jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Pendidikan Kota Bekasi, Imam Kobul Yahya mengatakan, ada sekitar 200 ribu Anak Putus Sekolah (APS) dan Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kota Bekasi.
Data tersebut didapat dari kementerian. Di mana dalam pernyataannya ada sekitar 60 persen ATS dan APS yang tersebar di Jabodetabek putus sekolah.
BACA JUGA: 90 Persen Anak Masuk Panti Asuhan Karena Ingin Sekolah
“Kalau di rata-rata, per wilayah berarti ada sekitar segitu, dengan angka tertinggi di Kabupaten Tangerang, dan kita di bawah Tangerang,” ujar Imam.
Menurut Imam, tingginya angka anak putus sekolah juga dikarenakan faktor ekonomi. Di mana berdasarkan penuturannya juga ada 40 persen siswa yang terbukti menunggak iuran sekolah dan sekitar tujuh persen tercatat menunggak meski sudah lulus.
BACA JUGA: Kemendikbud Akui Sulit Ajak Anak Mau Bersekolah
Selain itu, sistem pendidikan yang menggunakan nilai NEM juga menjadi kendala anak-anak tersebut untuk melanjutkan pendidikan.
“Memang gratis, tapi kan di negeri, nah kalau NEM gak mencukupi, masuk swasta, bagaimana kabarnya? Soalnya yang bermasalah ini yang di swasta, dan rata-rata APS ini dari swasta, seperti contohnya kemarin di sekolah Gloria itu,” terangnya.
BACA JUGA: Di Sekolah Ini, Tak Pakai Sepatu dan Seragam pun Boleh
Ditambah pihak dinas yang tidak memonitor dengan baik siswa-siswa sekolah. Bahkan menurut Imam, pihak dinas diyakini tidak memiliki data valid dan lengkap terkait hal tersebut.
“Yang jelas kita ini angka partisipasi pendidikannya tinggi, tapin sayang angka ATS dan APS juga tinggi, karena pihak dinas tidak melakukan razia dan memonitor anak-anak sekolah atau yang sudah tidak sekolah ini,” jelasnya.
Kedepannya, Imam berharap pemerintah kota bisa memonitor anak-anak sekolah. Pasalnya, anak-anak itu putra-putri penerus yang mendapatkan perlindungan pendidikan dan dijamin oleh negara.(ich/pj/gob)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Silaturahmi dengan Warga Koja, Anies Ingat Singapura
Redaktur & Reporter : Yessy