengakui, ilmu agama Mahyeldi sangat mumpuni dan memang cocok disapa buya, sebutan untuk ulama di Sumbar.

Sejak remaja, Mahyeldi begitu dekat dengan surau, juga saat di kampus.

Dia benar-benar melekat dengan pendidikan agama.

Setamat kuliah, Mahyeldi sangat dikenal sebagai pendakwah atau ustaz. Bahkan, dia memiliki jemaah yang banyak.

Saat berkecimpung masuk ke dunia politik Partai Keadilan (PK), dia tetap disapa ustaz.

Saat jadi Wakil Ketua DPRD Sumbar 2004-2008 pun, sosok seorang ulamanya begitu kental.

Ketika menjadi Wakil Wali Kota Padang 2008, Mahyeldi makin memantapkan diri sebagai pemimpin yang religius.

"Kharisma apa yang dimiliki ustaz Mahyeldi atau buya Mahyeldi orang memanggilnya, saya sendiri juga tidak tahu. Namun, beliau telah hadir di hati banyak orang di Sumbar. Padahal tidak semua pernah bertemu hanya melihat di koran atau berita di berbagai media sosial saja,” kata seorang politikus asal Kabupaten Agam, Safrudin Nawazir Jambak.

Dia menyebut, beberapa waktu lalu perantau Agam di Padang membawa Mahyeldi mengisi acara Subuh berjemaah di masjid yang cukup besar di Kecamatan Kamang Magek.

“Mereka menyatakan ikhlas untuk mempromosikan ustaz Mahyeldi sebagai sosok berasal dari Luhak Agam yang telah menjadi milik masyarakat Kota Padang,” katanya.

Menariknya, sebut Safrudin, Mahyeldi begitu punya daya pikat di hati masyarakat.

Meski tidak terlalu banyak promosi foto dan gambar dengan baliho dan spanduk sebagaimana gencar dilakukan oleh para calon yang lain.

"Tentu ada faktor kunci (key factor) yang menjadi daya tarik, daya pikat hati masyarakat Sumbar. Berjalan di atas alam bawah sadar, simpati, empati, meniti jiwa keikhlasan untuk membantu jika suatu saat dibutuhkan.

"Banyak yang menyebut ‘kalau untuk Buya Mahyeldi, kami siap berjuang'. Jadi, tentu ini bukan dibangun semalam, tetapi sangat lama dan alami,” katanya.

Meski hanya seorang Sarjana Pertanian, bukan tamatan pesantren bukan pula alumni perguruan tinggi Islam, Mahyeldi digelari buya karena juga berilmu agama dan rajin menyampaikan tausiah di berbagai masjid atau musala seantero Sumbar.

"Profil ini cocok dengan jati diri orang Minang yang kental dengan nilai-nilai adat dan Islam. Mahyeldi, sosok penceramah yang bahasa dakwahnya simpel dan mudah dicerna,” katanya.

Soal keilmuan tentang agama, Mahyeldi tidak hanya terkenal di Sumbar, atau Indonesia saja, tetapi mendunia.

Bahkan, pernah mendapat undangan menjadi imam di Masjidilharam.

Hal tersebut disampaikan seorang ulama Arab Saudi, Syaikh Khalid Al Hamudi yang beberapa waktu lalu datang ke Kota Padang.

Mahyeldi pernah bertindak sebagai imam salat Subuh.

Sedangkan Syaikh Khalid, menjadi salah seorang makmumnya. Syaikh Khalid mengaku terkesan dengan keindahan suara Mahyeldi dalam melafalkan Al-Quran.

Mahyeldi aktif mendalami Islam sejak duduk di bangku sekolah. Ketika menjadi mahasiswa, ia aktif menjadi aktivis dakwah dan mubalig.

Dia juga pernah menjadi Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Padang. Mahyeldi dikenal sebagai sosok pemimpin yang sederhana, santun dan rendah hati.

Di bawah kepemimpinan Mahyeldi, program mendekatkan siswa dengan Al-Quran makin ditingkatkan.

Siswa yang memiliki hafalan Al-Quran tertentu, bebas memilih sekolah yang mereka inginkan sesuai jenjang kelanjutannya.

Satu juz bagi siswa SD dan tiga juz bagi siswa SMP. Untuk siswa SMA yang hafal lima juz, dapat memilih kesempatan masuk ke universitas negeri di Sumbar.

Dengan prestasi mencolok selama menjadi Wali Kota Padang, Mahyeldi kini dipercaya PKS sebagai bakal calon Gubernur Sumbar.

Dia dipasangkan dengan kader PPP Audy Joinaldy untuk mengikuti Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumbar 9 Desember 2020. (uki/posmetropadang)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler