Maksimalkan Cikarang Dry Port dengan Jalur Kereta Api

Senin, 17 Juni 2013 – 16:58 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menegaskan, pemerintah akan terus memperbaiki akses transportasi, terutama jalur kereta api menuju Cikarang Dry Port (CDP) di kawasan industri Jababeka. Hatta mengakui, koneksi transportasi melalui akses jalur kereta api memang masih ada masalah.
 
"Cikarang Dry Port itu sangat baik dan menjadi murah kalau tidak ada double handling. Jadi begitu kontainer naik ke kereta, langsung ke pelabuhan dan masuk kapal," ucap Hatta dalam siaran pers yang diterima JPNN, Senin (17/6).
 
Pelabuhan Tanjung Priok belum bisa menangani kontainer secara penuh lantaran terkendala lahan. Selain itu, akses kereta api juga belum masuk ke area pelabuhan.
 
Hatta menegaskan telah meminta kepada Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU) untuk mempercepat penyelesaikan perbaikan jalan di jalur menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
 
Hatta mengakui perbaikan ini menyebabkan penyempitan jalur aktif sehingga antrean semakin mengular. "Karena kenyataannya, ruas tiga jalur, jadi dua jalur karena terganggu oleh perbaikan jalan," tegas dia.
 
Pengamat transportasi yang juga Ketua Forum Transportasi Laut Masyarakat Transportasi Indonesia (FTL-MTI) Ajiph R Anwar menilai lumpuhnya pelabuhan Tanjung Priok akibat pemogokan menjadi momen tepat lebih memaksimalkan CDP, pelabuhan daratan yang juga Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT).
 
Model CDP, menurut Ajiph, sudah banyak dikembangkan di berbagai negara dengan sebutan Inland Container Depo (ICD).  Keberadaan CDP akan lebih maksimal jika frekuensi pengiriman kontainer atau peti kemas melalui rel kereta api dari Tanjung Priok ke CDP diperbesar.
 
"Frekuensi dari Tanjung Priok ke CDP masih bisa dimaksimalkan lagi. Misal ditambah rangkaian gerbongnya, ditambah waktunya juga satu jam sekali, " ujar Ajiph.
 
Ajiph menilai, pengangkutan peti kemas melalui jalur darat sudah tidak ideal lagi karena terkendala kemacetan yang luar biasa. Karena itu, penggunaan jalur kereta api merupakan pilihan paling rasional lantaran lebih tepat waktu, daya angkut lebih besar dan sekaligus mengurai macet.
 
Dia mencontohkan, pelabuhan Rotterdam di Belanda, memiliki jalur khusus rel kereta api khusus untuk transportasi peti kemas yang tersambung ke kawasan perindustrian di Jerman.  "Tantangannya terkait dengan dua jalur kereta yang ada itu akan makin sibuk karena juga digunakan untuk transportasi kereta penumpang," ujarnya.
 
Menurut Ajips, saat ini arus peti kemas Tanjung Priok sudah mencapai 6 juta Twenty foot Equivalent Units (TEUs) sementara luas lahan pelabuhan tak bertambah. Otomatis bebannya sudah cukup berat.  Maka, sudah tepat jika beban itu perlahan dibagi ke CDP. Jika arus peti kemas berpindah hingga 20 persen saja maka kapasitas CDP 2 juta TEUs bisa lebih maksimal lagi. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... REI Rancang KPR Pekerja Informal

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler