jpnn.com - SURABAYA - CLS Knights Surabaya menghadapi jadwal neraka pada seri pembuka Speedy NBL Indonesia 2013-2013 di Malang 16-24 November mendatang. CLS dituntut untuk segera menemukan formula terbaik agar bisa menyapu bersih semua kemenangan.
Berlaga di GOR Bimasakti Malang, CLS akan menjalani enam pertandingan. Yakni melawan tiga tim papan atas; Garuda Kukar Bandung, Pelita Jaya Energi-MP Jakarta, dan Satria Muda Britama Jakarta.
Tim asuhan Kim Dong-won itu juga akan menghadapi tiga tim kuda hitam Stadium Jakarta, Hangtuah Sumsel IM, dan Satya Wacana Metro LBC Bandung. "Memang berat. Namun, kalau kami percaya diri. Nggak ada yang nggak mungkin. Kami bisa saja mengalahkan tim-tim itu," tekad kapten CLS Dwi Haryoko.
Kemarin (7/11), CLS melakukan uji coba melawan tetangganya, Pacific Caesar Surabaya. CLS menang relatif mudah dengan margin cukup lebar 27 poin (85-58).
Pola yang diterapkan Mr.Kim juga sama saat menjadi runner-up preseason tournament September lalu. Basis dasarnya tetap, yakni memakai dua pengatur serangan alias double point guard.
Nah, kesulitan muncul karena pelatih asal Korea Selatan tersebut masih belum menemukan formula yang paten. Sepekan sebelum bergulirnya Seri I, Mr. Kim masih galau apakah akan memasangkan point guard utama Dimaz Muharri dengan bintang baru Mario Wuysang ataukah dengan rookie Arif Hidayat.
Roe-panggilan Mario Wuysang- adalah pemain baru yang masih harus melakukan adaptasi dengan pola permainan CLS. Wuysang masih harus meraba bagaimana pattern CLS terutama dalam defense. Mengharapkan Wuysang untuk cepat tune-in tentu saja sulit.
Di sisi lain, Arif memang paham bagaimana pola CLS. Namun sebagai rookie, pengalaman dan mentalitas point guard kelahiran Jember itu masih kalah dengan Wuysang.
"Kami memang masih tetap memakai double point guard. Dengan Mario harapannya memang dia bisa membantu (saya)," ucap Dimaz. "Mario adalah pemain profesional dan menjaga baik kondisinya. Dia juga mencoba masuk (adaptasi) dan bertanya soal pola," imbuh top assist dan top steal di preseason lalu tersebut.
Dimaz menegaskan bahwa CLS harus main lebih cepat untuk bisa membekap lawan-lawannya. Sebab, kecepatan adalah keunggulan komparatif CLS di bandingkan tim lain di NBL Indonesia. Bisa dikatakan CLS adalah tim tercepat di negeri ini.
Playmaker kelahiran Binjai, Sumatera Utara itu menambahkan try out di Korea Selatan Spetember lalu memang membuat matanya terbuka. Bahwa kecepatan bisa membuat tim sangat berbahaya. "Namun, di Korea akurasi tembakannya bagus. Kalau sudah dapat (posisi) kayaknya 90 persen masuk," ucap Dimaz.
CLS memang harus memanfaatkan kecepatannya untuk menang. Memiliki salah satu barisan backcourt terbaik di Indonesia, CLS akan kesulitan jika bermain lambat melawan tim tangguh di paint area macam Pelita Jaya dan Satria Muda. (nur/ham)
BACA JUGA: Gaji di Persebaya Tak Dibayar, Taufiq Tertolong Timnas
BACA JUGA: Dijagokan Kloppo, Diragukan Roo
BACA JUGA: Cukup Empat Pemain Asing
BACA ARTIKEL LAINNYA... Daud Tidak Trauma Petinju Afsel
Redaktur : Tim Redaksi