Menanggapi maraknya keluhan warga terhadap harga tiket pesawat yang mahal, seluruh maskapai nasional di Indonesia sepakat menurunkan tarif tiket penerbangan mulai akhir pekan ini.

Namun pengamat menilai langkah ini tidak akan selalu menjamin harga tiket transportasi udara yang terjangkau, kecuali pemerintah memberikan insentif lebih bagi industri penerbangan nasional.

BACA JUGA: Upacara Kewarganegaraan Wajib Digelar Pada Hari Australia

Keputusan penurunan tarif tiket pesawat dalam negeri ini merupakan hasil dari rapat bersama antara direksi maskapai nasional, otoritas penerbangan, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta pada Minggu (13/1).

Dalam rilisnya, ketua Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia Ari Askhara Danadiputra mengatakan seluruh maskapai yang tergabung dalam INACA sepakat untuk menurunkan tarif tiket penerbangan sebesar 20% - 60%.

BACA JUGA: Australia Selatan Pertimbangkan Pelarangan Produk Plastik Sekali Pakai

Ari Askhara menambahkan anggotanya juga telah memberlakukan penurunan tarif sejak Jumat 11 Januari 2019, pada beberapa rute penerbangan seperti Jakarta-Denpasar, Jakarta-Jogja, Jakarta Surabaya, Bandung-Denpasar dan lain-lain.

Penurunan tarif ini akan dilanjutkan untuk rute penerbangan domestik lainnya.

BACA JUGA: Intervensi KDRT Mantan PM Australia John Howard Menuai Pujian

"Di tengah kesulitan para maskapai kami tetap paham dan mengerti akan kebutuhan masyarakat dan kami memastikan komitmen memperkuat akses masyarakat terhadap layanan penerbangan nasional serta keberlangsungan industri penerbangan nasional tetap terjaga." kata Ari Askhara.

Ari Askhara menambahkan penurunan tarif ini juga dimungkinkan berkat adanya komitmen positive atas penurunan biaya kebandaraan dan navigasi dari para stakeholder seperti AP1, AP 2, AirNav dan Pertamina.

Menurutnya penurunan ini juga bukti kepedulian para operator penerbangan di dalam negeri atas kebutuhan akses transportasi udara yang terjangkau ditengah kesulitan yang dihadapi maskapai nasional yang diklaimnya sudah berlangsung lama.

Namun INACA menegaskan penurunan tarif ini tetap mengutamakan aspek keselamatan penerbangan dalam negeri.

"INACA memastikan penurunan tarif tiket penerbangan tersebut sesuai dengan koridor regulasi dan aturan tata kelola industri penerbangan nasional dan tetap mengutamakan keselamatan penerbangan dengan tetap meningkatkan pengawasan atas safety dan maintenance seluruh pesawat," katanya.Kepastian tarif terjangkau

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengapresiasi langkah cepat pemerintah dan industri penerbangan nasional dalam merespon protes konsumen atas kenaikan harga tiket pesawat ini.

Namun, Direktur YLKI, Tulus Abadi mengatakan solusi penurunan harga tiket ini tidak akan menjamin kestabilan harga tiket pesawat dimasa depan.

"Tarif pesawat kan memang bersifat fluktuatif, tidak mungkin permanen karena dipengaruhi faktor harga aftur, kurs rupiah, inflasi dan lain-lain. Operator pasti akan menghitung itu semua."

Oleh karena itu YLKI menilai pemerintah perlu memberikan insentif bagi industri penerbangan nasional untuk menjamin tarif tiket pesawat terbang tetap terjangkau.

"Harga tiket yang terjangkau ini amat penting, jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali yang sangat mengganggu mobilitas warga dan juga perekonomian nasional, khususnya sektor pariwisata."

"Ironis sekali kan kalau warga Indonesia malah memilih berwisata ke LN karena tarif pesawatnya lebih murah." tukas Tulus Abadi.

