Majelis Setujui Konstitusi Baru Mesir

Batasi Jabatan Presiden Dua Periode

Sabtu, 01 Desember 2012 – 10:01 WIB
KAIRO - Kisruh politik dalam negeri Mesir berlanjut. Keputusan Majelis Perancang Konstitusi untuk tetap melakukan pemungutan suara tanpa kehadiran kelompok liberal dan Kristiani menuai protes. Kemarin (30/11), tanpa banyak debat, majelis menyepakati konstitusi baru yang membatasi masa jabatan presiden sampai dua periode saja itu.
 
Majelis yang mayoritas anggotanya adalah politisi Ikhwanul Muslimin dan elemen partai Islam lain tersebut bakal mengajukan rancangan konstitusi baru ke Presiden Muhammad Mursi hari ini. Pemimpin 61 tahun itu hampir bisa dipastikan bakal merestui rancangan konstitusi tersebut. Selanjutnya, dia harus memintakan persetujuan rakyat melalui referendum.
 
"Segera," kata Mursi soal jadwal referendum. Paling lambat pengganti Presiden Hosni Mubarak itu harus melakukan referendum dalam waktu 30 hari sejak merestui rancangan konstitusi. Kabarnya, pemerintah akan melaksanakan referendum pada pertengahan Desember ini. Oposisi pun berancang-ancang untuk memboikot referendum tentang konstitusi tersebut.
 
Kamis lalu (29/11), di tengah gelombang unjuk rasa anti-Mursi, majelis yang beranggota seratus orang itu mengadakan pemungutan suara. Tetapi, di antara seratus anggota, hanya sekitar 70 orang yang hadir dan semuanya adalah politisi Ikhwanul Muslimin serta partai Islam. Sejak demonstrasi anti-Mursi muncul setelah dekrit kontroversial sang presiden, sekitar 30 anggota menarik diri dari majelis tersebut.
 
Selama sekitar 16 jam, majelis melakukan pemungutan suara secara tertutup. Mereka membahas sekitar 230 pasal dalam rancangan konstitusi baru itu satu per satu, lantas melakukan voting. Nyaris tidak ada perdebatan dalam pemungutan suara yang berlangsung hingga kemarin pagi tersebut. Sebab, tidak ada perwakilan kelompok liberal atau Kristiani yang hadir.
 
"Konstitusi (baru) ini mewakili kemajemukan rakyat Mesir. Seluruh lapisan masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki, mendapatkan posisi yang sama dalam konstitusi (baru) ini," tegas Essam el-Erian, perwakilan Ikhwanul Muslimin, setelah pemungutan suara berakhir. Dia berharap, masyarakat Mesir menyepakati draf konstitusi yang konon lebih aplikatif tersebut.
 
Sebenarnya, muncul perdebatan kecil dalam pemungutan suara Kamis lalu. Ada satu pasal yang memantik penolakan dari 16 anggota. Sesuai dengan prosedur, majelis seharusnya menunda pemungutan suara selama 48 jam. Tetapi, Hossam al-Ghiryani, pemimpin majelis, mendesak seluruh anggota yang hadir saat itu segera mengegolkan rancangan konstitusi baru tersebut.
 
"Saya akan langsung melakukan pemungutan suara ulang (atas pasal tersebut)," kata Hossam. Dalam pemungutan suara kedua, empat anggota membatalkan penolakan. Di akhir pemungutan suara, majelis menyelipkan beberapa pasal tambahan dalam rancangan konstitusi baru tersebut. Pasal-pasal tambahan itu mendadak disusun untuk meredam gejolak di dalam tubuh majelis.
 
Hussein Ibrahim, salah seorang politikus Ikhwanul Muslimin, menyatakan puas dengan pemungutan suara yang baru berakhir setelah matahari terbit kemarin. "Ini merupakan hasil perdebatan panjang selama enam bulan. Seluruh elemen majelis (termasuk kelompok liberal dan Kristiani) memberikan masukan dalam penyusunan konstitusi baru ini," ujarnya.
 
Sebaliknya, Mohamed ElBaradei merasa sangat kecewa terhadap majelis itu. Apalagi, mereka nekat melakukan pemungutan suara meski tanpa status jelas.

Mahkamah Agung atau Supreme Constitutional Court (SCC) yang tidak sepakat dengan dekrit presiden baru menetapkan status majelis bentukan Mursi tersebut besok. Tetapi, mendahului langkah SCC, majelis sudah menyepakati draf konstitusi kemarin.
 
"Saya sangat sedih harus menyaksikan semua ini terjadi saat Mesir terbelah," tutur tokoh oposisi paling senior tersebut dalam wawancara dengan stasiun televisi Al-Nahar.

ElBaradei yakin, draf konstitusi itu tidak akan bertahan lama. Menurut dia, setelah SCC memutuskan nasib majelis tersebut, draf konstitusi itu hanya menjadi bagian dari sejarah yang terbuang. (AP/AFP/RTR/hep/c8/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Tak Akan Bantu Israel Perangi Iran

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler