Manasik Haji Dilakukan 10 Kali

Minggu, 21 April 2019 – 00:45 WIB
Jemaah haji Indonesia. Foto: dok. JawaPos

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Agama sudah menerbitkan surat edaran terkait bimbingan manasik haji. Dalam SE yang ditandatangani oleh Direktur Bina Haji Kemenag Khoirizi itu, manasik dilakukan 10 kali.

"Manasik haji dilakukan dalam 10 kali pertemuan," kata Khoirizi. Perinciannya, 8 kali di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan dan 2 kali di Kabupaten/Kota untuk wilayah luar Jawa. Sedangkan di pulau Jawa, manasik haji dilaksanakan enam kali di KUA dan dua kali di tingkat Kabupaten/Kota.

BACA JUGA: Pelesiran di Luar Negeri, PNS Kemenag Bikin Video Indehoi dengan Pria Bukan Suami

Ditetapkan juga pelaksanaan bimbingan setiap pertemuan sebanyak empat jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara dengan 60 menit.

Materi utama bimbingan manasik bersumber pada Paket Buku Manasik Haji yang diterbitkan Kemenag. Pengembangan materinya menyesuaikan dengan Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah 146/2019. Proses pembelajaran manasik haji dengan metode 30 persen teori dan 70 persen praktik atau simulasi.

BACA JUGA: Oknum PNS Kemenag Berzina, Ada Foto dan Videonya

Sedangkan pembekalan kepala regu (karu) dan kepala rombongan (karom) dilaksanakan dua kali pertemuan di tingkat kabupaten atau kota. Materi pembekalan terkait tugas dan fungsi karu-karom dalam pelayanan ibadah haji sejak di embarkasi, selama perjalanan, dan saat berada di Arab Saudi. ''Kegiatan pembekalan karu dan karom secara nasional dapat dimulai 16 April 2019,” tuturnya.

BACA JUGA: Pembagian Hotel Berdasarkan Asal Daerah Jemaah Haji

BACA JUGA: Menag Beber Implikasi Tambahan Kuota Haji 10 Ribu Jemaah untuk RI

Sementara itu, Kementerian Kesehatan juga terus mempersiapkan pelaksanaan haji. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 15/2016, calon jamaah haji (CJH) wajib mendapatkan pembinaan istitho'ah (kelayakan) kesehatan. Bentuknya berupa penyuluhan kesehatan hingga pemeriksaan.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka mengatakan, ibadah haji tidak bisa dipisahkan dengan kesehatan. Sebab, haji merupakan ibadah fisik. Sebab, banyak rukun dan wajib haji yang harus dilakukan jamaah.

Semua itu harus dilakukan dalam kondisi Arab Saudi yang sangat panas. Karena itu, dia meminta jamaah haji yang mempunyai masalah kesehatan berkonsultasi dengan petugas.

Eka menerangkan, ada lima hal yang harus diperhatikan oleh jamaah haji saat di Arab Saudi. Pertama, membiasakan untuk sarapan sebelum berangkat ke masjid atau melakukan kegiatan ibadah lainnya.

Kedua, mengenakan sandal jika bepergian ke masjid. Sandal atau alas kaki harus dibawa ke dalam masjid. Selanjutnya, meminum air sesering mungkin, jangan menunggu haus.

Jangan lupa juga menggunakan masker setiap ke luar ruangan. ”Terakhir, jika sakit pada saat melontar jumroh bisa dibadalkan. Jangan memaksakan diri,” kata Eka.

Disinggung mengenai kesiapan SDM bidang kesehatan, Eka meyakinkan semua terkendali. Meskipun dari segi jumlah atau rasio petugas dan jamaah haji terlihat kurang, tetapi tim sudah terlatih untuk memberikan pelayanan yang optimal.

”Kami tim kesehatan menggunakan strategi jejaring dengan perangkat kloter lainnya dan memaksimalkan semua sumber daya yang ada. TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia, Red) tidak hanya bekerja sendiri, tetapi bersama ketua rombongan, ketua kloter, dan pembimbing ibadah,” ungkapnya. (lyn/wan)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Pekan Jadi Tahanan Kasus Rasywah, Romi Alami BAB Berdarah


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler