Masa Kecil di Tepi Sungai, Kini Komandan Kapal Perang TNI AL

Jumat, 03 Juni 2016 – 00:09 WIB
Kolonel Laut Heri Triwibowo (PAKAI KACAMATA dan sedang menunjuk), Komandan Pasukan Perdamaian PBB Asal Banyumas di Libanon. Foto: ist for Radar Banyumas/JPNN.com

jpnn.com - KOMANDAN KRI John Lie-358, Kolonel Laut (P) Heri Triwibowo SE. Pria kelahiran Papringan, Banyumas ini bertekad memperkenalkan kesenian khas Banyumas, ebeg dan kentongan ke dunia internasional saat misi perdamain PBB di Lebanon.

Wahyu Perwitasari, PURWOKERTO

BACA JUGA: Usai Wisuda, Masih Pakai Toga Datang ke Makam Ayahnya...Menangis

Asap pekat membumbung tinggi sampai ke langit. Aroma gosong dari pembakaran batu-bata begitu menyengat hidung siapa saja yang melintasi jalan kabupaten di Desa Papringan, Kecamatan Banyumas. Sementara belasan perahu pasir berjajar rapi di sepanjang Sungai Serayu. 

Namun, dari balik aroma gosong yang menyengat itulah, Papringan melahirkan Kolonel Laut (P) Heri Triwibowo SE. Pria 42 tahun itu kini menjabat sebagai Komandan KRI John Lie-358. Bukan lagi perahu pasir yang banyak di desa kelahiranya, Papringan. 

BACA JUGA: Kisah Pilu Adam Alis, Kini Semua Berubah, Wow!

Heri saat ini menjadi Komandan Satuan Tugas Maritim TNI Konga XXVIII-I United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) 2016. KRI John Lie-358 masuk jajaran Satuan kapal eskorta Koarmatim. 

Heri saat ini memang menetap ke Kota Pahlawan, Surabaya. Agustus mendatang, Heri siap berlayar. Bersama 106 anggota satgas, dia akan berlayar membawa misi Kontingen Garuda Indonesia dalam satuan tugas Maritime Task Force (MTF) XXVIII-I/UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) 2016.

BACA JUGA: Letda Poltak Siahaan, Jago Tembak Langganan Juara di Kancah Internasional

Ditemui di Papringan, Heri memberikan gambaran bagaimana ia akan memimpin pasukannya bertugas di Libanon. 

"Tugas kami nantinya menjaga perbatasan laut Lebanon dari setiap pelanggaran dan kegiatan ilegal yang bisa mengganggu stabilitas keamanan kawasan Timur Tengah," ujarnya. 

Selain itu juga membantu melatih Angkatan Laut Lebanon agar dapat melaksanakan tugasnya. Heri beserta 106 anggota satgas berangkat sebagai duta bangsa dalam misi perdamaian dunia. "Di samping misi perdamaian juga mengemban misi diplomasi yang salah satunya adalah memperkenalkan pariwisata dan kebudayaan Indonesia," tegas alumni SMAN Banyumas itu.

Menghabiskan masa kecilnya di Papringan, Heri memang akrab dengan kesenian ebeg dan kentongan. Apalagi sang ayah yang pada tahun 80-an merupakan seorang penilik kebudayaan atau yang kini dikenal dengan sebutan pamong budaya. Alat-alat kesenian ebeg dan kentongan seperti gamelan, kentong, kostum, topeng, kuda kepang akan diboyong naik kapal.

"Ebeg itu tontonan masa kecil saya di Desa Papringan," ungkapnya.

Rencana mengangkat dan memperkenalkan ebeg dan kenthongan bukan hanya sekadar tekat. Persiapan sudah mulai dilakukan. Di rumah Legono, pamong budaya Dinas Pariwisata Dinporabudpar Banyumas, perlengkapan seni ebeg atau kuda lumping berjajar rapi. 

Mulai dari kuda kepang, topeng pentul hingga alat musik gamelan, seperti kenong dan gong. Sementara tiga, bawahan Heri di Pasukan Garuda, Lettu Laut (KH) M. C. Bayu Murti SPsi, Lettu Laut (P) Rafael Bimantoro dan Kapten Laut (E) Sugiarto ST yang semuanya asli Banyumas, mencoba menggunakan pentul, topeng khas dalam pertunjukan ebeg Banyumasan. Meski sudah terbiasa melihat ebeg saat kecil dulu, ternyata mereka juga baru pertama kali menggunakan pentul. 

Mereka dengan telaten mempelajari alat musik serta gerakan ebeg dan kentongan. Ketiganya memang mendapatkan tugas khusus dari Heri untuk mengenalkan dua kesenian itu pada anggota satgas lain yang kini masih di Surabaya. 

Tidak hanya kesenian Banyumas, kerajinan tangan dari Cilacap dan Pubalingga juga ikut dipromosikan. "Kami membawa kerajinan batik, souvenir kerang, dan tas sabut kelapa. Sedangkan Purbalingga yang dibawa yaitu bulu mata palsu, kuku palsu dan blangkon," kata Heri. 

Menurut Heri, pejabat-pejabat di negara yang nantinya akan disinggahi KRI John Lie-358 menjadi target promosi kebudayaan dan kerajinan yang mereka bawa. 

Heri menuturkan, selama penugasan sekitar satu tahun berlayar, ada beberapa negara yang akan mereka singgahi. Antara lain Turki, Cyprus, Yunani, Mesir, Lebanon, Saudi Arabia, Oman, dan Sri Langka. 

"Kami kenalkan pada duta besar, pejabat militer dan pemerintah setempat di negara yang disinggahi. Mengenalkan kerajinan dan budaya Indonesia pada setiap kesempatan yang ada, misalnya saat openship, coctail party di kapal, acara pawai kirab budaya maupun bila ada kesempatan tampil di Stasiun TV lokal disana," paparnya. 

Kepada warga Banyumas, khususnya mereka yang lahir di desa, Heri memiliki misi lain. Heri ingin membuktikan, bahwa lahir di desa tidak harus membuat siapa saja berkecil hati. Ini yang ingin ia buktikan. Meski menghabiskan masa kecil di tepi Sungai Serayu, Heri kini menjalankan misi di level internasional.(*/acd/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Putus sama Pacar, Sekarang jadi PSK Tarif Rp 2 Juta


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler