jpnn.com, JAKARTA - Analis politik Hendri Satrio ikut mengamati dinamika politik di Partai Demokrat setelah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkap ada gerakan yang mengarah pada upaya mendongkel kepemimpinannya di partai berlambang bintang mercy.
Menurut pendiri KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia) ini, omongan AHY soal upaya kudeta itu perlu dibuktikan.
BACA JUGA: Demokrat Makin Panas, Ruhut Tantang AHY Menyebut Nama
Namun, Hendri juga meyakini putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tidak akan sembarangan menyebut nama.
"Ya kalau omongan AHY itu kan, AHY harus membuktikan. Tetapi saya yakin dia enggak akan ngomong sembarangan," ucap Hendri kepada JPNN.com, Selasa (2/2).
BACA JUGA: AKP Ali Baru Tahu LS Ternyata Pecatan Polisi Setelah Menginterogasinya
Walakin, pengajar di Universitas Paramadina ini menilai informasi soal upaya kudeta di Demokrat sebagaimana disampaikan AHY, merupakan hal serius.
"Serius itu dia ngomongnya," ucap Hendri.
BACA JUGA: Bang Ruhut Terlibat Gerakan Mengudeta AHY dari Ketum Demokrat?
Lebih jauh Hendri mengatakan, sebagai sebuah organisasi, semestinya kalau Partai Demokrat solid, maka AHY tidak perlu terganggu dengan upaya kudeta tersebut.
"Jadi ya, enggak usah kalah gertak. Persolid saja Demokrat," sebut Hendri.
Selain itu, langkah AHY menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) menurut dia sudah benar.
Terlebih lagi sudah ada klarifikasi dari Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko yang disebut-sebut terlibat dalam upaya mendongkel kepemimpinan AHY di Demokrat.
"Kan semalam juga sudah beredar video tentang klarifikasi Pak Moeldoko. Kita lihat saja, mudah-mudahan segera klir masalahnya, sehingga kita tidak perlu mendengar ada pejabat yang perlu mundur lagi," tutur Hendri.
Pengamat yang beken disapa dengan panggilan Hensat ini juga memandang langkah Moeldoko perlu diapresiasi karena berani pasang badan.
"Dan, Pak Moeldoko kemarin (beri klarifikasi) sudah tepat menurut saya, menjaga agar ini terhindar dari Pak Jokowi. Jadi dia pasang badan," pungkas Hensat.(fat/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam