Masih Muda Lupa Nama Kawan Bicara, Sulit Menemukan Kunci, Berhati-hatilah!

Minggu, 26 September 2021 – 18:29 WIB
Ilustrasi - Tekanan Darah Tinggi. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bagi yang masih berusia muda namun sudah lupa nama kawan bicara, sulit menemukan kunci kendaraan sendiri, sebaiknya berhati-hatilah.

Menurut pakar psikiatri dari Hackensack University Medical Center in New Jersey, Gary Small, MD gangguan memori semacam ini bisa muncul sejak usia 20 tahunan.

BACA JUGA: Kasus COVID-19 Melonjak di Singapura, Awas Masuk ke Indonesia Lewat Daerah ini

Salah satu penyebabnya, seperti dikutip dari Livestrong yakni volume otak menyusut.

Ingatan secara alami menurun sekitar 2 persen setiap dekade kehidupan, yang berarti ingatan akan lebih buruk pada usia 30 tahun daripada pada usia 20 tahun.

BACA JUGA: Tukul Arwana Mengalami Pendarahan Otak, Dokter Berbagi Tips Antisipasi

"Ini karena menyusutnya hippocampus atau bagian otak yang menyimpan ingatan," ujar ahli saraf Majid Fotuhi, MD, PhD, di NeuroGrow Brain Fitness Center di McLean, Virginia, Minggu (26/9).

Kondisi kesehatan lain yang memengaruhi memori yakni tekanan darah tinggi.

BACA JUGA: Simak Pengalaman Penderita Demensia Alzheimer, Akibat Stres Pekerjaan

Menurut American Heart Association, masalah ini di usia paruh baya dikaitkan dengan risiko demensia yang lebih tinggi di kemudian hari.

Sementara menurut Dr Fotuhi, hipertensi yang tidak diobati mengakibatkan menyempit dan menyumbatnya arteri di berbagai organ termasuk di otak.

Kolesterol tinggi juga beracun bagi otak, memicu pembentukan protein amiloid-beta, yang berhubungan dengan perkembangan penyakit Alzheimer, menurut studi dalam Nature Chemistry pada tahun 2018.

Kondisi lain, seperti sleep apnea atau depresi yang tidak diobati, juga dapat mengganggu otak.

Di sisi lain, ada juga perubahan hormon.

Khususnya kaum hawa, mungkin menyadari menjadi pelupa saat hamil, atau di usia 40-an atau 50-an saat mengalami menopause.

Dr. Small mengatakan ini karena penurunan sementara estrogen.

Namun, begitu hormon kembali normal, ingatan juga akan kembali normal.

Sebenarnya, beberapa bagian otak berfungsi lebih baik seiring bertambahnya usia.

Walau memori jangka pendek mulai turun sekitar usia 35 tahun, tetapi kecerdasan atau akumulasi fakta dan pengetahuan memuncak pada akhir usia 60-an atau awal 70-an.

Demikian menurut sebuah studi Harvard dalam Psychological Science pada 2015.

"Ini sangat berbeda dari apa yang kita harapkan, katakanlah 30 tahun yang lalu. Generasi Baby Boomers, lebih cenderung berpendidikan tinggi, pekerjaan yang melibatkan banyak membaca dan berpikir, dan secara umum lebih dirangsang secara intelektual," kata Dr. Small.

Sementara orang yang lebih muda mungkin dapat mengingat sesuatu dengan lebih cepat atau memahami konsep baru lebih cepat, orang yang lebih tua memiliki keuntungan karena mereka terkadang dapat mengambil jalan pintas.

"Makin tua seseorang, makin besar kemungkinan memanfaatkan pengalaman masa lalu atau jejaring sosial yang luas untuk memecahkan masalah," kata Dr. Small.


Kiat Menjaga Memori Seiring Usia

Ada sejumlah cara yang direkomendasikan para pakar kesehatan untuk membantu mendukung memori yang sehat seiring bertambahnya usia.

