JAKARTA - Bergulirnya isu pencalonan Ani Yudhoyono untuk maju dalam pemilihan presiden 2014 mendatang semakin santer di internal Partai Demokrat. Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul bahkan mengklaim bahwa saat ini bisa dikatakan Ani mendapatkan dukungan hampir 99 dari kader partai di seluruh Indonesia.
”Aku ini tidak ujug-ujug, kenapa tidak pilih yang terbaik. Siapa? Ya bu Ani. Aku pikir wajar kok banyak ide-ide brilian yang keluar dari first lady, dan saya pikir pantas untuk maju dan saya kira dukungan untuk Bu Ani sudah 99 persen," paparnya di Gedung DPR RI, Jumat (25/5).
Terkait adanya komitmen SBY yang tidak akan mencalonkan siapapun dari garis keluarga, Ruhut mencoba untuk meluruskan pernyataan tersebut. Menurutnya, keluarga SBY bukanlah keluarga yang ambisius akan kekuasaan, dan sebenarnya tidak pernah ada larangan dari SBY, karena sebagai partai modern, PD adalah sebuah organisasi kader, dan Ani adalah kader PD.
”Bapak (SBY) tidak melarang, silahkan. Kami kan organisasi kader, berbeda dengan PDIP yang dinasti, kami kan ditentukan melalui majelis tinggi,” kata Ruhut.
Selain itu, terpilihnya orang dekat Ani, Nurhayati Ali Assegaf, sebagai Ketua Fraksi PD di DPR RI, juga diduga sebagai salahsatu skenario untuk melanggengkan jalan istri SBY itu menuju pertarungan RI-1 di 2014 nanti. Bahkan, santernya nama Ani Yhudoyono juga sekaligus membentuk mekanisme peruntuhan dominasi Anas Urbaningrum yang sebelumnya digadang PD menjadi capres muda.
Namun saat dikonfirmasi langsung kepada Nurhayati Assegaf, dia dengan tegas tidak membawa agenda tersebut, dan menganggap terpilihnya menjadi ketua fraksi sebagai jabatan yang harus diemban secara profesional. Anggota Komisi I ini mengaku sudah mendapatkan pemberitahuan 10 hari sebelum pernyataan resmi pengangkatannya sebagai ketua fraksi. Dalam prosesnya, Nurhayati sempat diberikan arahan oleh SBY agar dengan jabatannya yang baru bisa lebih loyal lagi kepada DPP yang diketuai oleh Anas.
”Saya tegaskan tidak ada agenda itu. Saya mendampingi SBY lima tahun di istana, dan orang-orang selalu menghubung-hubungkan itu. Saya tahu betul, dan ibu Ani pun dengan tegas menyatakan tidak punya ambisi untuk itu. Jangan terpancinglah dengan partai lain. Setahu saya ibu Ani tidak mau, dan saya ditekankan harus lebih loyal pada ketua umum,” jelas Nurhayati kepada INDOPOS (JPNN Group).
Terkait pernyataan Ruhut, seharusnya semua kader PD melihat adanya etika berpolitik, dan untuk pencapresan semua ada di tangan SBY selaku Ketua Majelis Tinggi. Menurutnya, semua kader punya hak bicara, dan tentunya berbicara sebagai Ketua Fraksi PD dan seorang yang dekat langsung dengan Ani.
”Iya itu harus ditertibkan, orang bisa terpancing. Dan bisa dicek siapa saja kan orang yang berbicara seperti itu. Semua orang punya hak bicara, tapi harus ada etika. Saya tidak tahu apa pak Ruhut pernah bicara dengan bu Ani, karena saya tahu pribadi bu Ani,” tandasnya.
Lebih lanjut Nurhayati menjelaskan bahwa pemberitaan mengenai Ani maju menjadi capres itu muncul bertubi-tubi setelah adanya pernyataan dari anggota Dewan Pembina PD Melanie Leimena Suharli, yang menyatakan bahwa perempuan dari PD yang layak maju jadi capres adalah Ani. Pernyataan itu kemudian diikuti oleh kader partai yang lain.
”Saya melihat hal itu biasa saja sebagai efek dari statement kader senior. Kan ibu Melani pertama yang bilang itu, jadi kader lainnya ikut-ikutan karena Melanie sebagai anggota dewan pembina. Secara pribadi saya tahu betul, bu Ani tidak mau,” pungkas mantan staf ibu negara ini.
Sementara itu, pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris mengatakan, sekali SBY tergoda untuk mengajukan ibu Ani, dikhawatirkan justru akan terjerumus. “Sikap SBY yang tidak ingin ada keluarganya masuk bursa capres itu sudah benar. Dengan demikian, SBY menyelamatkan keluarganya dari tudingan mencoba membangun dinasti politik,” tandas Syamsuddin.
Menurutnya, sikap SBY itu sebenarnya sudah sangat positif. Namun, anehnya, banyak petinggi di Partai Demokrat yang masih mendorong-dorong ibu Ani untuk maju sebagai capres. Bahkan Syamsuddin menilai, pernyataan kader-kader Demokrat itu sama saja berusaha menjerumuskan SBY. “Jika saja Presiden SBY tergoda, , nantinya publik akan antipati kepada SBY dan keluarganya. Hal itu justru akan menghancurkan apresiasi publik setelah SBY berulang kali menegaskan keluarganya tidak akan mencalonkan diri,” tandasnya.
Syamsuddin menyarankan, SBY bisa segera menertibkan atau bahkan menegur kader-kader Partai Demokrat yang terus berbicara seputar pencalonan Ibu Ani Yudhoyono sebagai presiden. Sebab, jika polemik ini dibiarkan berkembang, Syamsuddin memperkirakan, hal itu justru akan menjadi bumerang bagi citra SBY.
“Kalau tidak buru- buru ditegur, ini bisa jadi blunder. Nama baik Pak SBY dan keluarga Cikeas bisa tercoreng. Jadi, sebaiknya wacana- wacana liar yang dilontarkan kader Partai Demokrat itu ditertibkan saja,” tandasnya. (dms)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SOKSI Kubu Rusli Ingin Kader Tetap Solid
Redaktur : Tim Redaksi