jpnn.com, PAPUA - Aksi unjuk rasa sekelompok warga di Jembatan Tor Atas, Sarmi, Papua, memakan korban luka tembak dari pihak masyarakat sipil.
Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri mengatakan pihaknya terpaksa mengambil tindakan tegas untuk menanggulangi kelompok anarkistis. Akibatnya, enam warga mengalami luka tembak.
BACA JUGA: Sarmi Mencekam, Sekda dan 3 Polisi Dihajar Massa, 6 Pedemo Tertembak
Dari laporan yang diterima Kapolda, pedemo yang bertindak anarkistis itu awalnya menyerang Sekretaris Daerah (Sekda) Sarmi Elias Bakay hingga yang bersangkutan terluka di bagian kepala.
"Akibat aksi anarkistis itu, petugas melepaskan tembakan peringatan kepada pedemo yang menuntut ganti rugi pembayaran hak ulayat Jembatan Tor Atas. Mereka terus menyerang dengan menggunakan senjata tajam dan senjata tradisional, seperti panah, yang menyebabkan tiga anggota terluka," jelas Irjen Fakhiri, Jumat (27/5) malam.
BACA JUGA: 3 Polisi Diamuk Pedemo di Kabupaten Sarmi
Dia menjelaskan enam orang pedemo yang mengalami luka tembak ialah Rio Weiraso, Tandius Saroni, Izak Anabe, Leo Weraso, Dedeus Sarone, dan Esra Mamawiso.
Insiden yang terjadi Jumat (27/5) sore sekitar pukul 17.00 WIT itu berawal saat anggota Polres Sarmi berupaya membubarkan aksi pemalangan jembatan yang dilakukan sekitar seratus warga masyarakat gabungan dari Tor Atas, Apawer, serta Mafen Tor, yang menuntut pembayaran hak ulayat jembatan.
BACA JUGA: Sekda Sarmi Dianiaya Pedemo, 6 Warga Terkena Tembakan
Pemalangan yang dilakukan sejak pukul 15.00 WIT itu menyebabkan lalu lintas dari dan ke Sarmi tidak bisa dilintasi.
Sekitar pukul 17.00 WIT, Sekda Sarmi Elias Bakay bersama personel Polres Sarmi yang dipimpin Kabag Ops AKP Josua Abba mendatangi TKP serta mengadakan pertemuan dengan massa yang melakukan pemalangan.
Namun, diskusi tidak menemui titik terang terkait dengan pembayaran.
Karena tidak puas dengan hasil pertemuan tersebut, massa kemudian menganiaya Sekda Sarmi, yang berupaya mengamankan diri tetapi tetap dikejar.
Fakhiri menjelaskan aksi massa sempat dihentikan petugas dengan memblokade jalan, tetapi pedemo semakin anarkistis dan menyerang anggota dengan menggunakan tombak dan panah.
Menghadapi situasi tersebut petugas mengeluarkan tembakan peringatan.
"Saat ini pedemo masih bertahan di Kampung Mafentor dan memblokade jalan," ungkap Fakhiri. (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Depan Mensos Risma, Pelajar di Sarmi Curhat Harus Berjam-jam Jalan Kaki ke Sekolah
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga