Makin Diserang, Industri Kelapa Sawit Indonesia Justru Kian Show Off

Rabu, 02 September 2020 – 14:14 WIB
Ilustrasi kelapa sawit. Foto: Kaltim Post/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - CEO dan Chief Editor Warta Ekonomi Muhamad Ihsan mengomentari terkait industri kelapa sawit yang kerap dituding sebagai komoditas bernilai minus.

Ihsan menyebut ibarat peribahasa ‘bau busuk tak berbangkai’, negative issues terhadap kelapa sawit tersebut satu per satu berganti menjadi boomerang yang kembali kepada tuannya.

BACA JUGA: Kemitraan Petani dengan Pengusaha Perkuat Daya Saing Industri Sawit

"Semakin diserang, industri perkebunan kelapa sawit Indonesia justru semakin show off dengan menyajikan fakta dan data empiris yang bersifat continue dan extensible," ujar Ihsan.

Menurut Ihsan, setiap warga negara Indonesia (WNI), wajib membela sawit karena nilai-nilai strategisnya.

BACA JUGA: Dituding Melukai Hati Betrand Peto, Andre Taulany Merespons Begini

“Sebab sawit memberi manfaat bagi sekitar 17 juta sampai 25 juta masyarakat Indonesia yang bekerja di industri ini, baik langsung maupun tak langsung. Belum lagi dari berbagai multiplier effect yang ditimbulkannya,” kata Ihsan.

Dari sisi ekonomi, pada 2019 misalnya, Indonesia membukukan defisit neraca perdagangan USD3,2 miliar. Tapi ekspor minyak sawit dan turunannya justru menyumbangkan pendapatan positif USD20 miliar.

BACA JUGA: Milenial Wajib Tahu Manfaat Sawit agar Terhindar dari Hoax

"Maka, rasanya tidak berlebihan kalau minyak sawit dinobatkan sebagai industri strategis. Belum lagi kalau dilihat dari sisi tenaga kerjanya. Ibarat penemuan minyak fosil di masa lalu, kota-kota di sekitarnya akan ikut tumbuh dan berkembang,” sebut Ihsan.

Pria yang juga menjabat sebagai Bendahara PWI Pusat juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga seluruh ekosistem sawit. Salah satunya adalah menjaga stabilitas harga agar petani (41% pemilik lahan sawit Indonesia) dan perusahaan bisa menjaga keberlangsungan industri ini.

Presiden Jokowi juga telah memutuskan untuk mengimplementasikan penggunaan sawit dalam BBN (bahan bakar nabati). Kini Indonesia tercatat sebagai negara yang paling agresif mengimplementasikan BBN, di mana saat ini Indonesia sudah mencapai B-30. Saingan terdekat, Malaysia baru mencapai B-10.

"Akibat dari kebijakan biofuel ini, maka seluruh stake holder diuntungkan karena daya serap pasar sawit meningkat, over stock produk sawit terkendali. Dengan demikian, harga jual bagi produsen dan petani akan terjaga,” tandasnya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler