Mantap Nih, Ekonomi Daerah Ini Diprediksi Membaik

Kamis, 16 Juni 2016 – 08:40 WIB
ILUSTRASI. FOTO: Radar Surabaya/JPNN.com

jpnn.com - MANADO - Pertumbuhan ekonomi (PE) global tahun 2016 terus mengalami revisi ke bawah,. Hal ini akibat dari pertumbuhan negara maju dan berkembang yang lebih lambat dari proyeksi semula.

PE nasional pada Triwulan I 2016 lebih rendah dari perkiraan dan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Hanya 4,92 persen (yoy) dari 5,04 persen (yoy).

BACA JUGA: Ekspor Naik Tipis, Neraca Dagang Surplus

“Secara spasial, perlambatan terjadi hampir di seluruh wilayah. Penyerapan belanja pemerintah di Jawa relatif terbatas, produksi kelapa sawit di Sumatera menurun, serta produksi tambang di Kalimantan dan produksi mineral di Papua juga menurun,” terang Kepala Perwakilan BI Sulut Peter Jacobs seperti dilansir Manado Post (JPNN Group), Kamis (16/6).

Peter menambahkan, di triwulan I, ekonomi Sulut tumbuh sebesar 5,96 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2015 yang tumbuh 5,57 persen (yoy) dan juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nasional triwulan I sebesar 4,92 persen (yoy).

BACA JUGA: Potensi Bisnis Kafe Sentuh USD 4,16 Miliar

Dan, memasuki awal tahun 2016, tekanan inflasi Sulut relatif mengalami penurunan. Inflasi Sulut pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 4,9 persen (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV 2015 yang tercatat sebesar 5,56 persen (yoy).

“Pada triwulan II 2016, selain meningkat karena hilangnya musim El Nino, peningkatan sektor Pertanian juga didorong oleh pergeseran masa panen yang sebagian besar terjadi di triwulan II 2016,” katanya.

BACA JUGA: Saratoga Bagikan Dividen Pertama

Hal tersebut dapat dilihat melalui pergerakan tingkat inflasi beras dimana pada triwulan I harga beras masih tercatat meningkat dan mulai menurun ketika memasuki awal triwulan II yaitu bulan April 2016.

Adapun sektor konstruksi diperkirakan juga meningkat seiring dengan realisasi APBD dan APBN yang cenderung meningkat memasuki triwulan II seiring dengan transfer dana dari pempus yang mulai meningkat.

Di sisi inflasi, sampai dengan bulan Mei 2016, tercatat sebesar 3,09 persen (yoy). Menurut Jacobs, tekanan inflasi pada bulan ini bakal meningkat menjadi 3,38 persen (yoy). Atau, tercatat mengalami inflasi sebesar 0,77 persen (mtm).

Risiko tekanan inflasi pada bulan Juni 2016 diperkirakan muncul dari kelompok volatile food dan kelompok inti dipengaruhi masuknya periode bulan Ramadhan, masuknya masa panen dan dimulainya realisasi proyek pemerintah. Sementara, tekanan inflasi pada kelompok administered prices diperkirakan masih relatif stabil.

“Untuk itu dalam rangka menjaga tingkat inflasi, berbagai komitmen telah disepakati dalam rapat TPID untuk mengoptimalkan fungsi tim teknis TPID dengan pembentukan dedicated team, pemetaan inflasi di 15 kab/kota, Gerakan Rica Rumah, optimalisasi PIHBS, optimalisasi peran bulog, peningkatan efektifitas komunikasi ekspektasi pada masyarakat serta penandatanganan Road Map TPID 2016-2018 sebagai guidline dalam upaya pengendalian inflasi di Sulawesi Utara,” tegasnya.

Karena itu, dengan memperhatikan perkembangan terkini, PE Sulut pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh pada level 6,15%-6,55 persen (yoy), atau meningkat dibandingkan tahun 2015. Sementara itu, inflasi pada akhir tahun 2016 diperkirakan sekitar 4,35+1 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan capaian inflasi pada 2015 yang sebesar 5,56 persen (yoy).

“Secara umum Bank Indonesia memandang positif perkembangan ekonomi Sulut termasuk di dalamnya upaya pengendalian inflasi pada tahun 2016. Suksesi kepemimpinan yang tengah terjadi dipercaya mampu memberikan dampak positif pada perekonomian secara umum,” kuncinya.(JPG/ctr-35/adr/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Indonesia Jajaki Pasar AS Lagi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler