jpnn.com - JAKARTA - Saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin. Produsen produk kesehatan herbal ini menjadi perusahaan ke 31 yang melakukan Initial Public Offering (IPO) sekaligus penutup listing di bursa tahun ini.
Hadirnya SIDO menjadi kado bagi BEI karena target mendatangkan 30 emiten baru di sepanjang tahun ini terlampaui dan secara total sudah ada 484 emiten di bursa saham dalam negeri.
BACA JUGA: Auto In Style Ungkap Keberhasilan Sepanjang Tahun 2013
"Emiten yang melantai hari ini adalah emiten ke 31 yang dicatatkan tahun ini. Rekor baru sejak tahun 2001," ujar Direktur Utama BEI, Ito Warsito, di gedung BEI, kemarin.
BACA JUGA: Operator Modernisasi Jaringan 2G
Saham SIDO pada hari perdananya di lantai bursa ditutup menguat 120 poin (20,69 persen) ke level 700 dari harga pembukaan 580 per saham. Awal pembukaan disaksikan para direksi BEI dan jajaran direksi SIDO, saham perusahaan dengan produk andalan Tolak Angin itu langsung naik ke harga Rp 680, sempat turun ke 640, bertahan di level itu dan terus perlahan menguat sampai akhir perdagangan.
Presiden Direktur PT Kresna Graha Sekurindo Tbk Michael Steven selaku penjamin emisi mengatakan saham SIDO memang direspon positif oleh investor. Terlihat dari hasil pooling penawaran awal (bookbuilding) yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 11,4 kali.
BACA JUGA: Direksi Pelindo II Tunjuk Rima Novianti Jadi Sekper
"Itu kelebihan pooling dari retail investor. Sementara investor dari institusi kelebihan permintaan 6 sampai 7 kali. Institusinya campuran asing dan lokal," ucapnya.
Dalam IPO-nya SIDO menawarkan sebanyak 1,5 miliar saham baru atau 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Dari aksi ini perseroan mengantongi dana segar senilai Rp 870 miliar.
Direktur Utama SIDO, Irwan Hidayat, mengatakan alokasi penggunaan dana hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi terdiri dari 56 persen untuk modal kerja, sebesar 42 persen akan digunakan untuk investasi, dan sisanya sebesar 2 persen akan digunakan untuk pengembangan sistem teknologi informasi dan komputerisasi perseroan.
Irwan berharap status SIDO sebagai perusahaan publik akan memberikan kemudahan akses ekspansi ke luar negeri. Terlebih pihaknya sudah berencana membuka jalur bisnis waralaba (franchise) di pasar mancanegara.
Irwan mengatakan saat ini SIDO sudah melakukan penjualan di beberapa tempat di luar negeri seperti Los Angeles, Seattle, Sydney, Perth, London, dan Belanda.
"Kita mau franchise di luar negeri. Kalau masih perusahaan keluarga mereka tidak mau. Padahal dua tahun lalu sudah ada diaspora Jerman yang mau untuk ambil lisensi. Nah, setelah jadi perusahaan terbuka kita harap banyak yang mau ambil franchise. Ini bakal jadi perusahaan jamu pertama yang ada franchise," paparnya.
Selain bermotif bisnis, penyebaran produk jamu dan herbal melalui SIDO juga sebagai upaya mengglobalkan produk heritage Indonesia. Dengan demikian dunia semakin mengenal sisi lain dari Indonesia terutama produk kesehatannya.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hindari Monopoli, Merger XL-Axis Perlu Diawasi
Redaktur : Tim Redaksi