Pertama, rajin berolahraga.

"Sepertiga dari otak terdiri dari pembuluh darah, jadi tidak mengherankan ada hubungan antara kebugaran fisik dan volume otak," ujar Dr. Fotuhi.

Penelitian pada Februari 2011 lalu di PNAS menemukan orang dewasa yang melakukan jalan cepat selama 40 menit tiga kali seminggu selama setahun, hippocampusnya tumbuh sekitar 2 persen.

Hipocampus biasanya menyusut sekitar 0,5 persen per tahun.

Menurut Dr. Fotui, orang-orang dalam studi itu pada dasarnya tak mengalami penuaan otak selama empat tahun.

Sebuah studi pada Juni 2017 dalam The Journals of Gerontology: Series A menemukan hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dan risiko demensia.

Para peneliti melakukan pemindaian MRI pada sekitar 2.000 orang yang berusia lebih dari 60 tahun.

Mereka menemukan, semakin aktif seseorang maka semakin besar hippocampusnya.

"Tidak ada kata terlambat untuk mulai (berolahraga)," kata Dr. Fotuhi.

Kedua, batasi duduk terutama di siang hari saat seharusnya cenderung aktif secara fisik.

Sebuah studi April 2018 yang diterbitkan oleh Dr. Small di PLOS One mengamati orang dewasa berusia antara 45 dan 75 tahun.

Hasilnya, mereka yang duduk selama tiga hingga tujuh jam setiap hari mengalami penipisan substansial pada lobus temporal medial.

Yakni otak yang membentuk memori baru.

Ini biasanya mendahului demensia.

Cara berikutnya, batasi stres karena hal tersebut racun bagi sel-sel otak.

Dr. Fotuhi menuturkan, stress bisa menyusutkan korteks prefrontal dan hipokampus atau kedua area otak yang bertanggung jawab untuk memori.

Sebuah tinjauan studi dalam BMJ Open pada April 2018 dengan hampir 30.000 orang partisipan selama setidaknya 10 tahun menemukan, orang yang melaporkan kecemasan signifikan secara klinis lebih mungkin mengembangkan demensia di kemudian hari.

Sebenarnya, meditasi atau yoga dapat membantu.

Satu studi UCLA pada Mei 2016 dalam Journal of Alzheimer's Disease menunjukkan satu jam yoga meditatif seminggu sekali serta 20 menit meditasi di rumah bisa meningkatkan memori verbal yang diukur dengan kemampuan mengingat daftar kata.

Kemudian memori visual-spasial yang diukur dengan kemampuan menemukan dan mengingat lokasi.

Penelitian ini melibatkan orang-orang berusia di atas 55 tahun.

Di sisi lain, cobalah mendapatkan waktu tidur berkualitas yang cukup. Saat Anda tertidur lelap, otak sibuk memperkuat koneksi antara sel-selnya, mentransfer info dari hippocampus ke neokorteks.

"Proses ini pada dasarnya menggeser ingatan dan keterampilan ke wilayah otak yang lebih efisien sehingga menjadi lebih stabil dan Anda dapat dengan mudah mengingatnya,”kata Dr. Small.

Tidur juga memungkinkan otak Anda untuk membersihkan limbah yang meningkatkan risiko Alzheimer.

Jika sulit tidur sebaiknya hindari meminum obat tidur, karena bisa berisiko 50 persen mengembangkan Alzheimer, menurut tinjauan Januari 2019 di Journal of Clinical Neurology.

Studi dalam Journal of American Geriatrics Society pada November 2017 menemukan hubungan antara penggunaan jangka panjang pil tidur zolpidem dan Alzheimer.

Sebaliknya, latih kebiasaan tidur yang baik, termasuk pergi tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari dan menghindari waktu menatap layar seperti ponsel atau televisi beberapa jam sebelum tidur.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler