jpnn.com, JAKARTA - Memperingati Bulan Bung Karno tahun ini, DPP PDI Perjuangan menggelar wayangan bersama Dalang Ki Warseno Slank dan Ki Amar Pradopo dengan Lakon Pandu Swargo, Sabtu (8/6) malam.
Gelaran wayang ini di gelar di halaman Masjid At Taufiq, Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
BACA JUGA: PDIP Ajak Masyarakat Ambil Hikmah dan Spirit Bung Karno Melalui Pertunjukan Wayang
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto bersama Ketua Bappilu Bambang Wuryanto, Wakil Sekertaris Jenderal Utut Adianto hingga anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo dan Deddy Sitorus terlihat hadir di lokasi.
Tak hanya pengurus partai, ratusan masyarakat sekitar Sekolah Partai Lenteng Agung turut hadir dalam gelaran wayang tersebut. Mereka begitu antusias untuk menyaksikan gelaran wayang tersebut.
BACA JUGA: PDIP Tak Setuju Pemilihan Melalui MPR, Hasto Singgung Pidato Megawati Pas Rakernas
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri turut menyaksikan wayangan melalui daring.
Acara ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lantunan doa juga dipanjatkan sebelum acara wayangan ini dimulai.
BACA JUGA: Hasto Ungkap PDIP Berkomunikasi ke PKB & PPP Buat Usung Kandidat Pilgub Jateng 2024
Dalam sambutan pembukaan acara, Hasto menyampaikan bahwa malam ini dikisahkan tentang Pandu Suargo.
Di mana, Pandu Suargo punya suatu persoalan karena ketidakadilan para Dewata yang lebih berpihak kepada istrinya.
“Jadi, ada, kan, Batara Guru ini istrinya, kan, Badari Durga salah satunya Badari Durga ini bisa menghasilkan watak yang baik, tetapi kadang-kadang juga kurang baik. Kadang-kadang juga seperti itu muncul suatu spiritnya muncul egonya, ego membela suaminya, ego membela anaknya, itu juga ada di dalam cerita pewayangan tentang kisah ini,” kata Hasto.
Hasto juga mengisahkan Pandu Dewanata ini menerima perlakuan yang tidak adil.
“Di sini lalu dibela oleh anak-anak dari Pandu Dewanata tersebut yaitu kesatria Pandawa itu sehingga cerita ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus berhormat pada orang tua kita harus hormat pada orang yang mendidik kita, yang membesarkan kita,” jelas Hasto.
Politikus asal Yogyakarta ini juga mengatakan wayang menyajikan suatu kisah-kisah kehidupan inspiratif tentang apa yang terjadi dalam kehidupan manusia, yang kemudian disajikan di dalam cerita yang menarik.
Selain itu, dengan melihat wayang bisa memahami apa yang disampaikan oleh Bung Karno dan Megawati tentang kesabaran revolusioner.
“Namanya Pandawa ini ketika kalah dalam suatu permainan dia pernah kehilangan istana yang kemudian muncullah suatu kisah bagaimana dia dibuang tetapi kebenaran selalu akan menang, Satyam Eva Jayate,” kata Hasto.
Hasto menambahkan wayang ini juga mengajarkan tentang keyakinan. Sama seperti yang diajarkan oleh Bung Karno dan Megawati.
"Bahwa kebenaran itulah jalan PDI Perjuangan. Kita bukan menempuh jalan yang lain, jalan kebenaran itu yang kita lakukan malam ini,” pungkasnya.
Hasto dan Utut kemudian menyerahkan wayang kepada kedua dalang sebagai simbol dimulainya gelaran wayang tersebut. Lagu Padamu Negeri juga dinyanyikan bersama para pemain wayang.
Sebagai informasi, dalam cerita lakon Pandhu Swargo menceritakan sifat egois hanya membuat orang menjadi lupa terhadap asalnya dan bagaimana cara mendapatkanya lebih-lebih lupa pada saudaranya yang rela mengurbankan jiwa dan raganya demi orang tuanya supaya mendapatkan tempat yang enak (surga). (tan/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ogah Dukung Bobby Nasution di Pilkada Sumut, PDIP Yakin Kalahkan Menantu Jokowi Itu
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga