Mantan Kasal Kritik Prabowo Subianto Karena Sebut TNI Lemah

Kamis, 11 April 2019 – 16:05 WIB
Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh. Foto: JPG/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana (Purn) Bernard Kent Sondakh mengkritik Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto terkait pernyataannya dalam debat Pilpres 2019 putaran keempat yang menyebutkan TNI lemah.

Menurut perwira Tinggi TNI AL yang biasa dipanggil Laksamana Kent ini, pernyataan Prabowo Subianto soal TNI lemah sangat dangkal, dan akan melemahkan kekuatan TNI itu sendiri. Dirinya mengaku tahu betul kekuatan TNI, baik darat, laut maupun udara.

BACA JUGA: Jika Menang Prabowo-Sandi Akan Ambil Menteri dari Pendukung Jokowi-Maruf

BACA JUGA: Personel TNI AL Kejar, Tangkap dan Geledah Dua Kapal Nelayan, Muatannya Mengerikan!

“Pernyataan TNI lemah sangat dangkal, sangat melemahkan kekuatan TNI kita. Saya mantan Kasal 2005, jadi tahu kekuatan TNI,” kata Laksamana Kent di kediamannnya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (10/4).

BACA JUGA: Respons Abah Maruf untuk Pernyataan Prabowo soal Indonesia Sedang Sakit

Menurut Laksamana Kent, anggaran TNI sebesar Rp 80 triliun ini sangat besar untuk menguatkan TNI, baik strategi maupun kemampuan alusista. Kekuatan TNI juga sudah teruji dengan keberhasilan mereka meredam gerakan-gerakan makar di bangsa ini, serta masuk dalam anggota keamanan PBB.

“Sebanyak Rp 700 miliar di masa lalu aja mampu membangun kekuatan dengan anggaran itu, sementara Rp 80 triliun saat ini, siapa bilang anggaran TNI kecil, ini baru untuk alusista. Soal militansi, TNI nomor satu dan sudah teruji dari perang ke perang, meredam gerakan makar dan semua ini sudah teruji,” jelasnya seperti dilansir Fajar.co.id (Jawa Pos Group).

BACA JUGA: Fadli Tegaskan Prabowo-Sandi Tak Akan Jualan Teori saat Debat Lawan Jokowi

“Orang mau menyerang ke sini sudah takut, ekonomi, SDM baik membuat orang lain takut serang kita,” sambungnya.

Buat Laksamana Kent, saat ini negara-negara luar tidak lagi menggunakan perang langsung, tapi mereka lebih menggunakan perang asismetrik.

“Kita harus hentikan perang asimetrik kepada kita, misalkan perang cyber, harus dihentikan,” harapnya.

“Kalau orang bilang kita lemah di wilayah internasional, tidak gampang orang menjadi anggota PBB, sementara Indonesia ini diterima. Artinya kita bukan negara rapuh, dia lihat kemampuan kita melakukan diplomasi, melihat kita mampu menjadi wasit atau anggota keamanan,” tegasnya.(JPG/RGR/Fajar)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Debat Kelima, Sandi Bakal Kritisi Pertumbuhan Ekonomi Era Jokowi


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler