MASINDO Ajak Para Pemangku Kepentingan Tingkatkan Konsep Sadar Risiko Bagi Masyarakat

Jumat, 16 Desember 2022 – 14:33 WIB
Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) merayakan Hari Sadar Risiko Nasional 2022, pada Kamis (15/12), di Jakarta. Foto Wahyu Budiman/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO) merayakan Hari Sadar Risiko Nasional 2022, pada Kamis (15/12), di Jakarta.

Kegiatan ini menjadi momentum untuk mengajak para pemangku kepentingan di sektor kesehatan, ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya, dalam menyebarluaskan konsep sadar risiko bagi masyarakat.

BACA JUGA: Masindo Ajak Masyarakat Sadar dan Peduli Risiko

Melalui acara ini, MASINDO beserta para narasumber menyampaikan inisiatif-inisiatif yang telah dilakukan dalam mengimplementasikan konsep sadar risiko.

Acara ini turut dihadiri oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta figur publik.

BACA JUGA: Pertama di Indonesia & Jadi Percontohan, Ganjar Luncurkan 29 Desa Antikorupsi

“Kegiatan yang diselenggarakan MASINDO sangat penting dalam membangun budaya sadar risiko. Hal ini merupakan urusan bersama sehingga perlu mendapatkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan,” ucap Imam selaku Sekretaris Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kependudukan dan Keluarga Berencana, Kemenko PMK.

Ketua MASINDO, Dimas Syailendra Ranadireksa, menjelaskan ada sejumlah tantangan untuk membangun budaya sadar risiko di masyarakat.

BACA JUGA: Bank Commonwealth Rekomendasikan Peluang Investasi di Tengah Ancaman Resesi

Penyebab utamanya antara lain kebiasaan mengesampingkan risiko, kurangnya pengetahuan, hingga misinformasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Oleh karena itu, bertepatan dengan satu tahun kehadiran MASINDO di Indonesia, kami akan memasyarakatkan konsep sadar risiko melalui edukasi, diskusi publik, advokasi media, kajian, dan informasi berbasis bukti ilmiah,” ucap Dimas.

Sebagai contoh, masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan helm saat berkendara. Padahal, helm diciptakan untuk melindungi diri dari berbagai risiko.

Tak hanya itu, masih banyak juga orang yang memiliki kebiasaan merokok, meski mereka tahu bahwa merokok itu berbahaya.

Sementara telah hadir produk tembakau alternatif, seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, yang menerapkan konsep pengurangan risiko, bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan untuk berhenti merokok.

Untuk itu, menurut Dimas, perlu adanya kolaborasi aktif bagi seluruh pemangku kepentingan untuk menyebarluaskan informasi dan mengedukasi mengenai konsep sadar risiko.

“Kolaborasi adalah kunci dalam mengembangkan pemahaman tentang konsep sadar risiko. Aktivitas dalam penyebaran informasi mengenai budaya sadar risiko harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga menciptakan manfaat untuk jangka panjang,” jelasnya.

Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Kementerian LHK Sri Tantri Arundhati, mengungkapkan bencana alam yang sedang marak terjadi tidak dapat dilepaskan dari dampak perubahan iklim.

Hampir 95 persen perubahan iklim diakibatkan, baik langsung maupun tidak langsung, dari aktivitas manusia sehingga mengubah komposisi dari atmosfer.

“Perubahan iklim tidak bisa dihindari, semua pihak bisa terdampak masalah lingkungan termasuk kehutanan, pertanian, dan peternakan. Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup menjalankan program Kampung Iklim untuk mendorong kelompok masyarakat melakukan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat lokal,” tutur Sri.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler