Mahyudin Ungkap Alasan MPR Menyosialisasikan Empat Pilar

Senin, 11 Maret 2019 – 15:50 WIB
Wakil Ketua MPR Mahyudin saat Sosialisasi Empat Pilar MPR bekerja sama dengan Forum Pemuda Lintas Desa (FPLD) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (11/3/2019). Foto: Humas MPR RI

jpnn.com, PENAJAM PASER UTARA - Wakil Ketua MPR Mahyudin mengungkap alasan-alasan MPR menyosialisasikan Empat Pilar MPR. Menurutnya, sosialisasi didasarkan pada kondisi (tantangan) yang dihadapi masyarakat Indonesia.

Mahyudin menjelaskan sosialisasi Empat Pilar MPR merupakan perintah dari UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Dalam UU itu, MPR mendapat tugas menyosialisasikan Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika).

BACA JUGA: Di Tengah Cuaca Panas, Warga Sepaku Antusias Ikuti Sosialisasi Empat Pilar MPR

Dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR kerja sama MPR dengan Forum Pemuda Lintas Desa (FPLD) di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (11/3/2019), Mahyudin mengungkap sejumlah alasan MPR menyosialisasikan Empat Pilar MPR.

BACA JUGA: Sesjen MPR Bahas Peran Parlemen ke Generasi Milenial

BACA JUGA: HNW Anggap KPU Mendelegitimasi Dirinya Sendiri

Pertama, karena masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman agama yang keliru dan sempit. Seperti munculnya radikalisme yang melahirkan terorisme.

“Ini harus diantisipasi agar jangan sampai ada anggota masyarakat yang terpapar radikalisme dan terorisme," jelasnya.

BACA JUGA: HNW Sosialisasi 4 Pilar, Aktivis PKK Curhat Minta Digaji

Kedua, masih adanya pengabaian terhadap kepentingan daerah dan timbulnya fanatisme kedaerahan. Masih terjadi disparitas pembangunan pusat dan daerah.

“Ini menimbulkan fanatisme kedaerahan. Sehingga sempat muncul daerah yang ingin memisahkan diri dari NKRI,” ujarnya.

Ketiga, kurang berkembangnya penghargaan terhadap kebhinnekaan dan kemajemukan. Ini bisa melahirkan politik sara. “Kita menghindari politik SARA yang membawa-bawa suku, agama, ras, antargolongan. Dalam Pilkada DKI Jakarta lalu politik SARA ini sangat kencang. Dalam Pilpres kali ini pun politik SARA juga digunakan. Tapi saya percaya politik sara tidak digunakan kedua calon presiden," paparnya.

“Tapi kita harus waspadai mungkin saja yang melakukan hoax, fitnah, dan adu domba bukan dari calon presiden kita. Bisa jadi ada pihak ketiga yang mengadu domba kita sesama anak bangsa," sambungnya.

Alasan keempat, karena kurangnya keteladanan sebagian pemimpin kita sebagai tokoh bangsa. "Ini terkait dengan korupsi. Banyak pejabat negara dan aparat penegak hukum terlibat korupsi," ungkapnya.

Alasan kelima adalah tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal. Hukum tajam ke atas dan tumpul ke bawah. "Tapi sekarang lebih baik. Mereka yang di atas juga ditangkap," katanya.

Selain kelima alasan itu, lanjut Mahyudin, MPR menyosialisasikan Empat Pilar MPR karena adanya pengaruh globalisasi dan kapitalisme terhadap masyarakat Indonesia.

"Seperti pengaruh internet dan gadget. Ini bisa mempengaruhi jati diri bangsa. Dulu kita punya nilai gotong royong tapi sekarang sudah mulai individualistik," ucapnya.

Di samping itu, Mahyudin menambahkan kekuatan global telah mempengaruhi perumusan kebijakan nasional.

“Kapitalisme dunia sudah bermain dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat," pungkasnya.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sesjen MPR Bahas Peran Parlemen ke Generasi Milenial


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler