Makan Normal setelah Ramadan Bisa Akibatkan 3 Hal ini, Wajar Sih

Selasa, 18 Mei 2021 – 12:54 WIB
Ilustrasi makan bersama keluarga. Foto:npr

jpnn.com, JAKARTA - Tradisi makanan Lebaran biasanya banyak yang mengandung  lemak.

Menyantapnya di hari-hari libur dapat membuat terlena, malas bergerak.

BACA JUGA: Lakukan 7 Hal Penting Usai Lebaran, Agar Tubuh Sehat!

Akibatnya, bisa merugikan kesehatan.

Pakar kesehatan mengingatkan tetap menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh usai Lebaran.

BACA JUGA: Banyak Menyantap Daging dan Santan Selama Lebaran, Imbangi dengan 2 Makanan ini

Salah satunya memastikan mengonsumsi makanan dalam jumlah tepat di tiga waktu makan utama.

"Penting untuk makan sarapan, makan siang, dan makan malam, tetapi juga penting untuk memastikan tetap berpegang pada makanan sehat yang tepat dan tidak makan banyak makanan olahan dan bergula," kata pakar nutrisi di ICO Healthy Living, Dubai, Ilse Onderweegs seperti dikutip dari The National, Senin.

BACA JUGA: Kostum Finalis Miss Universe dari Indonesia Sangat Memukau, Lihat nih!

Ilse menyarankan orang untuk tetap berpegang pada makanan alami, seperti buah, sayuran dan kacang-kacangan.

Hal senada diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam di Mubadala Health's Imperial College London Diabetes Centre di Abu Dhabi, Farhana bin Lootah.

Dia merekomendasikan tetap menerapkan kembali pola makanan terkontrol dan disiplin setelah berpuasa dan Lebaran.

"Kembali ke pola makan normal setelah ramadan mungkin akan mengejutkan tubuh dan dapat memicu efek samping yang tidak diinginkan, jika tidak dikelola dengan benar," tutur dia.

Puasa menyebabkan beberapa perubahan dalam tubuh.

Misalnya, produksi enzim pencernaan berkurang dan lapisan pelindung perut mungkin berkurang untuk sementara, yang dapat menyebabkan iritasi bila perut terlalu terbebani.

Karena itu, perlu memberikan tubuh waktu untuk menyesuaikan dengan pencernaan dan metabolisme yang normal.

"Apabila sistem pencernaan terlalu membebani dengan makan berlebihan pasca ramadan, berisiko mengalami ketidaknyamanan seperti kram perut, mulas dan mual," kata dia.

Cobalah mempraktikkan aturan 80/20 yaitu, makan perlahan dan hanya sampai Anda merasa kenyang 80 persen.

Cara makan perlahan ini membuat otak Anda mencatat makanan di perut Anda, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan tingkat rasa kenyang dan mencegah konsumsi makanan berlebihan.

 

Pola tidur dan aktivitas fisik

Tubuh bugar tak hanya perkara menjaga makanan, tetapi juga waktu tidur yang cukup.

Setelah ramadan, perlu mengembalikan pola tidur seperti semula, agar bisa tidur dengan cukup. Demi mengatasi kembalinya jam kerja yang meningkat di siang hari, kata dokter di Aster Clinic, Dubai, Danish Anis.

"Rutinitas harian dan kebiasaan tidur kita di bulan Ramadhan sangat berbeda dan unik dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya," ujar dia.

Anis merekomendasikan kembali ke kebiasaan tidur lebih awal untuk memastikan tubuh menyesuaikan dengan ramadan yang sudah berakhir.

"Tidur tepat waktu harus dijadikan prioritas utama hingga menjadi kebiasaan," kata dia.

Bangun tepat waktu juga sama pentingnya.

Kemudian, tidak memberi diri Anda waktu untuk tidur siang terlalu lama akan membantu Anda bisa tidur tepat waktu di malam hari.

Selain soal tidur, jangan lupakan aktivitas fisik termasuk latihan fisik dan olahraga dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Anggota Tim Mitigasi COVID-19 PD IDI, dr Ulul Albab mengatakan, Anda tak perlu memaksakan diri berolahraga di luar ruangan apabila tidak memungkinkan.

Sebagai gantinya, lakukan di dalam rumah.

Sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya perlu melakukan 150 menit per minggu aktivitas aerobik sedang atau 75 menit seminggu aktivitas aerobik berat, atau kombinasi aktivitas sedang dan berat.

Anda membagi aktivitas ini sepanjang minggu. Contohnya termasuk berlari, berjalan, bersepeda berenang.

Bahkan aktivitas fisik dalam jumlah kecil dan terakumulasi sepanjang hari pun bermanfaat semisal mencuci baju, mengepel, jalan kaki, membersihkan jendela, berkebun, menyetrika, bermain dengan anak, dan sebagainya.

Aktivitas yang tergolong harian bisa membantu Anda untuk membakar kalori yang didapatkan dari makanan yang dikonsumsi.

Kalori yang terbakar bisa 50 – 200 kcal per kegiatan.

Bila ingin menurunkan berat badan, memenuhi tujuan kebugaran tertentu, atau mendapatkan lebih banyak manfaat, mungkin perlu meningkatkan latihan sedang menjadi 300 menit atau lebih dalam seminggu, menurut Mayo Clinic.

Kementerian Kesehatan melalui program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), merekomendasikan agar mendapatkan hasil dari aktivitas fisik yang lebih maksimal terapkanlah prinsip Baik, Benar, Terukur, dan Teratur (BBTT).

Baik adalah melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Benar adalah aktivitas yang dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan dan diakhiri dengan pendinginan atau peregangan.

Terukur adalah aktivitas fisik yang diukur intensitas dan juga waktunya, dan yang terakhir adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur sebanyak 3-5 kali dalam seminggu.

Ingatlah untuk memeriksakan diri ke dokter sebelum memulai program olahraga atau latihan baru.

Terutama apabila memiliki kekhawatiran tentang kebugaran, sudah lama tidak berolahraga dan memiliki masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, diabetes atau radang sendi.

Kemudian, sama seperti pakar pakar kesehatan lain, Ulul juga menyarankan Anda beristirahat cukup sekitar 8 jam per hari, mengkonsumsi makanan bergizi seimbang yakni cukup karbohidrat, lemak, protein dan zat gizi lainnya demi menjaga imunitas tubuh.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler