jpnn.com, LAMPUNG - Sukarelawan dari Crivisaya Ganjar melaksanakan seminar atau workshop membuat tempoyak yang diikuti ibu-ibu di Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung, Minggu (19/11).
Adapun, Crivisaya Ganjar ialah sukarelawan dari alumni muda Universitas Sriwijaya (Unsri) dan Universitas Lampung (Unila).
BACA JUGA: Program Ganjar-Mahfud Ini Dinilai Paling Realistis untuk Memutus Rantai Kemiskinan, Terukur
Mereka sebelumnya mampu mengembangkan potensi buah durian sisa untuk diolah menjadi tempoyak.
Koordinator Wilayah Crivisaya Lampung Harsya Billy mengatakan workshop dilaksanakan pihaknya agar masyarakat bisa memaksimalkan durian demi perekonomian keluarga.
BACA JUGA: Disambut Tarian & Nyanyian Khas Papua, Ganjar pun Ikut Menari Bersama Ribuan Warga di Sorong
"Memperkenalkan bahwa olahan dari buah durian ini salah satu yang bermanfaat dan bernilai (jual) ini tempoyak. Tidak hanya bisa langsung dimakan buahnya, tetapi juga ada cara pengolahan lain,” kata Harsya dalam keterangan pers Crivisaya Ganjar, Senin (20/11).
Diketahui, Tempoyak adalah satu jenis kuliner khas Lampung yang terbuat dari hasil fermentasi durian dan digunakan sebagai bahan campuran lauk-pauk masyarakat lokal.
BACA JUGA: Keseruan Santri Bermain Sepak Bola Bersama Pena Mas Ganjar di Karanganyar
Billy berharap workshop pihaknya juga mampu mengurangi potensi sampah sisa buah durian yang tidak terpakai.
Setelah workshop, dia ingin para peserta kegiatan tertarik memproduksi dan menjual tempoyak sebagai bisnis.
“Buah durian yang dari segi kelayakannya kurang bisa diolah jadi bernilai lebih (untuk dijual). Dari pada tidak terpakai (dibuang), lebih baik diolah jadi (makanan) yang lain,” ujarnya.
Sementara itu, Leni Agustriyanti selaku pemateri workshop mengatakan tempoyak punya banyak fungsi, satu di antaranya sebagai bahan campuran makanan.
“Tempoyak ini banyak (fungsinya, red). Untuk ikan patin disayur tempoyak. Terus, untuk nyeruit pakai tempoyak mentah, pakai cabai-garam terus kita campur dengan tahu terus kita kasih ikan bakar,” katanya.
Menurut dia, tempoyak menjadi makanan sehari-hari masyarakat di Pulau Sumatra, khususnya wilayah Lampung yang banyak durian.
Leni menyebutkan masyarakat di Lampung biasanya menggunakan tempoyak dalam kegiatan nyeruit, yakni tradisi mencampurkan bahan makanan itu dengan lauk-pauk serta nasi.
“Nyeruit itu sambal terasi dicampur dengan tempoyak untuk kita makan dengan campuran ikan, makan dengan rebusan, dengan lalapan, terus makan dengan ikan bakar,” ujar Leni.
Crivisaya Ganjar turut menyosialisasikan sosok Capres-Cawapres 2024 RI Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam workshop yang dihadiri para ibu itu.
Para sukarelawan setelah workshop juga mengenalkan visi dan misi kandidat nomor urut 3 itu kepada para peserta. (ast/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Aristo Setiawan