Massa Aksi 22 Mei 2019 Barisan Sakit Hati, Hahaha

Senin, 20 Mei 2019 – 11:36 WIB
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Foto: Boy/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - PDI Perjuangan meyakini massa yang hadir dalam aksi unjuk rasa di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei 2019, merupakan barisan sakit hati.

Menurut Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dinamika politik pascapemilu serentak 17 April 2019 biasa terjadi, di mana ada pihak-pihak yang kecewa dan belum menerima kekalahan.

BACA JUGA: Pesan Penting Sandiaga untuk Para Pendukung 02 Jelang 22 Mei 2019

Kemudian, kata Hasto, mencoba membuat gerakan menghasut rakyat, yang dipastikan tidak akan efektif karena bertentangan dengan kultur bangsa yang cinta damai, toleran, dan punya tradisi musyawarah untuk menyelesaikan setiap perbedaan.

"Politik nasional aman dan terkendali. Demikian halnya sistem dan mekanisme hukum negara, mampu menindak siapa pun yang mengganggu ketertiban umum," kata Hasto dalam keterangan tertulis, Senin (20/5).

BACA JUGA: 7 Pernyataan Penting Sekum PP Muhammadiyah terkait 22 Mei 2019

BACA JUGA: Pesan Penting Sandiaga untuk Para Pendukung 02 Jelang 22 Mei 2019

Hasto menyebutkan, apa yang telah ditunjukkan rakyat dengan hadir ke TPS secara masif, penuh kegembiraan dan dengan partisipasi yang tinggi, menunjukkan prinsip kedaulatan rakyat bekerja dengan baik.

BACA JUGA: Warga NU Diminta Tidak Usah ke Jakarta pada 22 Mei 2019

"Partisipasi pemilih mencapai di atas 80 persen. Itulah yang menjadi basis legalitas dan legitimasi tertinggi kepemimpinan Jokowi-KH Ma'ruf Amin," kata dia.

Politikus asal Yogyakarta ini menambahkan, pihaknya percaya apa yang terjadi saat ini merupakan bagian dari pendewasaan demokrasi. "Mereka yang mau bertindak inkonstitusional akan berhadapan dengan hukum negara dan kekuatan rakyat itu sendiri," jelas dia.

PDI Perjuangan menegaskan tidak akan melakukan konsentrasi massa pada tanggal 22 Mei 2019 tersebut.

BACA JUGA: Bagi yang Hendak Ikut Aksi 22 Mei, Simak Pendapat Pakar Hukum Islam Ini

"Massa riil itu, ya, rakyat sendiri, itulah kekuatan penopang kekuasaan yang sejati. Puncak rekapitulasi nasional tersebut harus menjadi bagian instrumen peningkatan peradaban demokrasi Indonesia," tandas Hasto. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Brimob dan TNI Bersenjata Api Periksa Penumpang Bus Menuju Jakarta Jelang 22 Mei


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler