Manuver KIH Bikin Jokowi-JK dalam Posisi Dilematis

Minggu, 02 November 2014 – 15:38 WIB
Manuver KIH Bikin Jokowi-JK dalam Posisi Dilematis. Foto: Dokumen JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Sekretaris Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo menyatakan, pimpinan DPR sementara yang dibentuk Koalisi Indonesia Hebat (KIH) berpotensi menimbulkan kerusakan yang sangat serius. Bahkan manuver KIH bisa mempengaruhi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

"Manuver KIH dengan membentuk pimpinan DPR ilegal secara tidak langsung menempatkan pemerintah dalam posisi dilematis, karena KIH memaksa Jokowi-JK untuk membuat pilihan yang sangat ekstrem‎ yakni mengakui pimpinan DPR yang sah atau mengakui pimpinan DPR ilegal yang dibentuk koalisi Parpol pendukung mereka," kata Bambang di Jakarta, Minggu (2/11).

BACA JUGA: ICW: Kementerian Pertanian Jangan jadi Lahan Korupsi

Menurut Bambang, dengan mengakui pimpinan DPR yang sah menunjukkan Jokowi-JK taat konstitusi. Sebaliknya, Jokowi-JK bertindak inkonstitusional jika mengakui pimpinan DPR sementara bentukan KIH. Hal ini, sambung Bambang, membuat presiden dan wapres bisa berkonflik dengan pimpinan DPR yang sah.

"Di situlah dilema bagi Jokowi-JK. Sebab, jika menolak mengakui pimpinan DPR ilegal, akan terjadi keretakan hubungan antara Jokowi-JK dengan parpol anggota KIH. Bahkan, bukan tidak mungkin Jokowi–JK pun terperangkap dalam konflik dengan partai-partai pendukungnya," ‎tutur Bambang.

BACA JUGA: Dorong Sekjen DPR Laporkan Pengrusak Meja ke Mabes Polri

Lebih lanjut Bambang mengungkapkan sikap KIH akan merusak mekanisme kerjasama DPR dengan pemerintah, khususnya mengenai anggaran. ‎Karena itu, apabila konflik itu berlarut-larut maka pemerintahan Jokowi-JK bisa mengalami stagnasi.

"KIH harus menyadari bahwa jika Pemerintahan Jokowi-JK yang baru seumur jagung ini stagnan atau terhenti akibat konflik di DPR, kerusakan yang ditimbulkannya akan sangat serius," ucapnya.

BACA JUGA: Menkopolhukam: Rakyat Menunggu DPR Selesaikan Masalah Internalnya

Padahal, dikatakan Bambang, pemerintah harus bekerjasama dengan DPR untuk menangani persoalan strategis. Misalnya saja soal menipisnya stok bahan bakar minyak bersubsidi.

‎"Jika suasana di DPR sarat konflik seperti hari-hari ini, pemerintahan Jokowi-JK tentu saja dipaksa menunggu sampai situasinya kondusif. Persoalannya, sampai kapan KIH akan berhenti berulah?" tandasnya. (gil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tuntut UMP Rp 3,2 Juta, Buruh Siap Demo di Depan Istana


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler