Masjid Roudhotul Muchlisin Jadi Ikon Wisata Religi

Selasa, 30 Mei 2017 – 09:01 WIB
Masjid Roudhotul Muchlisin di Jember. Foto: Humas Kemenpar

jpnn.com, JEMBER - Wisata religi menjadi fokus Kementerian Pariwisata selama bulan suci Ramadan ini.

Destinasi seperti ziarah Walisongo dari Cirebon Jawa Barat, Demak-Kudus Jawa Tengah dan Tuban-Surabaya Jawa Timur menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi.

BACA JUGA: Wow, 5 Negara Ramaikan Pesta Kesenian Bali 2017

"Di Lombok, ada Islamic Center yang dipromosikan, untuk menjadi destinasi yang hidup di malam hari. Lampu warna warni yang di-support Kemenpar sudah menjadi ikon khas wisata family friendly di Mataram," jelas Menpar Arief Yahya.

Di Jawa Timur, kegiatan Pesona Ramadan juga hidup. Sebagian umat Islam ada kaum muslimin yang memilih aktivitas safari selama bulan Ramadan.

BACA JUGA: Branding Wonderful Indonesia Bakal “Keliling” Kota Marseille

Melakukan perjalanan secara safari dari masjid satu ke masjid lainnya pada sejumlah kota.

"Wisata religi itu peak season-nya di bulan Ramadan," jelas Arief Yahya.

BACA JUGA: Makin Mendunia, Festival Bakar Tongkang 2017 Bakal Seru

Salah satu yang menjadi jujukan para kaum muslimin Jawa Timur adalah masjid Roudhotul Muchlisin di Jember.

Sebenarnya ini bukan masjid baru. Masjid Roudhotul Muchlisin di Jl Gajah Mada, Kaliwates, Kota Jember ini sudah lama berdiri.

Hanya, sekarang sudah dirombak total. Tampilannya baru dan mentereng.

Masjid yang diresmikan secara simbolis pada 15 Mei ini selalu dipadati jemaah dan pengunjung yang ingin tahu kemegahannya.

Memang tak dipungkiri, setelah memulai proses rehab pada 2014 lalu, bangunan yang awalnya hanya berlapis semen kini menjadi ikon destinasi wisata religi baru di Jember.

Ini disebabkan desainnya yang megah dan futuristik, tak sama dengan masjid-masjid pada umumnya.

Sekretaris Takmir Masjid Roudhotul Muchlisin, H. Mahrus menuturkan, desain ini meniru masjid-masjid di Turki.

Terdapat untaian ayat- ayat suci Alquran yang terpampang di setiap sisi dindingnya yang didominasi warna kuning dan jingga.

“Di dinding barat lantai bawah ada Surat Ar-Rahman dan Al-Waqi’ah serta Asmaul Husna di setiap sisi dinding. Sementara di atas terdapat tulisan surat-surat pendek,” ujarnya.

Pilar-pilarnya pun dihiasi ornamen layaknya sebuah istana. Di beberapa sudut, jajaran kitab suci Alquran tertata rapi.

Tak hanya itu, persis di depan pintu masuk terdapat air mancur dengan hiasan lampu warna warni.

Tidak heran jika tempat ini menjadi sasaran swafoto bagi pengunjung yang datang dari berbagai lokasi.

Salah satunya adalah Pipin, yang datang dari daerah Patrang bersama teman-temannya.

Alumnus Akbid dr Soebandi ini mengaku ingin melihat dan merasakan langsung tarawih di masjid yang dibangun di atas tanah seluas satu hektare tersebut.

“Kebetulan habis ngabuburit sama teman-teman, sekalian salat tarawih di sini,” ujarnya.

Gadis asal Bali ini mengaku sering mendengar kemasyhuran Masjid Roudhotul Muchlisin dari teman-temannya yang lain.

Biasanya dia hanya melaksanakan salat tarawih di masjid dekat kos-kosannya di daerah Patrang.

Tak hanya Pipin, setiap harinya lebih dari seribu jamaah berkunjung ke masjid tersebut.

Menurut Mahrus, masjid ini mampu menampung jamaah lebih dari 1.500 orang per hari.

“Itu hanya di bagian dalam, belum termasuk jamaah yang salat di teras dan di lantai dua. Kalau ditotal bisa mencapai 2.500 jamaah,” terangnya.

Misinya, selain sebagai tempat ibadah, juga menjadi tempat pembelajaran agama.

Mereka yang fasih membaca Alquran pasti memahami arti dalil-dalil yang dituliskan di tembok.

Seperti dalil yang menjelaskan tentang bersyukur dan dalil lainnya tentang memakmurkan masjid.

Selain menjadi tempat ibadah, di sini juga akan dibangun menara yang difungsikan sebagai perpustakaan dan penginapan bagi musafir yang melewati Jember.

Gagasan ini muncul setelah adanya larangan tidur di masjid.

“Jadi kalau ada yang melakukan perjalanan dan kebetulan sampai di Jember terlalu malam, bisa menginap di sini,” lanjut Mahrus.

Sejak dibangun pada 1978, masjid ini sebenarnya sudah melewati berbagai proses pembangunan.

Namun, tak terlalu tampak sebab hanya ada sekitar 10 tukang yang mengerjakan.

“Jadi kelihatannya mangkrak, tetapi sebenarnya ada proses pembangunan,” tutur dosen tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Jember tersebut.

Setelah mendapat donasi, baru pada 2014 lalu proses pembangunan masjid ini kembali dikebut.

Nantinya pada hari raya Idul Fitri, seluruh halaman masjid akan dijadikan area salat Ied.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gunung Mas Percaya Diri Kembangkan Desa Wisata


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Kemenpar  

Terpopuler