SERBELAWAN–Bismar Sitorus, mantan pejuang berusia renta, tersangka penganiayaan anak dan menantunya, Kamis (3/5) kemarin terlihat meraung–raung dari sel tahanan minta dibebaskan.
”Paloas ma au kaluar, Pak Polisi (biarkan saya keluar Pak Polisi),” ujarnya kepada petugas, namun tidak ditanggapi.
Sementara, putri tersangka L Br Sitorus (35) ketika ditemui Metro Siantar (Grup JPNN) di Polsek Serbelawan mengaku sejak ayahnya ditahan, hingga kini masih terus memohon-mohon agar dikeluarkan dari sel tahanan. ”Bapak saya merengek-rengek minta dibebaskan. Saya sudah berusaha membantunya tetapi yang berhak kan polisi. Sementara adik dan abang ipar saya masih dirawat di Rumah Sakit Mina Padi,” ujarnya.
L Br Sitorus mengatakan, sejak kepergian ibunya awal april 2009, sikap tersangka mengalami banyak perubahan hingga akhirnya terjadi peristiwa menghebohkan itu. “Dulu sifat bapak saya tidak seperti ini. Tetapi sejak ibu meninggal dunia, bapak semakin parah penyakitnya. Kalau keluar dari sel, nanti kami anak–anaknya rencananya menitipkan ayah di Panti Rehabilitasi supaya sembuh stresnya,” ujarnya lagi.
L Br Sitorus mengisahkan, dahulu tersangka tercatat sebagai pejuang kemerdekaan RI bahkan dia juga sempat terlibat perjuangan kemerdekaan di Jawa dan Sumatera. Namun perjuangan tersangka tidak dihargai lembaga terkait, sebab tersangka tidak memiliki segala perlengakapan pakaian perang.
”Dulu bapak saya ini pejuang. Kalau di rumah dia sering katakan sama kami bahwa dia pernah ikut aksi perang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di kawasan Jawa Dan Sumatra,” ujarnya.
Diceritakan, di kediamannya hingga kini tersangka masih menyimpan sebuah sekopel pinggang baret sebagai perlengkapan perang namun ketika tersangka meminta pengakuan dari Lembaga Veteran Indonsia, lembaga ini menolaknya dengan alasan perlengkapan tersangka tidak memenuhi standar.
”Pernah bapak kami datangi kantor Veteran di Medan tetapi mereka justru mengelak. Katanya sekopel pinggang dan baret saja tidak cukup membuktikan bapak kami pejuang. Makanya bapak kami ini jadi tambah stres. Dia merasa perjuangannya tidak dihargai,” ujarnya.
Butuh Suasana Baru
Dra Anita SPsi, seorang pengamat Psikologi ketika ditemui METRO di Serbelawan mengatakan, beberapa faktor penyebab para lansia (lanjut usia) stres adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau suasana kediamannya menyimpan kisah sedih.
”Kebanyakan orangtua lanjut usia menjadi stres disebabkan beberapa faktor, seperti di rumahnya terlihat banyak benda–benda yang menyimpan kenangan buruk di masa lalu atau anak–anaknya sibuk dengan aktifitasnya, sehingga dia merasa diabaikan. Itu memicu tersangka sakit hati dan jelas berbahaya,” katanya.
Anita menyarankan agar tersangka diasingkan dari kediamannya saat ini dan tidak dizinkan bekerja terlalu berat. Sebab dengan bekerja berat, tingkat emosionalnya akan lebih labil. “ Saran saya tersangka dipindahkan ke lokasi lain dan jangan diberikan pekerjaan yang terlalu melelahkan karena akan menambah dia semakin emosi dan labil,” ujarnya.
Sebelumnya, Bismar Sitorus nekat membacok anaknya Sopar Sitorus (30), warga Jakarta dan Bambang Wibisono (40), warga gang Keluarga Kelurahan Sinaksak, Kecamatan Tapian Dolok Simalungun pada Selasa (1/5) di kediaman Bambang.
Kejadian ini terjadi ketika kedua korban tengah tertidur, dan mendadak tersangka mendatangi kedua korban yang tertidur pulas lalu tersangka mengayunkan sebilah pedang yang dimilikinya dan membacok kedua korban hingga mengalami luka berat.
Kapolsek Serbelawan AKP K Manurung mengaku hingga kini pihaknya masih mendalami kasus tersebut dan akan dilakukan pengembangan serta penyelidikan. ”Kita masih mendalami kasus ini dan pengembangan, soalnya tersangka dikatakan keluarga strees.” ujarnya. (mag–02)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jarang Pulang, Suami Dibunuh Istri
Redaktur : Tim Redaksi