jpnn.com, JAKARTA -
Citra negatif proyek reklamasi Teluk Jakarta terbentuk karena masyarakat selama ini menerima informasi yang tidak benar.
Padahal, pada dasarnya reklamasi memiliki banyak manfaat positif bagi masyarakat dan juga perkembangan ibu kota di masa mendatang.
BACA JUGA: Djarot Berpeci, Tim Anies: Kenapa Baru di Putaran Dua?
"Banyak pakar dan hasil kajian yang menyebut sederet manfaat reklamasi Teluk Jakarta. Hal ini harus disampaikan kepada masyarakat, sehingga mereka memiliki pandangan yang positif mengenai program pembangunan melalui reklamasi," ujar Wakil Gubernur DKI Jakarta non-aktif Djarot Saiful Hidayat, Jumat (24/3).
Djarot mengatakan, dirinya mendatangi langsung warga kampung nelayan tradisional di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis (23/3) lalu. Dari komunikasi yang dilakukan, ternyata masih banyak warga yang mempunya pandangan yang tidak tepat mengenai reklamasi.
BACA JUGA: Tim Pemenangan: Gak Perlu Lawan Isu SARA Dengan Kopiah
Sehingga perlu diberi pengertian dan edukasi yang baik. "Reklamasi sudah dilakukan dari zaman dulu. Ancol reklamasi, Bandara reklamasi, Tanjung Priok juga reklamasi. Semuanya sangat berdampak positif bagi pembangunan," kata Djarot.
Dia menerangkan, persoalan reklamasi saat ini sudah dibawa ke mana-mana. Bahkan cenderung dipolitisasi sehingga keluar dari konteksnya.
BACA JUGA: Kalah di Survei LSI Terkini, Ahok: Kita Lihat 19 April
Padahal, reklamasi telah dilakukan sejak zaman dulu dan menjadi wewenang dari pemerintah pusat. "Reklamasi itu kan peraturannya dari pusat," jelas Djarot.
”Reklamasi, merupakan bagian dari pembangunan Giant Sea Wall atau Tanggul Laut Raksasa. Pembangunan ini sangat penting dilakukan untuk menghadapi pemanasan global,” imbuhnya.
Terlebih, air permukaan laut terus menerus naik, sementara daratan Jakarta berada di bawah permukaan air laut.
"Bila tidak dibuat tanggul, maka Kota Jakarta bagian utara akan tenggelam. Maka dari itu, pemerintah punya Program bikin tanggul laut besar. Hal itu dilakukan karena kita berpikir 20 tahun lagi, tidak hanya berpikir tahun ini saja," ujarnya.
Dirinya memastikan, reklamasi tidak akan mematikan kehidupan nelayan tradisional. Alasannya, kata dia, Pemprov DKI akan menjamin kehidupan nelayan tradisional di Jakarta harus lebih baik.
Paling tidak, kata Djarot, pihaknya akan memperbaiki kampung nelayan di Muara Angke menjadi pemukiman yang layak huni, higienis dan tertata rapi, tidak kumuh.
Djarot mengungkapkan, nantinya akan dibangun kawasan nelayan yang baru di dekat Giant Sea Wall. "Masa mau seperti ini terus? Nggak mau kan ya? Saya pastikan ini akan perbaiki dan ditata," janjinya.
Dalam sejumlah kesempatan, Pakar Lingkungan Hidup dari Universitas Indonesia (UI) Firdaus Ali mengatakan, ada banyak keuntungan ekonomis dari proyek reklamasi pantai utara Jakarta.
Selain mendapatkan tambahan PAD untuk Pemprov DKI Jakarta, proyek reklamasi akan sangat berdampak pada para nelayan dan masyarakat di sekitarnya.
Peneliti Teknik Lingkungan FTUI itu mengatakan, ada dua pilihan untuk nelayan terkait proyek reklamasi Teluk Jakarta. Pertama, lingkungan sosial nelayan sangat kumuh dan kotor.
Jika reklamasi dilakukan, para nelayan akan diprioritaskan untuk beralih profesi menjadi karyawan di sana. Kedua, jika mereka tetap memilih menjadi nelayan, maka akan dibangun kampung nelayan di beberapa lokasi, entah di Kamal Muara, Cilincing atau Muara Angke.
Untuk itu, Firdaus, yang tidak menginginkan proyek reklamasi dihentikan, meminta Pemprov DKI Jakarta segera mengeluarkan rancangan pembangunan di Teluk Jakarta, sehingga semua orang tahu.
"Kalau proyek ini dihentikan, yang tertawa adalah Singapura. Mereka tidak ingin Jakarta maju, karena kalau terjadi pembangunan di Teluk Jakarta maka otomatis tidak ada yang membeli properti mereka," tandasnya. (wok)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Reklamasi Ciptakan Lapangan Kerja Bagi Ribuan Warga DKI
Redaktur & Reporter : Adil