Menurut mantan Kadishutbun Nunukan ini, informasi sapi bantuan Pemprov Kaltim tahun 2006 itu mati, berasal dari masyarakat kelompok tani yang menemukan sapi peliharaannya mati secara bersamaan dalam tempo beberapa hari hingga jumlahnya mencapai puluhan ekor.
Selain melapor ke Dispertanak, kelompok petani juga melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti.
Ditambahkan Yophie, kematian sapi dengan kondisi memprihatinkan itu terlihat tanda kerusakan seperti keluar darah dari kulit, mata, hidung, kuping dan beberapa organ lainnya. Mendapat laporan tersebut, Dispertanak langsung bergerak ke lapangan, namun kemudian memfasilitasi tim Laboratorium Penyakit di Banjarbaru (Kalimantan Selatan) untuk mengecek langsung kondisi ternak sapi yang mati tersebut.
"Hasilnya, ternak sapi yang mati negatif penyakit Jembrana. Tapi, kemudian kami mengirimkan sampel potongan organ dan darah ke Laboratorium Bogor. Dan hasilnya, terbukti sapi-sapi yang mati itu terkena racun,” beber Desi.
Ditambahkan Yophie, bantuan sapi tersebut merupakan bantuan Pemprov Kaltim tahun 2006 dan 2009 yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Pada 2006, bantuan dialokasikan sebanyak 150 ekor, dan dibagi 75 ekor untuk Desa Srinanti, serta 75 ekor untuk Desa Tabur Lestari. Kemudian, di tahun 2009 kembali dialokasikan bantuan yang sama sebanyak 50 ekor.
"Rata-rata sapi yang mati merupakan bantuan tahun 2009. Yang artinya, pada tahun 2009 belum sempat digulirkan ke penerima bantuan, sedangkan bantuan tahun 2006 sudah digulirkan, sehingga sapi merupakan milik kolompok tani. (ica/fuz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menag Setujui Embarkasi-Debarkasi Haji di Lombok
Redaktur : Tim Redaksi