Maritim!

Rabu, 06 September 2017 – 07:46 WIB
Panglima Angkatan Laut RE Martadinata sedang membacakan pidato. Foto: Wikipedia

jpnn.com - "MENGINGAT letak geografis tanah air kita, bentuk fisiknya, luas wilayahnya, jumlah penduduknya, watak dan jiwa pemerintahannya, dapatlah ditegaskan, bahwa prabawa maritim bagi negara kita adalah mutlak."

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Bung Karno: Kita Bangsa Pelaut!

“Saudara telah dididik untuk menjadi kader-kader maritim,” Menteri Panglima Angkatan Laut RE Martadinata mengedarkan pandangan.

Ditatapnya satu-satu wajah-wajah para alumni Akademi Ilmu Pelayaran (AIP).

BACA JUGA: Doa dari Bupati Anas Buat Warga Rohingya, Bung Karno dan Bu Mega dari Tanah Suci

“Dengan selesainya saudara mengikuti pendidikan saudara, bukanlah berarti tugas saudara sudah berakhir,” tegasnya di acara malam perpisahan alumni AIP, 19 Mei 1964.

Pidato Martadinata ini termuat dalam buku Kumpulan Amanat Laksamana RE Martadinata, bertajuk Sambutan Menteri/Panglima Angkatan Laut Berkenaan dengan Malam Perpisahan Tingkat III AIP Tatalaksana & Alumni di Djakarta.

BACA JUGA: Kesaksian Marco Polo saat Berangkat Bersama Pasukan Monggol Menyerbu Singosari

Berikut senarai cuplikannya:

Saudara2 para alumni dan para mahasiswa sekalian…

Pentingnja faktor maritim bagi Nation & Character Building bagi negara kita, kami rasa tak perlu lagi kami terangkan setjara luas dan mendalam kepada saudara-saudara sekalian.

Sebab kami pertjaja hal itu telah diterangkan oleh pengasuh saudara selama saudara mengikuti pendidikan.

Apalagi lembaga pendidikan saudara merupakan suatu lembaga pendidikan jang memang didirikan untuk maksud itu.

Jang perlu kami tegaskan di sini ialah, bahwa mengingat letak geografis tanah air kita, bentuk fisiknya, luas wilajahnja, djumlah penduduknya, watak dan djiwa pemerintahannja, dapatlah ditegaskan, bahwa prabawa maritim bagi negara kita adalah mutlak.

Maka sudah sewadjarnjalah, bahwa kita harus menjesuaikan diri dengan keadaan alam negara kita ini demi tertjapainja tudjuan revolusi kita. Jaitu masjarakat adil dan makmur…masjarakat sosialis Indonesia.

…di dalam pelaksanaan pembangunan negara kita, harus bersama-sama memperkembangkan dwi-unsur Tanah Air kita, unsur lautan dan daratan.

Tentu sadja selama saudara mengikuti pendidikan pada akademi saudara, saudara telah dididik, digembleng, untuk mendjadi manusia jang benar2 tahan udji dan bertanggung djawab, terutama tanggung djawab terhadap dunia maritim kita.

Apabila ilmu jang telah saudara miliki itu, tidak saudara abdikan dan amalkan untuk kepentingan masjarakat, berarti saudara2 melepaskan diri dari rakjat, masjarakat dan kemanusiaan.

Kalau demikian, saudara mendjadikan diri saudara laksana sebuah menara gading jang hanja elok untuk dipandang, tetapi tidak dapat dimiliki atau tak berguna sama sekali.

Adjaran jang mengatakan, bahwa “science for science” telah kita tinggalkan.

Bagi kita, ilmu adalah untuk diamalkan kepada masjarakat, negara serta kemadjuan bangsa.

Para alumni, dan para mahasiswa sekalian…

Tadi telah kami kemukakan penilaian dan harapan2 kami terhadap saudara2.

Sekali lagi kami minta agar saudara bekerdja dengan giat di dalam melaksanakan tudjuan revolusi kita.

Tundjukkanlah kepada masjarakat bahwa saudara2 benar2 manusia gemblengan jang dididik bukan untuk memandang “ilmu untuk ilmu” tetapi memandang “ilmu untuk diabdikan dan diamalkan kepada masjarakat negara dan tanah air”.

Achirnja kami njatakan, selamat bekerdja, selamat bertugas dan selamat berdjoang. Jalasveva Jayamahe!

Resepsi malam perpisahan alumni AIP itu dilangsungkan di Gedung AIP, Jl. Gunung Sahari, Jakarta. Gedung yang diresmikan Bung Karno pada 27 Februari 1958.

Baca: Bung Karno: Kita Bangsa Pelaut!

Kini, bangunan bersejarah itu tinggal kenangan. Berubah menjadi mall setelah ditukar-guling pada era 1990-an.

AIP pun telah berganti nama jadi Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Dan sekolahnya pindah ke Marunda, Jakarta Utara.

Melongok arsip-arsip negara semasa Bung Karno, nampak jelas begitu tingginya kesadaran pemerintah Indonesia membangun negara maritim.

Kesadaran yang pupus seiring tumbangnya rezim Soekarno.

Setelah sekian puluh tahun, kini Presiden Jokowi coba-coba membangunkannya kembali, meski tertatih-tatih. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... IMSS 2017 Bahas Persoalan Keamanan Maritim Dunia


Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler