jpnn.com, JAKARTA - Koordinator Indag Watch Muslim Arbi ikut membela bekas Menkomaritim Rizal Ramli yang tengah berseteru dengan Partai NasDem dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Dia melontarkan serentetan tudingan serius terkait kinerja Enggar di kementerian yang dipimpinnya.
Dikatakan Muslim, impor yang dilakukan Enggar sebagai menteri perdagangan sangat keterlaluan dan harus dihentikan. Contohnya, impor beras yang dilakukan saat musim panen, impor gula yang mematikan gula lokal, impor garam mematikan petani garam, impor bawang putih beraroma kartel dan monopoli.
BACA JUGA: Jokowi Bagikan 8 Ribu Sertifikat Tanah di Grobogan
"Hanya pengusaha yang dekat dengan menteri saja yang kebagian PI (persetujuan impor). Jika tidak PI Anda akan terkatung-katung dan tidak jelas, sebagaimana dikeluhkan oleh sejumlah pengusaha," kata Muslim.
Sebagai menteri, kata Muslim, Enggar tidak pernah mempercayakan kepada dirjen dan direktur urusan izin impor. Semuanya diputuskan sendiri.
BACA JUGA: Ogah Usung Eks Koruptor, PDIP Lontarkan Sindiran soal Mahar
Bahkan, seorang mantan dirjen pernah mengeluh karena mendapat curhat dari teman-temannya yang tidak dipercaya mengambil keputusan.
"Makanya di Kementrian Perdagangan berkembang rumor. Kenapa bukan menteri saja rangkap jadi dirjen dan direktur?" ucap Muslim.
BACA JUGA: Eks Koruptor Boleh Nyaleg, KPU Sebaiknya Ikuti Saran Jokowi
Menurut Muslim, dirjen dan direktur hanya dijadikan tameng untuk menunjukkan birokrasi di Kemendag berjalan. "Tapi, semua keputusan tetap di tangan menteri, direktur dan dirjen cuma tukang parap dan tanda tangan doang," ujarnya.
Nama Enggartiasto Lukita, lanjut Muslim, sudah disebut-sebut terlibat kasus Bank Bali bersama Djoko Tjandra dan Setya Novanto. Sehingga, saat pembentukan kabinet pertama kali nama Enggar tidak masuk dan dikritisi para aktifis.
"Setelah Rahmat Gobel dan Thomas Lembong dipecat oleh Jokowi baru Enggar dipasang sebagai menteri perdagangan," ungkapnya.
Muslim mengatakan, kebijakan importasi beras, garam, gula, dan lainnya sudah diprotes para petani, akademisi dan aktivis. Tapi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ngotot mempertahankan Enggar sebagai menteri perdagangan.
Padahal, kebijakan impor pangan tersebut telah mengkhianati petani dan ingkar atas janji-janji politik saat Pilpres 2014 lalu.
"Tidak mungkin peran Surya Paloh sebagai Ketum Partai Pendukung tidak memberikan dukungan full dan garansi bagi Enggar kepada Jokowi," sebut Muslim.
"Di mana dari 66 poin janji politik Jokowi adalah sejahterakan petani dan setop impor pangan. Tapi semua itu menjadi janji-janji palsu. Dan, Jokowi mendiamkan Enggar buka keran impor gila-gilaan. Sedangkan kebijakan itu hanya untuk sebagian pengusaha yang dekat saja dengan menteri. Itu tidak mungkin tidak ada angpao-nya," ungkap Muslim. (lov/rmol)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Honorer K2 Salat Duha dan Istigasah untuk Jokowi
Redaktur & Reporter : Adil