jpnn.com, WELLINGTON - Air New Zealand, maskapai asal Selandia Baru, mengungkapkan kebijakan baru. Yakni, memperbolehkan karyawan untuk memiliki tato. Perubahan kebijakan itu dipicu kritik dari masyarakat bertahun-tahun lalu.
CEO Air New Zealand Christopher Luxon menyatakan, perusahaannya ingin merangkul keberagaman dengan kebijakan baru tersebut. Menurut dia, semua orang berhak mengekspresikan pribadi mereka atau warisan budaya.
BACA JUGA: Ada Kehangatan dan Menu Khas Lebaran di Tengah Hawa Dingin New Zealand
''Semua bebas memperlihatkan tato yang tak menyinggung. Baik kru kabin, pilot, maupun petugas customer service,'' terangnya, sebagaimana dilansir BBC.
BACA JUGA: Warga Biarkan Pria Bertato Mati Bersimbah Darah di Jalan
BACA JUGA: Move On dari Teror, Muslim Selandia Baru Berlebaran dalam Keceriaan
Sejak 2013, maskapai itu memang kerap dikritik karena melarang karyawan bertato. Padahal, suku pribumi Maori menganggap moko, tato tradisional, sebagai salah satu budaya yang perlu dilestarikan. Bahkan, tak sedikit yang memiliki moko kauae alias tato wajah.
Di sisi lain, Air New Zealand sering menyisipkan budaya Maori dalam promosi. Hal itu membuat sejumlah pribumi mencemooh perusahaan tersebut.
BACA JUGA: Tonjolkan Kepasifikan Indonesia, Himpun 18 Negara Pasifik Pamerkan Potensi
Nah, kini mereka bisa menunjukkan warisan budaya itu. ''Tapi, tatonya tidak boleh mengandung ujaran kebencian atau kata yang tak senonoh,'' ujar jubir Air New Zealand. (bil/c18/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita Dubes Tantowi tentang Kenikmatan Jalani Ramadan di Negeri Kiwi
Redaktur & Reporter : Adil