Selain itu YLKI juga menilai Kementerian Perhubungan perlu mengatur besaran tarif bagasi berbayar oleh maskapai Low Cost Carier (LCC) yang baru-baru ini disetujui untuk meniadakan layanan bagasi gratis.

Agar besaran tarif yang diberlakukan maskapai juga melampaui batas tarif pesawat dengan kategori medium service.Kenaikan tarif tidak wajar

Sementara itu, sejumlah konsumen berharap dengan terbitnya kesepakatan penurunan tarif oleh maskapai nasional ini, harga tiket akan kembali normal ke tarif sebelum periode libur Natal dan Tahun Baru.

Seperti disampaikan warga Bekasi, Jawa Barat, Pantas Panjaitan. Pegawai BUMN ini rutin pulang ke kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara untuk menengok ibunya.

"Sampai Minggu Sore (13/1/2019), saya cek harga tiket Jakarta - Medan dengan maskapai Citilink, masih belum berubah, masih hampir 2 juta rupiah. Ini naiknya hampir 3 kali lipat, karena sebelumnya tarifnya kisarannya 700 ribu," katanya.

Pantas menambahkan jika ingin mendapat tiket pesawat ke kota kelahirannya dengan kisaran harga dibawah Rp 1 juta rupiah, ia harus memilih rute penerbangan luar negeri dan transit di Singapura atau Malaysia.

Namun dengan konsekwensi waktu tempuh yang lebih lama.

"Masak untuk dapat harga Rp 700 ribuan saya harus ke Kuala Lumpur atau Singapura dulu dan baru tiba di Medan 10-12 jam kemudian, ini kan keterlaluan," paparnya.

Ia mengaku tarif yang berlaku ini semakin memberatkan karena sebelumnya, pemerintah juga telah menyetujui maskapai Low Cost Carier (LCC) memberlakukan biaya tambahan atau charge untuk bagasi yang semula digratiskan. Photo: Salah satu petisi menolak kenaikan tarif tiket pesawat yang diunggah di situs www.change.org. (www.change.org)

Keluhan serupa disampaikan Yudi Herdianto, pegawai Kementerian Keuangan yang sejak 6 bulan lalu ditugaskan di Rengat, Pekan Baru Riau.
Ia rutin pulang ke Jakarta untuk menengok keluarganya di Jakarta setiap 2 minggu sekali.

Dan dengan kenaikan tarif ini jadwal rutin baginya untuk berkumpul dengan keluarga terpaksa harus dikurangi menjadi hanya 1 bulan sekali.

"Bertemu dengan keluarga itu hiburan satu-satunya bagi saya, maka itu saya rutin pulang menengok anak dan isteri di Jakarta setiap 2 minggu sekali."

"Dulu tiket Pekan Baru - Jakarta itu Rp 700 ribu sekarang Rp 1,2 juta sampai Rp 1,4 juta. Kemarin saya batal mau pesan tiket karena mahal sekali,"

Sebagai konsumen Yudi mengaku maklum jika kenaikan harga terjadi pada waktu puncak liburan seperti liburan Natal dan Tahun Baru kemarin.

Namun dua minggu pasca musim liburan berakhir harga tiket belum kembali normal.

"Kalau kenaikan tiket juga berlaku untuk penerbangan dalam dan luar negeri itu saya maklum, tapi ini penerbangan ke luar negeri yang jarak tempuhnya lebih jauh dan full service itu harga tiketnya tidak naik, malah lebih murah. Jadi menurut saya kenaikan ini tidak wajar.

Untuk mengungkapkan keluhannya ini, Yudi Herdianto mengaku turut menandatangani petisi menuntut penurunan harga tiket pesawat yang beredar luas di lini massa.

Salah satunya adalah petisi yang diunggah di situs Change.org oleh warga bernama Iskandar Zulkarnain yang hingga Minggu (13/1/2019) telah ditandatangani oleh 175 ribu orang.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyu di Australia Ini Tersesat Ke Wilayah Pemukiman

Berita Terkait